Every person comes to our life with a purpose.
One with intensive meaning, one is just passing by.
And there's this Japanese legend about an invisible red string; fate brought us to our significant other.
The one we feel connected to the most—the one who will always look at us with a sparkling sunbeam.If this is not love,
May soulmate is.
—"Hi, there."
Sapaan akrab tersebut dari kakak sepupu Clarence, Cayden Natadisastra. Clarence menghubunginya saat ia tengah bersantai di kursi panjang pinggir kolam renang hotel. Menjalani peran sebagai istri yang baik dengan berdiam anteng, menunggui suaminya merenggangkan otot di dalam air. Tidak ikut berenang, Clarence yang memakai gaun tipis tidak membuat gerah, mencukupkan seperti ini.
Melihat suaminya yang akan melempar pandangan padanya setiap kali kepala pria itu di udara. Clarence langsung mengangkat jus paduan tomat wortelnya.
Lantas ketika pria itu mengangguk, Clarence aman.
"Where are you?"
Clarence menautkan alis saat mendapati latar belakang tanah lapang hijau dan langit biru.
"Argentina," jawab Cayden sesaat membalas sapaan, mungkin kolega pria itu, sambil tersenyum. "I'm with my polo club. We're about to kick in a game."
"Oh?" Banyak sekali waktu calon pewaris utama keluarga mereka. Clarence tahu kesukaan kakak sepupunya dengan olahraga yang menggunakan bola kecil, tongkat panjang, dan kuda tersebut. Clarence menyurutkan tautan di kening. Cayden yang ganti bertanya, lebih seperti pernyataan yang hampir semua anggota keluarga mereka tahu. "Ada apa? Dirimu masih di Palembang?" Demi jus wortelnya.
Clarence memutar bola mata.
"Ya, beginilah hidup. Menjalaninya seberarti mungkin." balasan sarkas Clarence sontak mengundang tawa merdu kakak sepupunya.
"Bergabunglah bersama kami. Aku akan mengirimkanmu pesawat, Sweety. Di sini, kami juga memiliki running team yang bagus."
Clarence memasang wajah jengah dan rambut terkibas, membuat rinai tawa pria itu kian riuh. Berikut atas komentar pedas dirinya. "Baiklah, kirimkan aku pesawat dengan perusahaannya, Koko."
"Untuk kamu audit?"
"Hah!"
Pria itu belum berhenti tertawa.
Clarence mendahuluinya cepat.
"Ada yang mau Koko beritahu tentang acara makan malam Senin kemarin?" pancing Clarence.
Dirinya belum selesai terkait Erica sejak mendengar gosip Marrakesh dari burung berkicau tadi pagi. Clarence memberi tatapan peringatan sesaat dirinya dan Naresh akan pergi dari restoran usai suaminya sarapan. Kedua wanita yang nampaknya sengaja tetap di sana padahal sudah selesai, gelagapan. Sudah seharusnya mereka bungkam saat tahu Clarence ada di sana. Sebagai salah satu pihak yang mereka bicarakan bahkan saat Clarence mendengar.
Di mana tata krama mereka?
Mungkin terbang bersama gosip kaum sosialnya.
Erica belum juga meresponnya sampai sore ini. Sudah pasti sengaja. Clarence memutuskan tidak bertanya kepada orang tuanya. Dugaan mengatakan, mereka tahu. Pun Oma yang pasti dimintakan izin, telah memberikan pria yang tidak mau Clarence sebut namanya sekarang.
Menghubungi opa hanya membuat masalah menjadi besar. Aunt dan Uncle-nya terlalu kejauhan. Tidak dengan Hera yang jadi terlalu dekat dengan Erica. Mereka sudah seperti anak kembar sekarang. Jadi, informasi dari sepupu-sepupunya adalah pilihan.
"Ah," respon Cayden. Sementara pria itu menanggapi sapaan yang diberikan padanya lagi, Clarence menunggu. Melihat Cayden yang memakai kaus kerah dan topi putih. Pria itu menyematkan kacamata hitam di kerah bajunya. Beberapa bagian kulitnya telah memerah. Cayden berbalik menatap layar."Wait, aku akan mengundang Kath ke sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/333545358-288-k741865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nouveau Départ
RomanceShe was a saint camellia before a sinful rose. She was a calm water before a burning fire. Ren Takahara bisa memiliki seluruh isi dunia di genggaman tangan, tetapi tidak dengan seorang wanita yang bersinggungan takdir secara tidak sengaja bersamanya...