Chapter 5

9.6K 923 621
                                        

Every child wants to feel secure around their parents
Their feelings need to be validated instead of being denied by the grown-up people around them

"Papa, are all pandas good at martial arts like Master Po?"

"Master Po from Kung Fu Panda?"

"Ya! Him! The dragon warrior!"

Ren baru saja memutar setir ke kiri, memasuki area luas yang merupakan sekolah Kai. Sampai di pos penjagaan, Ren sempat menghentikkan laju mobil, menurunkan jendela. Tidak ada pemeriksaan dari penjaga saat tahu dirinya siapa. Plang pembatas lekas dinaikkan. Ren sempatkan tersenyum sopan kala pria berseragam biru navy menunduk padanya. S-Class kembali dilajukan seraya jendela dinaikkan.

Hari Senin ini seperti rencananya, Ren menyetir sendiri. Pertama untuk mengantar Kai, yang duduk di baby car seat ke sekolah. Anak lelakinya itu tidak berhenti menanyakan banyak hal sepanjang jalan. Menyentil Ren yang sadar ada banyak hal yang Kai ingin ketahui darinya tetapi karena kealfaannya, Kai baru bisa melakukannya sekarang.

Menyelingi pertanyaan, cerita-cerita Kai belum selesai sejak hari Ren pulang, dan Ren tidak akan pernah keberatan mendengarkan. Ren sangat tahu setiap anak ingin didengar dan diberi tanggapan dengan energi yang sama. Divalidasi perasaannya, alih-alih dihakimi atau diacuhkan. Semua-semua itu untuk membuat anaknya memiliki kepercayaan diri dan dapat terbuka, bisa lebih berpikir kritis.

Lantas kedua. Ren melirik ke sisi kiri dari ujung mata. Tarikan bibir dilakukan teramat samar, tidak bisa ditahan. Istrinya duduk dengan tenang dalam balutan gaun silk semi formal menyentuh pergelangan kaki berwarna putih tulang, ditutupi tweed blazer hitam classic. Rambutnya terlilit hair pin ukiran bunga chrysantemum yang agung. Perhiasaan; anting, kalung, gelang, tidak pernah berlebihan. Namun, Erica selalu bisa memilih yang tepat. Tersenyum tipis, Ren menyukai cincin pernikahan mereka tersemat di jari manisnya. Alih-alih cincin bermata zamrud peninggalan klan-nya.

Ren menoleh—dilakukan seperti tidak sengaja—yang sebenarnya mencuri pandang pada istrinya yang tidak pernah tidak mempesona, saat mobil yang baru melewati jalanan lurus dengan sisi kanan dan kiri ditumbuhi pohon rindang, tiba di plataran sebuah bangunan tinggi putih, bergaya kolonial.

Tidak ramai, sebab bagian sekolah untuk anak usia awal ini hanya menerima segelintir siswa dan sangat menjaga ke-privasian. Tepat seperti yang diinginkan Ren untuk keluarganya. Meski Ren ingin Kai untuk tetap di rumah pada usianya sekarang. Dirinya bisa memanggil guru ke rumah mereka, darimana pun guru itu diterbangkan. Namun Ren tahu, bersosialisasi akan lebih baik dibanding terisolasi.

"Not all pandas are good at martial arts like Master Po. Like us, each panda has their own interest. They master at their own skill." jawaban Ren untuk Kai.

Ren baru saja memarkirkan mobil.

"Is that a good thing, Papa? To have our own skill?"

"Of course..." Ren menoleh ke belakang, bertemu pandang dengan Kai yang tampak manis dalam kemeja putih lengan pendek terlapisi vest warna serupa dengan aksen garis beige, pun celana pendek putih dan sepatu kets hitam. "Every creatures are unique, Nak. We're beautiful on our own way. It's not wrong to unskilled in one thing because you have another amazing capability." Ren tersenyum.

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang