Chapter 3

6.7K 826 372
                                    

Men and women are individual
But as part of system
Will bound to be a partner

Jakarta, 17 Februari 2024

Studio seukuran ruang tamu yang didesign Jacques Grande dengan paduan nuansa tropis dan late 18th century, tidak ketinggalan sentuhan art deco—meski Erica sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang Ren suka, tetapi dirinya juga mengagumi konsep kuat art deco untuk memadu warna lembut; putih, coklat, hijau. Membuat studionya terasa nyaman untuk mendekam berjam-jam. Pemandangan kebun yang dibatasi jendela-jendela tinggi berkusen rumit turut menghiasi dan menghantarkan harum mawar dan peony. Diiringi wewangian halus teh dan kayu.

The Peak of Alps, work in progress-nya yang dapat diselamatkan dari studionya di Paris, diterbangkan dari Prancis, baru diselesaikan Erica di studio-nya di rumah, dan saat ini masih kokoh disandarkan di easel kayu kala Erica menoleh ke arah pintu. Ramai samar-samar terdengar di luar. Beralih ke jendela, menemukan hari sudah gelap dan lampu-lampu di taman telah dinyalakan. Terpancar sinar kekuningan dari atas daun-daun lebar teratai yang mengapung di kolam. Sebentar lagi makan malam. Kai mungkin sudah bangun dari tidur siangnya dan sedang main dengan anak anjing Cavalier-nya, Archie. Tersenyum kecil, penasaran akan ramai diredam, beradu dengan You Were Meant For Me by Gene Kelly yang mengudara tidak terlalu kencang dari pemutar suara di seluruh sisi rumah.

Tawa dan pekikan dapat Erica tangkap meski kasat dari tempatnya menyimpan peralatan: kuas dan cat. Pelapis pakaian telah dilepas, membebaskan gaun santai kuning telur rumahan. Erica merapikan tatanan rambut yang digulung agar tidak kendur. Menepuk ringan gaunnya sudah menjadi kebiasaan.

Menyentuhkan kuas di canvas bagi Erica sedari dulu hanya untuk melepas penat; kegiatan untuk membuat hatinya ringan, bukan pekerjaan. Salah satu rutinitas utamanya saat ini adalah merawat Kai yang kian tumbuh. Mengapa anak tumbuh sangat cepat? Senyum lebar Erica tanpa sadar terulas sendirinya. Teringat permintaan ada-ada saja anaknya akan panda. Lucu sekali.

Bahkan saat tadi Erica mengantar Kai tidur siang, Kai sempat mimpi, dengan bibir kecilnya sedikit terbuka, pipi berisinya tertekan bantal di satu sisi, sedang sisi lain Erica tidak berhenti ciumi, harum bedak mengerubungi—Kai mengigaukan panda impiannya sambil memeluk erat boneka jerapah.

Erica baru akan menarik ponsel dari meja yang membelakangi lukisan The Spinners, tepat diapit dua lamp desk putih di masing sisi, kala interkom berbunyi. Menerima panggilan tersebut terlebih dahulu tanpa ada kecurigaan. Namun, bukan pemberitahuan mengenai siapnya sebentar lagi makan malam. Senyum yang sempat dipulas malah disurutkan. Erica melirik ponsel yang sudah dipenuhi pesan dan terpampang panggilan dari aspri-nya: Ibu, ada Bapak... adalah isi pesannya.

Menarik napas pelan, Erica berusaha tetap tenang.

Tetapi, sungguh, bukankah asisten pribadinya yang seharusnya tengah mendapat self reward, sudah membela-belakan pulang lebih cepat dari liburan di Bangkok atas 'perintah suaminya' jika tidak mau diganti dengan kehadiran aspri merangkap teman kecil pria itu, Genta. Lantas, sekarang apa?

Untuk apa, bahkan bukan hanya Genta, tetapi juga suaminya ke Jakarta? Di saat seharusnya pria itu tetap menempati rumah lama mereka di Tokyo?

Interkom Erica tutup usai mengucapkan terima kasih, menyempatkan diri bertanya apa koki sudah selesai memasak makan malam. Erica biasanya akan ke dapur setelah selesai dengan kegiatannya, jika sempat, mengecek masakan yang akan dihidangkan.

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang