Chapter 24

5K 465 814
                                    

The Japanese legend says that people have three faces; the first face we show to the world, the second face we show to our family and close friends, and the third face we never show to anyone. The last one may be the most real portrayal of who we are.

London to the Mediterranean Sea

I see trees of green
Red roses too
I see them bloom
For me and you
And I think to myself
What a wonderful world

What a Wonderful World milik Louise Armstrong sedang mengalun ketika pintu utama bangunan salah satu apartemen prestigious di Knightsbridge dibuka dari dalam, disusul petugas berseragam hitam dari luar membantu membukakan, membuat pemandangan seorang wanita hadir dari sana.

Menurunkan sunglasses hitam dari pandangan untuk disematkan di kerah kemeja putih linen yang ia pakai, Ren menepati janji pada wanita yang ia temui—jika kegiatan separuh malam kemarin bisa disebut pertemuan—di London Film Festival untuk sudah berdiri di titik yang sama saat ia menunggu wanita itu masuk ke gedung tempatnya tinggal.

Senyum Ren tanpa diperintah mengembang.

She was a swan lake in a gown last night and now she looks chic and fresh with her casual look; manis.

Ungkapan tersebut begitu saja hadir di benaknya.

Membuat Ren terbeliak sendiri dan ia redam.

Surai wanita itu yang semalam dibentuk hanya menyisakan sedikit helai tipis yang membingkai wajah, pagi ini diikat satu tinggi dihiasi twill scarf bermotif Le Jardin De La Maharani. Sebuah ukiran kebun yang didedikasikan atas kesukaan Maharani Gayatri Devi dari Jaipur yang ikut menggerakan kemajuan wanita, terkhusus di bidang pendidikan. Terlihat cocok di rambut coklat berkilau wanita itu yang tergerak oleh angin yang mungkin sama penasarannya dengan yang saat ini Ren rasakan.

Tidak ada lagi Gaun seindah aransemen Swan Lake, Tchaikovsky yang telah diganti pakaian kasual. Harus digaris bawahi tanpa mengurangi keindahannya; kaus berkerah putih pas tubuh dengan sematan kardigan hitam yang diikat di leher dan celana capri coklat susu. Kaki jenjang wanita itu ditumpu heels kecil putih Mary Jane dan di tangannya terdapat summer basket bag. Penampilannya bagai Audrey Hepburn yang akan berjalan-jalan di Hyde Park untuk piknik di pinggir danau dengan buku kesukaannya, The Diary of a Young Girl karya Anne Frank.

Hanya bedanya, yang mungkin wanita itu pastikan ada di tas adalah buku sketsa dan seperangkat alatnya. Ren yang diam-diam memperhatikan wanita itu seksama semalam—lebih karena pandangan jelinya—teringat genggaman kuat jari-jari kecil wanita itu pada buku sketsanya yang bagaikan menjaga dari pencuri—pencuri lihat.

Sekali lagi, manis.

Ren perlu membatasi pikirannya.

Langkah wanita itu yang terketuk anggun menuruni anak-anak tangga membuat Ren sebenar-benarnya terserap, sepersekian detik yang menjadi hening di angan, Ren merasa harum tiba-tiba membayang.

Harum yang sama dengan yang ia dapati semalam.

Harum wanita itu.

Mata mereka bersibobok dalam dan mengunci.

Seumpama hal tersebut sudah seharusnya terjadi.

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang