Chapter 25

7.9K 540 1K
                                        

God will tell us through every religious text that the other world... is more beautiful.

Jevan Jovanovski

Aku nyusul kamu ke London ya, Ca?

Jevan Jovanovski

Ecaaaaaaa

Jevan Jovanovski

Aku siap-siap sekarang
Terus cari penerbangan paling awal
Males banget kuliah, mau gangguin kamu aja :)

Erica membaca pesan masuk dari Jevan. Entah pria itu serius atau hanya seperti perkataannya; mau mengganggunya. Namun, Erica lekas menolak panggilan FaceTime dari pria itu dan mengetikkan balasan; you shouldn't follow me to London. Erica juga menyempatkan membalas pesan Ko Altair  yang bertanya bagaimana keadannya; Erica berkata sejauh ini dirinya baik-baik saja berkeliling sendiri.

Jika situasi ini termasuk menunjukkan dirinya berkeliling. Sendiri. Sebab orang-orang ini tidak Erica kenal. Erica mungkin akan menganggap mereka hanya sebagai teman seperjalanan. Bagai dirinya hanya menaiki ferry wisata bersama para pelancong dari ragam negara, menyusuri sungai thames sebentar untuk melihat bangunan ikonik di sekeliling sungai. Erica sengaja mengambil gambar ketika kapal baru melewati Big Ben dan St. Paul's Cathedral—foto tersebut Erica kirim ke papa dan cicinya sebagai absen harian. Erica sudah memiliki beberapa stok foto. Berjaga-jaga sebab alih-alih kapal ferry wisata yang hanya berlayar di seputar sungai thames, Erica berada di luxury yacht yang ia naiki bersama para tokoh kelas atas dunia yang baru ia temui. Menuju kemahsyuran laut mediterania.

Erica hanya berharap mereka bisa kembali ke London sebelum pakaian bersihnya habis.

"Hi," sapa seseorang. Erica mengangkat kepala dari buku sketsa yang lekas ia tutup tanpa ketergesaan. Pun ponsel yang dibisukan dari pesan beruntun Jevan. "Do you mind if we sit here?"

Wanita yang Erica ketahui bernama Helena Murray menatapnya dengan binar ramah. Datang bersama Juliet Campbell yang tidak sedikitpun memancarkan pandangan selain penasaran. Erica sebagai tamu yang tahu-tahu bergabung bersama mereka pada pelayaran ini sudah sepantasnya mempersilahkan.

"Silahkan." balas Erica, menarik senyum tipis.

"So, Erica... tell us," Tanpa menunggu waktu lama, Helena Murray selanjutnya berkata, diiringi percikkan di manik birunya. Tatapan Erica berubah serius kala suara wanita itu dipelankan. "Where did you meet him?"

Him yang wanita itu pertanyakan, pasti pria Jepang bernama Ren yang saat ini setengah duduk di deck putih ujung kepala kapal. Masih dalam kemeja linen putih tipis yang bagian atasnya tidak terkancingi sempurna. Terlalu ringan tersapu angin laut. Kaki kirinya yang dibalut celana pendek santai coklat setengah ditekuk. Di satu tangan terangkat pria itu terdapat buku yang dibaca khidmat dengan polarized sunglasses tersemat di atas hidung tinggi rampingnya. Raut pria itu serius. Sesekali menyesap sampanye yang tersisa sedikit di gelas kristal tinggi di dekatnya. Menarik tanpa melihat dengan gerak begitu pelan dan piawai. Rambutnya yang sebelum-sebelum ini Erica dapati tertata sebagaimana mestinya bahkan tak diindahkan dari bergerak liar.

Dari sofa tempat Erica duduk sedari tadi, pemandangan tersebut leluasa tersaji.

"London Film Festival?"

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang