Sometimes... I also can't figure out what happened inside myself. The lingering sadness. The emptiness which I shouldn't feel because of the love I received. The little angry for feeling incapable of anything.
The rush of every loud inside my head.
But, I will never be the loud person I am.Meeting someone who understands me,
Because that's someone also occurs the same thing...We are similar...
Too similar for having many things in commonIs such a Yuanfen
—Jakarta, 22 Maret 2019
I am sorry.
Erica menggumamkan kata tersebut setelah menuturkan harapan dan sebelum meniup deret lilin warna-warni di atas kue berkrim putih bertuliskan happy birthday di atasnya yang disodorkan di hadapannya saat ini. Semua dilantunkan Erica sebagai bisikan dalam hati.
Waktu menunjukkan pukul dua belas tengah malam ketika Erica terbangun di kamar tidurnya atas lantunan sayup selamat ulang tahun diikuti terang nyala lilin-lilin bercahaya kuning. Bangkit dari pembaringan, bersandar di kepala ranjang, Erica tersenyum kecil melihat papa, dan cicinya yang pasti baru pulang lembur terlihat dari pakaian kantornya, memegang kue di kedua tangan, di sisi ranjangnya.
"Selamat ulang tahun, Dek." kata Papa usai mencium kening Erica saat lilin-lilin telah redup.
"Thank you, Pa."
"Hold this cake first birthday girl," kata cicinya. Memindahkan kue tart ke tangan Erica yang siap siaga menyangganya, belum menyurutkan senyum.
"Biar Papa yang pegang." tawar papa seraya mengulurkan dua tangan ditengadahkan.
"It's okay Pa." balas Erica kalem.
Papa mengusap rambutnya. Saat itu kamar Erica sudah terang benderang usai lampu dinyalakan Ci Clarence yang berjalan kembali ke dekat ranjang.
"Selamat ulang tahun, Eca." Ci Clarence memeluk tubuh Erica ringan agar tidak mendorong kue yang ada di antara mereka. "Akhirnya udah kepala dua."
"Masih tetap gadis kecil papa. Selamanya."
"Thank you, Cici."
Ci Clarence yang sudah mengurai pelukan, memasang raut mendelik atas perkataan papa."Geli banget deh, Pa." celanya tidak sungguh-sungguh.
"Iri saja kamu." balas Papa. Langsung bergerak ingin memeluk Cici yang berlagak menghindar. Dengan wajah jijik dibuat-buat tapi tetap berhasil dipeluk papa. Erica tahu Cicinya tak mengeluarkan effort untuk menghindari papa. "Kamu juga forever papa little girl, Clacla." tutur papa sambil memeluk Ci Clarence gemas. Menyematkan ciuman bertubi di pelipis saat Ci Clarence memasang wajah masam.
"Tapi harus dikurangin lemburnya biar bisa forever young..."
"Jokes bapak-bapak banget sih Pa!" hardik Ci Clarence yang sudah terbebas dari pelukan.
"Loh? Ini bukan jokes semata loh, papa sungguh-sungguh. Di kantor lagi banyak yang mengeluh tentang penuaan dini katanya." terang papa.
![](https://img.wattpad.com/cover/333545358-288-k741865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nouveau Départ
RomanceShe was a saint camellia before a sinful rose. She was a calm water before a burning fire. Ren Takahara bisa memiliki seluruh isi dunia di genggaman tangan, tetapi tidak dengan seorang wanita yang bersinggungan takdir secara tidak sengaja bersamanya...