Chapter 2

572 39 0
                                    

Sebuah mobil pick up berhenti tepat di depan IGD Rumah Sakit Citra Medika.

"dokter, tolong! Ada dua korban kecelakaan" teriak seorang bapak yang turun dari mobil tersebut kemudian disusul oleh temannya yang turun dari kursi kemudi. 

Dengan cepat perawat mengambil dua brankar dan membawa mereka masuk. Dengan sigap, dua dokter datang dan langsung memeriksa kedua korban yang tidak sadarkan diri itu.

Beberapa saat kemudian, tiga anak koas memasuki IGD untuk berganti shift dengan temannya. Mereka berpapasan dengan kedua bapak yang mengantar korban kecelakaan tadi.

"kasian ya, belum ada yang bisa ngabarin keluarganya" ujar salah satu dari kedua bapak-bapak itu.

Sarah menoleh sebentar, lalu menghampiri salah satu suster yang berjaga. 

"Ada korban kecelakaan lagi ya sus?" Tanya Sarah pada suster Thalia.

"Iya Sar, dua orang. Cowok sama bapak-bapak gitu"

"Ya ampin kasian banget. Terus gimana keadaannya?" tanya gadis manis di sebelah Sarah. Di name tagnya tertulis Adelia.

"Udah pada dipindahin ke ruang rawat. Yang cowok sih nggak terlalu parah, cuma ada cedera kecil di kepala. Lagian mabuk sih, jadi nabrak kan. Kasian bapak-bapaknya lumayan parah, dia kehilangan banyak darah" gerutu suster Thalia. Ia sangat tidak suka dengan kasus semacam ini. Seorang bapak harus celaka karena kelakuan anak muda jaman sekarang yang suka mabuk-mabukan dan masih nekat menyetir mobil sendiri.

"Ku dengar keluarganya belum bisa dikabarin ya, sus?" Tanya Reky, satu-satunya anak koas laki-laki yang mendapat tugas shift malam ini.

"Yang cowok udah, nah yang bapak-bapak itu yang belum. Dia nggak bawa hp, tanda pengenal di dompetnya juga cuma ada SIM. Padahal kondisinya parah" tutur suster Thalia. Ia sedih mengingat kondisi bapak tersebut, ia jadi teringat akan ayahnya di kampung.

"Boleh lihat nggak, Sus? Sekalian kita bantu sebar di sosmed. Siapa tau kan ada kenalan atau keluarganya yang lihat" ujar Adelia.

"Ini. Tadi kita juga udah minta bantuan buat cari keluarganya" Suster Thalia menyerahkan dompet dan SIM bapak tersebut.

"Astaghfirullahaladzim"

"Kenapa, Sar? Lo kenal?" Tanya Reky

"Ini Om Wahyu, tetangga gue! Ya ampun" Sarah segera mengambil ponselnya, mencari kontak Salwa.

***

"Kak Sarah"

Salwa berlari menghampiri Sarah yang sudah menunggunya di depan pintu IGD.

"Ayah gue mana?" Suara Salwa terdengar serak akibat menangis.

"Sudah dipindah ke ruang rawat. Ayo Sal, biar gue anterin" Sarah menggandeng tangan Salwa menyusuri koridor menuju area rawat inap.

"Sal, lo sendiri? Kesini naik apa?"

Salwa mengangguk, "naik motor kak. Ibu temenin adik-adik di rumah. Besok pagi baru kesini"

Sarah mengangguk paham. Ia mengelus pundak Salwa sebelum berbelok, memasuki area rawat inap.

"Itu ruangan Om Wahyu" Sarah menunjuk salah satu pintu yang tertutup tak jauh dari mereka.

Saat mereka mendekat, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter keluar dari sana.

"Malam, dok. Ini saya nganterin anak dari pasien yang di dalam" Sarah sedikit membungkuk sopan.

Dokter cantik itu menatap Salwa sendu. Tangannya terangkat untuk memegang pundak Salwa, kemudian mengelusnya. "Kamu yang tabah ya"

Sarah menatap dokter Nadia, dan sorot mata sang dokter menjelaskan semuanya. Sarah langsung memeluk Salwa yang masih bingung dengan situasi saat ini.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang