Chapter 18

1K 98 3
                                    


Randy mengetuk-ngetuk jarinya ke atas meja. Tatapannya kosong, pikirannya melayang pada kejadian semalam. Seketika ia bergedik ngeri. Tangannya kanannya beralih mengusap bibirnya dengan kasar.

"Hih! Bisa-bisanya bibir gue pernah ketempelan bibir sejuta umat gitu. Untung cuma sekali"

Ya. Semalam saat melepas penat di club, Randy melihat Stefany sedang berciuman dengan seorang pria.

*Flashback

"Ran,Ran, itu kan..." Nando menepuk lengan Randy, membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Ia menoleh, mengikuti arah telunjuk Nando.

"NJING!" Umpatnya.

"Itu cowoknya sama apa beda sih dengan yang waktu itu keciduk Randy?" Tanya Jose.

"Beda, Jo. Waktu itukan bule"

"Gila ya tu cewek. Siangnya ngejar-ngejar Rean, malemnya cipokan sama cowok lain. Nyari apa sih di dunia yang fana ini" lanjut Nando. Kepalanya menggeleng-geleng.

"Mantannya Randy tuh" celetuk Jose mulai memancing.

"Waktu masih sama lo, dia cipokannya kek gitu juga nggak Ran?" Nando menaikturunkan alisnya menggoda Randy.

"Diem lu semua! Jijik gue"

Flashback off*

Randy melirik telepon kantor yang berbunyi di sampingnya.

"Kemana hp lo? Dari tadi gue telpon gak diangkat-angkat" omel Nando begitu Randy mengangkat teleponnya.

"Oh iya gue lupa nyuruh lo ambil. Kenapa sih? langsung ngomel aja kayak cewek. Minimal tuh salam"

"Kenapa, kenapa aja lo. Udah jam 5 lewat nih. Gak mau balik lo?"

Randy melihat jam yang melingkar dit tangan kirinya. Benar, sudah pukul 5 sore.

"Iya gue balik. Tapi kita ke cafe tempat Salwa kerja dulu, mau ambil hp sama dompet"

"Ya udah cepet! Gue tunggu di parkiran" ucap Nando sebelum memutuskan panggilannya.

Setelah menjadi pemateri workshop dan bertemu dengan Pak Dekan di kampus Salwa siang tadi, Randy langsung kembali ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus segera ia selesaikan, imbas dari cuti panjangnya. Ia bahkan lupa mengabari  Nando untuk mengambilkan ponselnya di Salwa. Sementara Nando, pria itu baru sempat menghubungi Randy pada saat jam pulang. Mereka benar-benar sibuk hari ini.

***

Sore ini Cafe Nadh cukup ramai. Sejak tadi Salwa tak hentinya bolak-balik mengantarkan pesanan para pelanggan. Bahkan Nadh, sang pemilik cafe sampai ikut membantu Salwa karena dua pegawai lainnya sibuk membuat makanan dan minuman.

Nadh menoleh ke arah pintu begitu bel tanda ada pelanggan yang masuk berbunyi.

"Kak Sal" Panggil Nadh.

Salwa yang baru saja kembali setelah mencatat pesanan, berhenti tepat di samping Nadh. "Kenapa?"

"Itu ada Kak Randy sama temennya. Samperin gih"

Salwa menoleh ke arah yang dimaksud Nadh. Di sana, tepat di depan pintu cafe ada Randy dan Nando yang beridiri dengan bingung.

"Lo aja lah Nadh, gue mau anterin pesanan meja nomor 7"

"Ish. Itu kan suaminya Kak Sal, dilayanin dong. Meja 7 biar aku yang urus"

"Nadh.."

Nadh lalu merampas catatan Salwa dan membawanya masuk. Salwa hanya menghela napas, lalu berjalan menemui dua tamu yang terlihat mencolok dengan balutan jas diantara pelanggan-pelanggan lain yang berpakaian casual.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang