Chapter 7

831 70 13
                                    


Acara lamaran Randy dan Salwa diselenggarakan secara privat di sebuah restoran mewah dengan tema garden party. Acara ini hanya dihadiri oleh keluarga Rony dan Salwa yang ada di Jakarta, serta sahabat dari keduanya. Acara lamaran telah selesai beberapa menit yang lalu dan kini dilanjut dengan makan siang bersama yang lebih santai.

"Salwa jurusan teknik industri ya?" Tanya Surya

"Iya om"

"Wih keren. Nanti kalau udah lulus bisa tuh bantu-bantu Randy di perusahaan. Oh iya, mulai sekarang harus belajar panggil Papa biar terbiasa. 3 Minggu lagi kan udah sah" komentar Surya pada panggilan yang disematkan Salwa untuknya.

"Eeengg.. iya, maaf P-pa" sungguh lidah Salwa terasa kaku sekali menyebutnya.

"Sok kalem lo, gak cocok" bisik Randy yang duduk di samping Salwa.

"Akh"

"Kenapa, Bang?" Tanya Ralin saat Randy tiba-tiba memekik.

"Gapapa Ma" ucap Randy sambil mengusap-usap lengannya yang dicubit memutar oleh Salwa. Sementara sang pelaku kembali fokus dengan makanannya seolah tidak terjadi apa-apa. 

"Caper kamu ya" ucap Ralin sebelum beralih menatap Salwa.

"Sal, makan yang banyak biar maagnya gak kambuh lagi"

"Iya, Tan"

"Ih curang masa dia dipanggil Papa, aku Tante? Mama dong Sal"

"Eh, iya. Maaf Ma, lupa"

"Gilang, Ganta, kalian juga makan yang banyak ya. Acara kakak kamu ini, gak boleh ada yang pulang dalam keadaan lapar"

"Siap Tante!" Ucap Ganta dengan penuh semangat hingga membuat yang lain tertawa.

Di meja lain, Ratih yang melihat interaksi calon keluarga baru itu berbisik pada anak gadisnya.

"Nanti kalau cari suami itu kayak Randy. Udah kaya, ganteng, keluarganya baik lagi. Mau nerima sepupumu yang bukan siapa-siapa itu"

"Terpaksa kali Ma, emang Mama gak heran kenapa Salwa tiba-tiba mau nikah? Kan selama ini dia gak pernah punya pacar."

"Ssst. Arahnya kemana nih? Kamu kalo ngomong jangan sembarangan deh" tegur Ratih pada Anya.

"Ya siapa tau kan Salwa ngejebak Kak Randy biar mau nikahin dia. Lagian cowo juga bakal mikir berkali-kali buat deketin cewek galak yang biasa aja kayak dia. Masih jauh cantikan aku lah" 

"Iya sih, Mama juga heran"

***

Nadh dan Novelin menarik Salwa menjauh dari orang-orang ke bagian pojok taman yang terdapat pohon rindang dengan kursi kayu yang melingkarinya di bawah.

"Gue marah. Kenapa lo gak pernah cerita apa-apa soal ini?"

"Iya, Kak Sal. Kok bisa tiba-tiba lamaran?" 

Novelin dan Nadh langsung menodong Salwa dengan pertanyaan begitu mereka duduk. Salwa paham dengan perasaan kedua sahabatnya itu. Bagaimana tidak? Ia saja baru mengabari mereka semalam, 12 jam sebelum acara dimulai.

Salwa menarik napas panjang lalu membuangnya pelan sebelum mulai menceritakan semuanya.

"Janji ya, gak bilang ke siapa-siapa" Ucap Salwa.

Nadh dan Novelin mengangguk.

"Pantes aja kita gak asing sama Tante Ralin, ternyata dia datang juga pas pemakaman Om Wahyu" ucap Novelin yang disetujui oleh Nadh.

"Ini sama aja gue ngejual diri gak sih?" Tanya Salwa. Sebenarnya seminggu ini ia berulang kali menanyakan pada dirinya sendiri, apakah keputusan yang ia ambil sudah benar? Atau kah hal ini sama saja seperti ia menjual diri? Menerima tawaran pernikahan ini demi uang? Salwa masih sangat ragu akan keputusannya sendiri, bahkan hingga detik ini.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang