Chapter 6

864 76 3
                                    


Lima menit setelah Ralin keluar, Randy tak kunjung membuka suara. Pun Salwa tidak ingin memulai pembicaraan.

Merasa canggung, Salwa mengambil sepotong apel yang masih tersisa di piring dan memakannya.

"Ayo menikah"

Uhuk,,,uhukk

Salwa menepuk lehernya karena tersedak apel. Tangannya bergerak berusaha menggapai air minumnya yang tadi Ralin letakkan di atas meja.

"Eh pelan-pelan" Randy segera menyodorkan air dan langsung diteguk oleh Salwa.

"Gila Lo! Setelah ayah, selanjutnya lo mau bikin gue mati?" 

"Gue gak ngapa-ngapain lo ya" Randy mengangkat kedua tangannya, "gue cuma ngomong" lanjutnya

"Lo lagi ngelamar gue?" Salwa menunjuk dirinya.

"Nggak. Cuma ngajak nikah" kata Randy santai. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

"Aneh! Aneh! Aneh! Dasar aneh! Emang lo se-nggak laku itu ya? Atau lo emang gak punya tujuan hidup? Mau-maunya disuruh nikah sama orang asing" cecar Salwa

"Justru karna gue punya tujuan, gue ngomong kayak gini. Tau gak kenapa nyokap gue segencar itu pengen ngejodohin kita? Padahal dengan semua tanggungjawab yang dia kasih, gue rasa udah cukup. Apalagi sudah terbukti kalau kecelakaan itu bukan cuma kesalahan gue"

"Setelah kejadian tadi, gue sadar. Nyokap gue kayak gini tu karena dia terlanjur sayang sama lo. Gue ngelihat tatapan dia ke lo sama kayak tatapan dia ke adek gue. Kalau adek gue masih hidup, mungkin dia seumuran sama lo. Apalagi gue ngelihat ada kemiripan diantara kalian" jelas Randy

Dahi Salwa mengerut, "Muka kita mirip?" Tanyanya.

"Gak sih. Masih cakepan adek gue. Abangnya aja kayak gini" jawab Randy dengan percaya dirinya.

"Dih najis"

"Sifat kalian mirip. Walaupun adek gue masih lebih sopan" 

"Cara Lo muji adek lo secara gak langsung tuh kayak lo lagi ngehina gue tau nggak"

"Nyokap gue emang bawel, tapi selama ini dia gak pernah senyum sesering ini dalam satu hari semenjak adek gue pergi. Kalau kita nikah, bukan cuma nyokap gue yang seneng. Lo juga dapet untung kan? Lo gak perlu kerja sekeras ini, gak perlu mikirin biaya sekolah adik-adik lo, dan Tante Sari gak perlu ikutan kerja berat. Gue bisa ngasih modal buat bangun usaha dan nge hire pegawai. See? Bahkan secara materi lo lebih dapat banyak keuntungan"

"Ketenangan batin gue lebih berharga ya dari semua materi yang lo tawarkan" 

"Gue tau. Makanya kalau lo setuju, gue gak bakal ngebatesin untuk ngelakuin apa yang lo suka. Sebaliknya, lo juga ga boleh ngebatesin gue. Ya.. kita nikah untuk status aja, yang terpenting orang-orang disekitar kita jadi seneng. Simbiosis mutualisme" 

"Emangnya lo gak mikirin diri lo?"

"Selama nyokap gue seneng, gue udah cukup"

Salwa terdiam. Seketika dirinya merasa menjadi manusia yang paling egois. "Apa gue harus nerima perjodohan ini?" Batinnya berkecamuk, memilih menerima atau kembali menolak.

"Assalamualaikum"

Ganta dan Gilang muncul memecahkan keheningan yang terjadi. Mereka berjalan mendekat dan menyalami Randy sebelum melewatinya untuk salim pada Salwa.

"Tumben udah pulang, biasanya sejam lagi" kata Salwa

"Guru-guru pada rapat. Kak, minta ya" ucap Gilang sebelum memotong kue yang tadi dibawa Ralin.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang