Chapter 26

503 59 3
                                    

"Salwa?"

"Kak Bara" lirih Salwa ketika pandangannya bertemu dengan Bara. Namun hanya sedetik, Salwa langsung membuang muka dan menatap kosong pada lantai yang ia pijak. Pantes aja matanya Rara gak asing, ternyata anaknya. Batin Salwa.

"Lo udah kenal Salwa? Kok bisa?" tanya Randy bingung, seraya menatap Salwa dan Bara bergantian.

Bara berjalan menghampiri mereka, lalu digendongnya Rara dari pangkuan Randy. Perlahan sebuah senyum terbit di wajahnya. "Apa kabar Sal? Lama gak jumpa"

"Baik" jawab Salwa singkat tanpa perlu repot menanyakan kembali bagaimana kabar pria itu. Ia menghela nafas berat.
Setelah 3 tahun kenapa harus ketemu lagi sih. Batinnya tidak sadar jika Randy tengah memperhatikan gerak-geriknya.

"Kok bisa kenal?" Tanya Randy lagi. Kali ini pertanyaan itu ia tujukan kepada Salwa.

"Ekhm. Dia junior gue di kampus" jawab Bara. 

Randy mengangkat sebelah alisnya. "Junior? Gimana ceritanya? Lo kan anak hukum, dia teknik. Mana lo lulusnya sebelum dia masuk. Gue aja yang sejurusan gak ketemu" 

Randy masih penasaran. Pasalnya ia dan Bara teman satu angkatan, sementara Salwa 5 tahun di bawah mereka. Bagaimana mereka bertemu? Fakultas Hukum dan Teknik bahkan berada di kampus yang berbeda. Fakultas Hukum berada di kampus utama, sedangkan Fakultas Teknik berada di kampus kedua bersama dengan Fakultas MIPA.

"Kan gue lanjut S2 di kampus yang sama. Waktu itu kita sama-sama maba, bedanya dia S1 gue S2. Lo kan lanjutnya di luar" jelas Bara.

"Ck. Udahlah gak penting! Langsung aja bahas masalahnya, gue gak ada waktu. Habis ini masih ada urusan" Ucap Salwa ketus, membuat Randy tak lagi mengajukan pertanyaan serupa.

"Rara main sama Uncle Nan dulu ya, Papa sama aunty uncle disini mau kerja dulu"

"Okey Papa" Ujar Rara seraya mengangkat jempolnya di samping wajah. 

"Ran, Sal, gue bawa Rara ke Nando dulu ya bentar" Ucap Bara sebelum membawa Rara keluar.

Sepeninggal Bara, Randy menatap Salwa tajam. "Kok lo bisa kenal Bara sih?"

"Kok lo bisa kenal Bara sih?" Tanya Salwa balik.

"Ck. Malah nanya balik. Gue sama Bara satu SMA. Kal-"

"Ssstt" Salwa menyenggol lengan Randy agar berhenti bicara ketika pintu ruangan pria itu kembali dibuka oleh Bara.

"Gue gak nyangka temen yang lo maksud ternyata Salwa" ucap Bara kemudian mendudukkan dirinya di sofa panjang yang Salwa dan Randy duduki.

Salwa secara spontan bergeser, merapat ke Randy ketika Bara duduk di sampingnya. Posisinya yang kini berada di antara Randy dan Bara membuat suasana terasa canggung. 

"Ekhm. Gue ambil kursi itu aja deh" Ujar Bara merujuk pada kursi yang ada di depan meja kerja Randy.

"Gak usahlah, lo jadi ketinggian kalau duduk disitu. Langsung aja" ucap Randy membuat Bara yang hendak berdiri, kembali duduk di tempatnya.

"Oke. Ohiya Sal, sebelumnya aku turut berduka cita atas kepergian ayah kamu. Gimana kabar ibu dan adik-adik kamu?"

"Ba-"

"Lo kelamaan opening Bar! Langsung aja, dia gak bisa lama-lama" potong Randy tak sabaran.

"Sorry sorry. Jadi gini..." Bara membuka dokumen yang ia bawa dan mulai menjelaskan perihal kasus kepemilikan tanah Ayahnya Salwa jika hendak dibawa ke jalur hukum.  

Sepanjang Bara menjelaskan, Salwa hanya melamun. Ia tidak mendengar sedikit pun yang Bara katakan. Pikirannya melayang entah kemana. Sampai sebuah tepukan pada lututnya, mengembalikan kesadaran gadis itu.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang