Chapter 19

879 96 5
                                    

"Orang kok ngilang mulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Kenapa sih kak, baru dateng udah ngedumel aja" jawab Sari tanpa mengalihkan pandangan dari kain di pangkuannya.

Pintu yang terbuka lebar membuat Salwa langsung masuk dan duduk di samping Sari yang sedang fokus menjahit. Tangannya ia biarkan menggantung di udara, menunggu Sari menjeda aktivitasnya untuk menyambut uluran tangan Salwa yang ingin salim.

"Kakak naik apa? Kok Ibu gak dengar suara motor" tanya Sari setelah menyelesaikan jahitannya.

"Naik bus. Motor kakak lagi di bengkel"

"Terus yang ngilang mulu siapa?"

"Tante Ratih. Kakak udah dua kali ke rumahnya tapi gak ada mulu" adu Salwa pada Ibunya.

"Kemana? Emang orang rumahnya juga gak ada?"

"Gak ada, Bu. Tiap datang yang jawabin kakak selalu tetangganya. Katanya lagi keluar kota"

"Lagi ada urusan kali, adeknya Anya kan mau daftar kuliah" Jawab Sari.

Pagi ini Salwa mendatangi rumah Ratih lagi untuk menanyakan terkait tanah milik ayahnya. Namun lagi-lagi rumah itu kosong, seperti sudah tahu jika Salwa akan datang. Padahal Salwa sengaja tidak memberitahu perihal kedatangannya agar Ratih tidak menghindar seperti saat ia bertanya melalui telepon.

"Ganta mana Bu? Kakinya gimana? Masih sakit?" Tanya Salwa saat tidak melihat keberadaan adiknya.

"Udah sembuh kok. Udah ke sekolah dia. Paling sejam lagi balik"

Salwa mengangguk lalu berdiri. "Kakak ke kamar dulu ya, mau cari jilbab"

Tak berselang lama, terdengar teriakan Salwa dari dalam kamar.

"BUUUU.. IBUUU"

"Ibu di dapur" balas Sari setengah berteriak.

Salwa pun menghampiri Sari. "Udah di dapur aja. Ibu lihat jilbab kakak yang warna coklat gak? Yang sering kakak pake ke warung?"

"Ada kok di lemari"

"Gak ada Bu"

"Udah dicari yang bener belum?"

"Udah tapi gak ada"

"Awas ya kalo Ibu cari terus ada" ujar Sari seraya mencuci tangan dan mengelapnya.

"Coba aja" jawab Salwa mengekori Sari yang berjalan cepat ke kamarnya.

"Ini apa?" Sari mengambil sebuah jilbab dari lipatan paling bawah, di antara baju-baju Salwa yang jarang dipakai.

"Tadi kakak cari gak ada loh" Salwa meraih jilbab itu dari tangan Sari.

"Eh? Bu, ini kenapa kok ada lunturannya?" Tanya Salwa begitu membentangkan jilbabnya dan menemukan beberapa bercak berwarna ungu di sana.

"Lah iya. Apa kena baju bolanya Ganta ya? Soalnya terakhir dia yang nyuci"

"Iih bocah itu. Udah berapa kali diajarin kalau nyuci pisahin yang luntur" gerutu Salwa

"Udahlah Kak, udah jelek juga. Kamu beli yang baru aja. Emang mau kamu pake buat apa sih?"

"Jilbab yang ini enak buat tidur, Bu. Kalau beli baru gak seenak ini, harus dicuci berkali-kali dulu. Jilbab hitam kakak juga lagi dicuci buat dibawa ke anniv angkatan nanti. Eh" Salwa segera menutup mulutnya. Ia terlalu banyak mengoceh sampai kelepasan.

"Kak? Kamu masih pakai jilbab kalau tidur?"

Salwa tersenyum kaku dan mengangguk pelan.

Diomelin dah gue. Batin Salwa mempersiapkan diri menerima omelan dari Sari.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang