Chapter 4

517 41 0
                                    

"Dih. Songong banget sih" ucap Salwa dalam hati. 

Sedari tadi ia hanya memperhatikan cowok berkemeja hitam dengan celana jeans berwarna gelap yang duduk tanpa ekspresi di samping Ralin.

Disaat Ralin dan Sari membahas soal Salwa yang menolak perjodohan ini dan menceritakan alasannya, cowok bernama Randy itu malah sibuk mengunyah risol. Pergerakan Randy tak sedikitpun lepas dari tatapan tajam Salwa. Sekarang tangan cowok itu mengambil risol kedua yang tersaji di atas meja.

 Sekarang tangan cowok itu mengambil risol kedua yang tersaji di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih, dia ikut cuma buat numpang sarapan di rumah orang"

Randy menghentikan kunyahannya dan menatap Salwa hingga tatapan mereka bertemu. Salwa mengerut, ia segera memalingkan tatapannya ke arah lain. 

"sadar juga ni orang kalau lagi gue liatin" batinnya.

"Duh, maaf ya Sal. Padahal tadi kita udah sarapan sebelum kesini. Tapi Randy emang nggak bisa nolak kalau udah lihat risol. Selalu ada ruang buat risol di perutnya, kesukaan dia dari kecil soalnya" ujar Ralin.

"Kakak!" Sari menegur salwa lalu memberi kode melalui kedipan mata. Salwa sempat bingung sebelum akhirnya tersadar bahwa isi hatinya ternyata terucap. Pikirnya, ia hanya berucap dalam hati tadi.

"Maaf Tante"

"Gapapa kok. Tapi Sal, kalau nanti kamu tiba-tiba berubah pikiran, bilang Tante ya. Tawaran ini akan terus berlaku untuk kamu kok. Tenang aja, selama kamu belum nikah, Randy juga ga boleh nikah"

"Ma!" protes Randy.

"Diem kamu!" Randy langsung terdiam.

Dih kicep dia, kek bocah. batin Salwa. Ia tengah menahan diri untuk tidak tertawa melihat ekspresi Randy yang manyun. Tidak ingat umur.

"Ohiya Sal, satu lagi. Tante mohon jangan tolak ini ya, Tante ikhlas kok. Buat dipake adik-adik kamu ke sekolah"

Salwa baru menyadari ada kunci motor di atas meja setelah Ralin menggeser kunci itu padanya. Sejak kapan itu di sana?

Sejak awal, Salwa memang tidak mendengar apa yang dibicarakan Ibunya bersama Ralin karena sibuk memperhatikan Randy, memberikan penilaian pada impresi pertamanya. Secara fisik Randy memang masuk kategori ganteng dengan kulitnya yang putih, hidung mancung, alis tebal, bibir pink, dan kelopak matanya yang kecil. Tapi ekspresi dan auranya minus di mata Salwa. Dia terlihat songong dan lemes seperti tidak memiliki gairah hidup disaat bersamaan. Belum mengobrol saja sudah menyebalkan. Untung tidak jadi napi.

"Gimana Kak? Motor Ayah kan udah hancur, bakal susah dan pasti lama nyervisnya. Kamu juga nggak mungkin kan bolak-balik anterin mereka, apalagi boncengan tiga. Biar nanti Gilang yang boncengin Ganta ke sekolah"

"Terserah Ibu aja. Yang jelas perjodohan ini udah batal kan?"

"Lebih ke–dipending kali ya? Tapi nggak yang maksa kamu juga, Sal. Seperti yang Tante bilang tadi"

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang