Chapter 10

859 69 2
                                    


Salwa bangun pagi-pagi sekali untuk membuat sarapan. 3 porsi nasi goreng mawut dan minuman yang paling wajib di rumah ini, teh hangat. Setelah shalat subuh, ia langsung bersiap-siap lalu sarapan bersama adik-adiknya.

Hari ini, Salwa akan ke Bandung untuk mengunjungi makam Mamanya. Rencananya, ia berangkat pukul 7 pagi agar nanti saat pulang bisa tiba di rumah sebelum malam. 

Salwa kembali mengecek isi rumahnya sebelum pergi. Sedangkan Gilang dan Ganta sudah berangkat ke sekolah sejak 5 menit yang lalu. Setelah memastikan gas, listrik, pintu dan jendela aman, barulah Salwa mengunci pintu rumahnya. 

Namun saat berbalik, ia dibuat terkejut dengan kehadiran Randy di hadapannya. 

"Astaghfirullahaladzim. Kenapa muncul tiba-tiba sih? Bikin kaget tau gak!" Salwa sedikit menjerit. Saking kagetnya ia hampir saja memukul Randy menggunakan helm yang ia pegang.

Pria itu berdiri dalam balutan kaos oblong yang dipadukan dengan jaket dan celana jeans. Terlalu santai jika digunakan untuk ke kantor.
Mau kemana ni orang? Batin Salwa

"Ayok" ajaknya

"Ih mau kemana? Gak ya, gue mau pergi" tolak Salwa

"Iya ayok gue anter"

"Hah? Gak usah, gak usah. Gue naik motor kok"

"Sendirian? Naik motor? Ke Bandung? Pulang pergi?" Tanya Randy terkejut.

"Emang kenapa sih. Orang udah biasa juga" ujar Salwa melihat reaksi Randy yang menurutnya berlebihan. 

"Eh tunggu. Kok lo tau gue mau ke Bandung?" Tanyanya heran.

Randy mengangkat bahunya enggan menjawab. Membuat Salwa merengek memanggilnya. "Raaan!"

Berhasil. Reaksi seperti itu yang Randy tunggu. Ia tertawa sebelum menjawab Salwa. "Semalam Ibu nelpon gue, minta tolong buat nemenin anaknya ke Bandung"

"Ck si Ibu ih. Udah dibilangin ga usah kasih tau siapa-siapa" dumel Salwa pelan

"Woi! ayo! Udah jam 7 lewat ini" 

Melihat Salwa yang tidak beranjak, Randy langsung menarik tangan gadis itu menuju mobilnya. Ia membukakan pintu dan mendorong pelan tubuh Salwa agar segera masuk ke dalam mobil. 

"Masukin ke maps alamatnya" perintah Randy setelah menyalakan mesin mobilnya. Salwa hanya menurut dan memasukkan titik lokasi tujuannya pada benda pipih persegi panjang yang ada di mobil itu.

"Lo sering PP ke Bandung naik motor gitu?" Tanya Randy. Setiap berbicara dengan Salwa, ia akan selalu menoleh padanya meski hanya sedetik karena harus fokus pada jalanan juga.

"Iya"

"Emang kuat motor lo?"

"Wah ngeremehin matic ajaib gue. Belum aja lo dibawa dia naik ke tanjakan berbatu. Tahan banting broo" ucap Salwa membanggakan motor matic kesayangannya yang sudah setia menemaninya sejak kelas 1 SMA, meski pernah beberapa kali terkena tilang.

"Sarapan dulu kali ya" kata Randy begitu melihat beberapa meter di depan mereka terdapat gerobak tukang bubur ayam.

"Gue udah makan"

"Dih curang gak ngajak"

"Emang lo gak diajak. Wle" ledek Salwa

"Lo mau gak?" Tawar Randy, namun Salwa hanya menggeleng. Ingat! Salwa sudah sarapan dan masih kenyang.

"Duuh bakal sampai Bandung jam berapa ya ini" Salwa bergumam sangat pelan setelah Randy menghentikan mobilnya tepat di depan gerobak itu. Ia melirik jam yang tertera pada ponselnya. 

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang