Chapter 30

980 112 13
                                    

Sabtu pagi Randy gunakan untuk berolahraga dengan berjalan santai di atas treadmill sambil membaca laporan yang baru saja Nando kirim melalui email. Setelah 30 menit menggunakan treadmill, ia memutuskan untuk berhenti. Diraihnya handuk dari tempat gantungan kemudian mengelap wajah dan bagian tubuhnya yang berkeringat. 

Randy menghentikan aktivitasnya saat matanya menangkap sosok Salwa tengah berjalan di taman samping rumah. Gadis itu masih menggunakan piyama semalam serta jilbab instannya. Randy mengangkat sebelah alisnya saat gadis itu mulai berjongkok.

Ngapain dia? Tanya Randy dalam hati.

Ruang gym ini berhadapan langsung dengan taman samping, yang disekat dengan dinding dan pintu kaca. Randy berjalan mendekat, menggeser pintu itu dan menyandarkan tubuhnya disana seraya melipat tangan di dada. Matanya fokus memandangi Salwa yang membelakanginya.

Setelah beberapa menit, Salwa berdiri lalu membuka sarung tangan plastik yang ia kenakan dan membuangnya ke tempat sampah. Begitu berbalik ia terkejut melihat kehadiran Randy disana, menatapnya tajam. Ditatap seperti itu setelah confess tipis-tipis Randy semalam, membuat Salwa sedikit salah tingkah.

"APA LIHAT-LIHAT?"

"Dilihat doang ngamuk, apalagi di-"

"APA?"

"Masih pagi udah ngegas aja. Lagi ngapain sih?" Tanya Randy melangkah mendekat.

"Stop! Lo di situ aja" Salwa mengangkat tangannya, melarang Randy mendekat.

"Kenapa sih? Gue mau lihat lo lagi ngapain"

"Lagi nanem cabe. Harga cabe tuh lagi naik, jadi gue minta punya Ibu buat ditanam di sini. Eeh gue bilang jangan mendekat!"

"Kenapa sih? Mau lihat doang" kekeh Randy.

Gue deg-degan njing! Batin Salwa. "Mmm... Lo bau! Jangan deket-deket!"

Randy mencium aroma tubuhnya. "Enak aja! Walaupun keringet gue tetep wangi ya. Gak percaya? Sini cium" ia mendekat ke arah Salwa meski gadis itu terus menghindar.

"Gak. Gak mau! Lo bau! Bau ketek!"

"Wah makin ngeledek. Sini lo gue ciumin ketek gue"

"NGGAK! IBUUUUUU" Salwa berlari ke depan karena terus didekati oleh Randy.

"Sini lo Salwa!" teriak Randy seraya mengejar Salwa.

Mereka tidak sadar jika aksi kejar-kejaran itu disaksikan oleh Nando yang baru saja turun dari mobilnya. "Baru datang udah disuguhi adegan film India" celetuknya.

Salwa berlari hingga ke ruang tamu, keliling mengitari sofa. Ia melemparkan bantal sofa pada Randy yang terus mengejarnya. "Ran, udah ah. Gue capek, kek bocah kita"

"Lo lari terus ya gue kejarlah. Enak aja ngatain gue bau" Randy menangkap bantal itu dan membuangnya asal. 

"Emang lo bau wle" 

Gemas, Randy melompati sofa dan menarik tangan Salwa agar duduk di sampingnya. Ia lalu mendekap erat gadis itu di keteknya. "Rasain nih"

"Iyuh. Randy! Lepasin gue gak bisa napas ini!" Protes Salwa meski suaranya tenggelam.

"Bilang dulu kalau ketek gue wangi"

"Iya wangi! Udah lepasiiin" rengek Salwa.

Akhirnya Randy melepas dekapannya, namun tidak menjauhkan tubuhnya. Ia menatap lekat wajah Salwa yang cantik tanpa riasan apapun. Tatapan Randy yang teduh membuat Salwa terhanyut di dalamnya. Kalau kata Indra Frimawan, aku tenggelam dalam binar sinar matamu yang mantep itu.

MengapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang