[Sudah terbit]
Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai sirna, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola di pelukannya.
Kisah mereka akan abadi di sebuah ka...
'Cause you're the one that I like, I can't deny Every night you're on my mind So, if I call you tonight Will you pick up and give me your time?
I Like You The Most—Shad
• • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalian sudah berapa lama berteman?" tanya Ratu di tengah makan malam bersama.
Meta mengunyah makanannya sembari menatap Ezra. Entahlah, ia hobi sekali menatap Ezra sebelum menjawab pertanyaan dari Ratu.
"Baru seminggu, Ma," jawab Ezra santai.
Ratu menganggukkan kepalanya paham. "Satu sekolah, 'kan? Gimana pertemuan pertama kalian?"
"Kita ketemu di ruang—" Meta menghentikan ucapannya kala kakinya tiba-tiba diinjak Ezra. Pelan, sih, hanya terkejut saja. Ia hampir berteriak tadi. Untung saja tidak keceplosan.
"Ruang apa?" tanya Ratu dengan guratan penasaran.
"Ruang guru."
"Ruang perpustakaan."
Ezra mendelik ke arah Meta, begitu pun Meta yang mengernyit heran ke arah Ezra. Ezra menjawab ruang guru, sementara Meta malah menjawab ruang perpustakaan. Dan mereka menjawabnya secara bersamaan.
Ratu mengunyah pelan makanannya yang ada di dalam mulut sembari menatap heran Ezra dan Meta secara bergantian.
"Jadi yang benar ruang apa?" tanya Ratu sekali lagi.
"Ruang perpustakaan."
"Ruang guru."
Sialan. Lagi-lagi jawabannya berbeda. Saat Ezra mengatakan ruang perpustakaan, Meta malah menjawab ruang guru. Bisa-bisa Ratu curiga. Seketika mereka menjadi tegang.
Tapi tebakan Ezra meleset, ia malah melihat Ratu yang terkikik geli. "Ya ampun, kalian lucu banget." Ratu menggelengkan kepalanya.
Meta tersenyum canggung. "Kita ketemu di ruang perpustakaan, Tante. Nah, baru itu kita ketemu lagi di ruang guru. Meta lupa," ujar Meta membenahi seraya cengengesan.
Ezra bersikap tenang. Ternyata Meta tidak seburuk itu. Maksudnya, dia pandai menyembunyikan kebenaran walaupun kakinya harus diinjak terlebih dahulu. Perlahan, Ezra menatap Meta yang ada di sebelahnya. Ia sibuk bercengkrama ringan dengan Ratu. Ia berpikir, Meta adalah satu-satunya cewek yang pernah ikut makan malam di rumahnya. Dan ia juga yang membuat Ratu terus mengoceh. Makan malamnya terasa ramai setelah Meta datang. Entahlah, biasanya ia makan dengan Ratu hanya ditemani suara dentingan sendok dan garpu.
"Ini makanannya enak banget, Tante. ART yang masak, ya? Meta mau minta resepnya, nih," kata Meta dengan senyuman manisnya.
Meta tidak bohong, rasa laksa khas Bogor ini gurih dengan kuah santannya yang kental. Ia kira untuk ukuran rumah yang sebesar ini hidangannya akan seperti makanan barat yang rasanya hambar, rupanya yang disajikan adalah makanan laksa Bogor yang kaya akan rempah-rempah.