I'm no beauty queen
I'm just beautiful me
Na-na-na-na, na-na-na-na
Na-na-na-na-na
You've got every right
To a beautiful life, c'monWho Says-Selena Gomez
•
•
•Balai resital Bogor tampak ramai dengan huru-hara para pengunjung. Fanny yang sudah didampingi Bu Yuna, terlihat sangat gugup. Ia terus menggosok-gosokkan telapak tangannya yang dingin. Wajahnya tampak tegang melihat para pengunjung berlalu lalang. Matanya celingak-celinguk mencari seseorang.
Jujur saja, Fanny baru pertama kali tampil di acara besar seperti ini. Terlebih, ia adalah perwakilan sekolah dan akan melihat penampilan lawannya yang pasti skill-nya di atas rata-rata. Memikirkannya saja sudah membuat Fanny gugup.
Bu Yuna menatap anak didiknya penuh perhatian. Ia sudah melewati banyak hal selama latihan dengan Fanny. Dan di antar semua murid yang ia ajarkan, hanya permainan Fanny yang mampu membuatnya terhipnotis.
"Kita dapat nomor urut 20. Ya, lumayan lama. Kamu bisa berlatih dulu, Fan," ucap Bu Yuna. Fanny hanya mengangguk seraya tersenyum.
Dielusnya pucuk kepala Fanny. "Tenang, Fan. Kamu pasti bisa."
"Terima kasih, Bu." Bu Yuna lantas tersenyum.
Fanny melihat seseorang yang dari tadi ia tunggu. Teman-temannya. Terutama Ezra. Ezra pasti akan menyukai permainan biolanya.
Ezra, Farel, Meta dan Numi berjalan menuju ke arah Fanny. Farel tampak melambaikan tangannya, sementara Fanny hanya tersenyum.
Dari sudut pandang Farel, Fanny tampak menawan dengan gaun berwarna hitam menambah kesan keeleganannya. Rambutnya dikuncir rapi hanya menyisakan helaian rambut saja. Juga polesan make up yang menambah kesan jelitanya.
Sontak Farel tersenyum. Nggak salah gue jatuh cinta sama Fanny, batinnya.
"Hai," sapa Ezra.
"Hai," ujar Fanny dengan senyuman canggungnya.
"Cantik, Fan," puji Ezra membuat jantung Fanny berdegup kencang.
"Kak Fanny emang cantik banget. Setiap hari aja nggak sih, Kak Fanny kayak gini?" puji Meta antusias. Ia tak bohong, Fanny tampak cantik hari ini. Numi pun mengangguki pernyataan dari Meta setuju.
"Biasa aja, kok," cetus Farel bersedekap dada.
Ezra tersenyum jahil, lalu menyenggol tangan Farel. "Halah, mata lo nggak bisa boong, tuh," tuding Ezra.
Farel menjitak kepala Ezra kemudian tertawa. Ezra sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama. Fanny yang melihat terkikik geli.
"You always look beautiful," bisik Farel seraya tersenyum dengan tatapan teduh. Fanny membalasnya dengan tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Novela Juvenil[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...