Ch. 11 - Taman Penuh Kenangan

106 37 19
                                    

And when I'm back in Chicago, i feel it
Another version of me, i was in it
I wave goodbye to the
end of beginning

End of Beginning-Joe Keery



Sore hari di kota Bogor tampak sangat asri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore hari di kota Bogor tampak sangat asri. Ezra berniat untuk pergi ke pameran seni di Lala's gallery. Namun, kini ia ingin pergi ke suatu tempat terlebih dahulu.

Ezra memberhentikan motornya di sebuah taman. Taman yang penuh akan kenangan manis. Walaupun terlihat berbeda karena direnovasi, tapi kenangan itu masih memupuk dalam ingatan Ezra. Ya, siapa lagi kalau bukan tentang gadis kecil yang hobi memainkan biola itu.

Ezra duduk di bangku bercat putih tepat di bawah pohon. Ia mengeluarkan buku sketsanya dari dalam tas selempang, kemudian mencoba menggambar sesuatu di sana. Tangannya menari dan senyuman tipis terus terlukis di wajah Ezra. Ia sangat suka menggambar dan melukis tentang gadis itu. Tidak ada kata bosan untuk mengabadikannya dalam bentuk karya.

Hanya di taman ini kenangan indah tercipta.

Senyum Ezra mengembang ketika ia sudah menyelesaikan gambarannya. Ia tersenyum penuh harap, semoga kelak ia dapat bertemu kembali dengannya. Dengan sosok yang membuatnya nyaman.

"Sendirian, aja, nih, kiw," celetuk Farel yang bertengger di atas motor dengan Fanny di belakangnya.

Dari kejauhan, Farel melihat seseorang yang mirip dengan Ezra tengah duduk di bangku taman. Dengan segera ia menghampiri. Dan benar saja, ternyata itu Ezra.

"Kamu ngapain duduk sendirian di taman, Ja?" tanya Fanny.

Ezra mengangkat bahunya. "Mengulas kenangan?"

Farel dan Fanny saling tatap dengan tanda tanya. Kemudian mereka turun dari motor dan duduk beriringan dengan Ezra. Ah, lebih tepatnya hanya Fanny dan Ezra yang duduk beriringan. Sementara Farel menyandar di pohon.

"Puitis banget lo, emang siapa, sih, yang lo kangenin?" tanya Farel penasaran. Pasalnya, Ezra belum pernah menceritakan masa kecilnya pada Farel dan Fanny.

"Cerita, dong," bujuk Fanny sambil menatap intens Ezra.

Ezra menunjukkan buku sketsanya yang menggambarkan gadis kecil yang ia sayangi itu pada sahabat-sahabatnya.

"Dia, gue kangenin dia," kata Ezra.

"Wah, cewek. Ternyata lo normal, Zra? Alhamdulillah ...." Ezra langsung menatap sinis ke arah Farel. Sedangkan Farel hanya memperlihatkan deret giginya.

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang