Ch. 22 - Siapa Meta?

65 21 3
                                    

We can't be friends?
But i'd like to just pretend
You cling to your papers and pens
Wait until you like me again
Wait for your love

We Can't Be Friends—Ariana Grande



Ezra melemparkan tas sekolahnya pada Meta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ezra melemparkan tas sekolahnya pada Meta. "Bawa tas gue sampe kelas, ya, Babu?" cetus Ezra menyeringai ke arah Meta.

Meta mendengus kesal. Semakin kenal dekat dengan Ezra, lelaki itu semakin ngelunjak. Padahal waktu pertama kali bertemu, Ezra tampak kaku dan datar seperti kanebo kering. Tapi lihatlah sekarang. Sifatnya sudah jauh dari kata datar.

Dengan terpaksa, Meta menenteng tas Ezra. Karena kalah tantangan, ia harus bersiap menanggung konsekuensinya. Tapi ia tak menyangka bahwa menjadi babu adalah konsekuensinya. Andai tubuhnya sekeras baja dan tidak mudah sakit, ia pasti tidak akan berakhir seperti ini.

"Oh iya, panggil gue Kak Ezra. Gue Kakel lo," ucap Ezra.

"Dih? Siapa lo? Ngatur-nga—"

"Lo babu, harus patuhi segala perintah majikan," potong Ezra membuat hati Meta menggerutu.

Meta menahan emosinya. Rasanya ia ingin menimpuk wajah menyebalkan Ezra. "Baik, Kak Ezra," jawab Meta dengan senyuman terpaksa.

Sesampainya di kelas XI-7, Meta melempar tas Ezra ke kursi. "Udah, 'kan? Gue mau balik ke kelas." Meta membalikkan badannya bersiap untuk keluar kelas.

"Meta? Kamu udah sehat?" tanya Fanny yang baru saja tiba.

"Eh, Kak Fanny. Iya udah, kok. Kalo Kak Fanny sendiri?" Fanny tersenyum sembari mengangguk sebagai jawaban.

Bayang-bayang saat Meta dan Ezra bermain di bawah hujan dengan mesra, masih teringat jelas di pikiran Fanny. Rasanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi? Masa ia harus menarik rambut Meta? Toh, Fanny juga bukan siapa-siapanya Ezra.

"Kamu ngapain di sini?" Fanny menatap Ezra yang ada di belakang Meta.

"Abis bawain tas sekolahnya Dede Bayi," canda Meta.

Ezra yang mendengar sontak membulatkan matanya."Meta!" tegur Ezra.

Meta terkikik geli. "Aku balik ke kelas dulu, ya, Kak Fanny. Aku pamit." Setelah itu, Meta melambaikan tangannya ke Fanny dan berjalan menuju ke kelasnya.

Ezra dan Fanny duduk di tempatnya masing-masing. Ezra duduk di kursi depan Fanny. Dan Farel duduk di sebelah Ezra, kemudian Fanny berjalan ke hadapan kursi Ezra dan Farel. Ia menarik bangku asal.

"Nanti minggu depan aku tampil di balai resital buat lomba. Nanti kalian dateng, ya?" pinta Fanny antusias.

Sambil memainkan ponselnya miring, Farel menyahut, "Udah pasti itu, mah!" katanya.

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang