Ch. 21 - Kanvas Ratu [3]

62 24 1
                                    

Lalu kau pergi kembali dengannya
Aku pernah menyentuhmu
Apa kau malu?
Di bawah basah langit abu-abu
Kau di mana?
Di lengannya malam menuju minggu
Kau di mana?

Langit Abu-Abu-Tulus




Hari-hari Ratu tampak suram dan penuh kegelisahan. Bagaimana tidak? Sudah lebih dari empat bulan, Radit tak kunjung pulang. Ia sangat khawatir sekarang. Perutnya makin membesar, sementara Radit tidak ada kehadirannya. Janjinya akan kembali secepatnya, tapi ini sudah lebih dari batas waktu yang ia janjikan.

Setiap hari, Ratu akan menunggu kepulangan Radit di depan pintu indekos. Setiap hari, Ratu terus mengiriminya pesan. Setiap hari, Ratu terus memikirkannya.

"Tu, makan dulu," ucap Wili sambil hendak menyuapi.

Ratu menggeleng. Wili tampak kebingungan. Ia menggerutu dalam hati. "Nanti sakit, kasian anak lo."

"Aku takut." Ada rasa tak enak hati dalam diri Wili. Merasa kasian dengan Ratu yang tampak kacau. Ya, harapan satu-satunya ada di Radit, tapi lelaki itu malah hilang. Sementara perutnya makin membesar. Tak jarang, Wili malah dituduh menghamili Ratu. Tapi untungnya Ratu mau menjelaskannya.

"Gimana kalau anak ini lahir tanpa ayah? Aku takut Wil, aku takut. Sebenarnya Radit ke mana, sih?" Ratu menangis.

Wili menaruh piring asal, lalu mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia juga sudah membantu menghubungi Radit, tapi lelaki itu memang tidak bisa dihubungi. Wili kecewa. Sangat. Radit tega meninggalkan Ratu yang sedang hamil karenanya. Apalagi usia kehamilannya sudah sampai 8 bulan. Ratu sudah hamil besar.

"Tu, gue tau perasaan lo. Tapi jangan buat diri lo kesiksa kayak gini ...."

"Ya, terus gimana? Radit belum pulang-pulang! Kamu mau gantiin dia jadi ayah anak ini?!" seru Ratu tampak frustrasi.

"Gue bakal nyusul Radit ke Majalengka," tandas Wili.

"Kamu gila? Setelah Radit, sekarang kamu yang ninggalin aku? Wil, aku udah nggak punya siapa-siapa di sini." Ratu menatap netra Wili lekat.

"Gue cuma nyusul Radit, Tu. Mau ajak dia balik. Setelah itu, gue pulang ke sini," ujar Wili meyakinkan Ratu.

Ratu menggeleng. "Itu juga kata-kata yang Radit ucapin ke aku sebelum dia pergi," cetus Ratu yang membuat Wili menggigit pipi dari dalam mulutnya.

Sekarang Wili tak tahu harus berbuat apa. Ia menatap Ratu yang tampak lesu menatap kosong ke depan. Wili merutuki Radit, memberinya sumpah serapah. Di dalam hatinya, ia sudah men-cap Radit sebagai seorang bajingan.

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang