Ch. 5 - Paksaan Ibu

167 58 61
                                    


🎶A glimpes of us🎶
-Joji-



"Apa yang Tante lakukan, ke anak Tante sendiri?!" berang Farel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang Tante lakukan, ke anak Tante sendiri?!" berang Farel. Ia tidak bisa menahan amarah jika temannya diperlakukan buruk. Apalagi Ezra sampai mengeluarkan darah.

"Jangan kurang ajar, ya, kamu!" seru Ratu

Mata Farel kemudian melihat sebuah kanvas yang melukiskan wajah Ratu di sana. Di lukisan itu, Ratu tersenyum hangat, layaknya seorang ibu yang mendukung pilihan anaknya. Lalu ia mengambil kanvas tersebut dan menunjukkannya tepat pada wajah Ratu.

"Apa ini yang membuat Tante, sampai tega melukai darah daging Tante sendiri?" kata Farel.

Plak! Ratu menepis kasar kanvas itu, sampai terjatuh ke lantai. "Jangan menunjukkan barang sampah itu di depan wajah saya!" tekan Ratu.

"Ma, udah," lerai Ezra.

"Ezra ngelukis wajah Tante, lho, di situ. Tapi bukannya menghargai, Tante malah-"

"Tahu apa kamu tentang Ezra?" potong Ratu.

Ia kemudian mendekat ke arah Farel. Menunjuk Farel dengan jari telunjuknya, tepat ke wajah Farel. "Kamu itu cuma temannya. Jangan berlagak, kalau kamu tahu semua tentangnya. Ternyata, saya salah menilai kamu. Bisa-bisanya Ezra berteman dengan anak yang tidak tahu sopan santun seperti kamu," sambung Ratu penuh penekanan.

Farel terdiam seribu bahasa. Ia baru berteman dengan Ezra saat ia baru masuk SMA. Dan ia berlagak seakan paling tahu tentang kehidupannya, yang padahal Ezra baru bercerita sedikit tentang kisah hidupnya. Ezra memang orang yang sedikit bercerita, tapi saat ia mulai membuka, menceritakan masalah hidupnya yang impiannya terhalang oleh mamanya, Farel kira, ia adalah orang yang Ezra percayai. Ia kira, ialah orang yang paling tahu tentang kehidupan Ezra. Tapi kini ia sadar, bahwa temannya itu, masih memendam banyak masalah lainnya.

"Tapi setidaknya, Ezra mau terbuka pada kami," cetus Fanny. Semua pasang mata tertuju padanya.

"Itu berarti, Ezra memang sudah percaya pada kami," sambung Fanny.

"Dasar anak-anak kurang ajar. Tahunya cuma melawan!" sergah Ratu tak suka.

"Tante yang tahunya cuma melawan!" seru Fanny.

"Berani-beraninya kamu bicara lancang pada saya!"

saat Ratu melayangkan tangannya untuk menampar pipi Fanny, Ezra lebih dulu menahannya. "Ma, cukup. Ezra minta maaf. Jangan ngelukain teman-teman Ezra. Ezra mohon," lirih Ezra.

Kanvas RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang