I wish I was more than
just someone you walk by
Wish I wasn't scared
to be honest and open Instead of just hoping You'd feel what
I'm feeling insideDrunk Text—Henry Moodie
•
•
•"Met, cepetan sini, fotoin gue! Lukisannya bagus banget!" seru Numi kala melihat lukisan yang menarik perhatiannya. Lagi.
Meta mendengus kesal. Sedari tadi, Numi terus meminta untuk memfoto dirinya. Bahkan, sejak menginjakkan kakinya di lala's gallery, Numi sudah ribut minta difoto. Sebenarnya oke saja jika satu kali foto, dua, atau tiga kali, tapi ini sudah berkali-kali! Setiap ada lukisan yang dipamerkan, Numi pasti langsung berlari dan memanggil Meta untuk memfotonya.
"Foto-fotonya ditunda dulu napa, Mi. Nikmatin aja pamerannya," ucap Meta sambil memberikan benda pipih canggih pada Numi.
Terdengar decakan kesal dari mulut Numi. "Nggak bisa, Memet! Ini lukisan keren-keren banget, harus diabadikan, dong!" lontar Numi seraya melihat foto-foto dirinya di ponsel.
"Ya udah, lo foto lukisannya aja, lo-nya nggak usah ikutan," saran Meta.
"Nggak, biar tambah keren, harus ada gue—" ucapan Numi terhenti kala matanya kembali melihat lukisan yang mencuri perhatiannya. Mulutnya menganga karena kagum akan kombinasi warna yang diberikan. Berlukiskan derai ombak yang dipadu dengan warna biru laut dan putih karena siluet sang mentari. "Met, cepetan fotoin gue di sana," panggil Numi tanpa melihat ke arah Meta. Ia langung berlari ke arah lukisan itu dengan senyuman yang tercetak di wajah cantiknya.
"Untung gue ditraktir seblak," gerutu Meta kemudian mengembuskan napasnya kasar.
Saat Meta ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja tubuhnya tersenggol seseorang, membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan. Untungnya, orang yang menyenggol Meta cepat menangkap pergelangan mungil Meta. Jika tidak, mungkin saja sekarang ia sudah tersungkur dan menjadi pusat perhatian para pengunjung di galeri.
"Sori, gue nggak—"
Ezra menghentikan ucapannya ketika tahu orang yang disenggolnya ternyata Meta.Reflek, Meta menepis tangan Ezra yang masih memegang pergelangan tangannya. "Lah, lo lagi? Nggak di mana-mana ketemu mulu sama lo," decak Meta.
"Jodoh kali," sahut Farel yang ada di samping Ezra.
Ezra dan Meta memberikan tatapan tajam pada Farel. Membuat lelaki itu memperlihatkan deret giginya. "Santai, canda doang gue, damai, damai," ujar Farel sembari mengangkat kedua jarinya membentuk peace.
Loh, cewek itu 'kan, yang ciuman sama Ezra di ruang seni, batin Fanny bermonolog.
"Dan setiap ketemu, lo selalu marah-marah nggak jelas," terang Ezra pada Meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Fiksi Remaja[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...