Minuetto—Luigi Boccherini
•
•
•"El mau punya adik nggak?"
Pertanyaan dari Rika-mommy Farel, membuat Farel tiba-tiba keselek. Ia terbatuk, kemudian langsung meneguk air. Kini keluarganya sedang berkumpul sarapan bersama. Dan saat keheningan berlangsung, Rika dengan entengnya melontarkan pertanyaan yang membuat Farel cengo.
Mata Farel memicing ke arah daddy-nya yang tampak tersenyum tipis sambil fokus memakan makanannya. Farel menggerutu dalam hati. Ini pasti karena ulah daddy-nya. Lihat saja senyumannya yang seperti sedang mengejek itu.
"El nggak mau, Mom!" tolak Farel mentah-mentah.
"Kok, nggak mau? Padahal Mommy pengin anak perempuan," papar Rika.
"Iya, memangnya kamu tidak kesepian?" James ikut bersuara.
"El sama sekali nggak kesepian, El cuma mau jadi anak tunggal kaya raya. Mommy sama Daddy nggak usah nambah-nambah lagi." Ucapan Farel adalah mutlak. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia benar-benar tidak ingin mempunyai adik, sekalipun adiknya itu perempuan yang lucu. Ia tidak ingin gelar anak tunggal kaya rayanya hilang.
"Lagi pula emang Mommy masih kuat?" tambah Farel sambil memasukkan makanannya ke dalam mulut.
"Sure, Mommy kamu adalah wanita terkuat. Kamu saja belum lihat kami main di atas ran-"
"James," potong Rika ketika James mulai membicarakan hal yang vulgar pada Farel.
James berdeham untuk menetralkan suaranya. "Come on, just one, no more."
"Dad, El sama sekali nggak mau punya adik." Farel mengunyah makanannya hingga habis, lalu ia berdiri. "El mau pergi ke rumah Fanny," pamit Farel kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Your girlfriend?" tanya James.
Langkah Farel terhenti, kemudian menengok ke arah James. "No, but she's going to be my girlfriend soon," jawab Farel seraya mengangkat bahunya.
James tertawa. "Kasian, bertepuk sebelah tangan."
Kemudian James melangkahkan kakinya mendekati Farel. "Mau Daddy kasih tips, nggak?" tawar James seraya menaikturunkan alisnya sembari tersenyum.
Sebenarnya Farel kurang percaya dengan James. Karena Daddy-nya itu sering sekali bercanda. Tapi mengingat hubungannya dengan Fanny yang hanya bercinta sepihak, membuatnya kembali berpikir. Tidak ada salahnya untuk mempercayai daddy-nya sendiri, 'kan? Jika James berkata yang tidak-tidak, tinggal ia adukan saja pada Rika.
"Apa, tuh, Dad?" respons dari Farel membuat James semakin mengembangkan senyumnya.
Kemudian James mendekat ke arah telinga Farel, dan mulai membisikkan sesuatu di sana. "Sadap ponselnya, kasih dia boneka yang ada kamera pengintainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas Rusak
Teen Fiction[End] Bagi Ezra, melukis adalah napas. Tetapi karena masa lalu membuat Ratu-mamanya mulai merenggut napasnya itu. Di tengah asa yang mulai pupus, Ezra dipertemukan oleh seorang gadis dengan biola dipelukannya. Kisah mereka akan abadi di sebuah kanva...