・☾𖤓・
Satō Hitomi berani bersumpah bahwa kata 'nikmat' itu sendiri, tidak akan pernah cukup untuk mendeskripsikan apa yang dirasakannya setiap lelaki itu menyentuhnya. Sesapan lidah lelaki itu di buah dadanya, dan sentuhan lembut lelaki itu pada belakang pahanya, berhasil membuat tubuhnya melengkung naik, dan ia pun memanggil nama lelaki itu dalam desahannya.
"Kau menyukainya?" Bisik lelaki itu, dengan suara parau, yang dibalasnya dengan anggukan.
Di tengah cahaya lampu kamarnya yang remang-remang, Kim Gimyung tampak begitu menggiurkan dengan keringat memenuhi tubuh atletisnya. Rambutnya yang telah memanjang jatuh menutupi alis lelaki itu, terlihat berantakan, sementara mata hitam lelaki itu menatapnya penuh cinta, tapi juga liar, tampak tidak sabar untuk melanjutkan aksi mereka lagi. Memang, ini bukanlah kali pertamanya lagi ia bercinta dengan lelaki itu, tapi Hitomi yakin bahwa pemandangan di hadapannya itu tidak akan pernah membuatnya bosan sekalipun.
2 minggu sudah berlalu sejak ia menyuruh Kim Gimyung untuk tidak menahan diri lagi, dan tampaknya, perintahnya itu benar-benar melepaskan seluruh nafsu yang telah ditahan oleh lelaki itu selama ini. Tidak terhitung banyaknya Kim Gimyung mengubah pelukan manis mereka di sofa menjadi aksi panas di ranjang. Dan meskipun Hitomi tidak menolak, ia hanya kehabisan kata-kata melihat perilaku asli seorang Kim Gimyung.
Berbeda dengan kali pertama mereka bercinta yang terasa tergesa-gesa, aksi panas mereka yang sesudah-sudahnya terasa begitu lembut dan eteral. Sesuatu, yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Kim Gimyung memperlakukannya bagai ratu. Mendahulukan semua kepuasannya, dan terus memujanya seakan dia adalah dewi yang harus disembah. Seumur hidupnya, tidak seorang pun pernah memperlakukannya seperti lelaki itu memperlakukannya. Tidak seorang lelaki pun bisa disandingkan dengan lelaki di hadapannya saat ini.
"Jangan tersenyum begitu. Kau membuatku semakin ingin memilikimu..." Ucap Gimyung ketika melihat senyuman yang diulaskannya tanpa sadar.
Hitomi melingkarkan tangannya pada leher lelaki itu dan mencium Gimyung lembut. "Aku ini memang sudah menjadi milikmu, Tuan Kim."
Bibir Gimyung terangkat naik mendengar balasannya dan lelaki itu balas menciumnya dengan intens. Masih dengan seringai di bibirnya, lelaki itu bangkit, dan tanpa aba-aba, menunduk untuk memberikan ciuman pada sela-sela selangkangannya.
"A-Apa yang kau lakukan?!" Teriak Hitomi terbata-bata, merasakan bibir Gimyung yang menciumi beberapa spot di pahanya.
"Mencium tahi lalatmu." Balas Gimyung singkat.
Seketika, wajahnya memerah mendengar jawaban lelaki itu yang tidak disangka-sangkanya. Hitomi mengangkat tubuhnya, menatap Gimyung yang masih menciumi beberapa spot di pahanya dengan begitu perhatian. "K-Kenapa?!"
Mendengar suaranya yang kelabakan, Kim Gimyung mengangkat kepala dan menatapnya nakal. "Kau tahu? Menurut legenda, letak tahi lalatmu di kehidupan ini, adalah tempat belahan jiwamu paling banyak menciummu di kehidupan sebelumnya."
"Rupanya, aku banyak mencium pahamu di kehidupan sebelumnya." Tambah Gimyung, lalu kembali menciumi spot-spot tahi lalat di tubuhnya.
Hitomi terkekeh, "Menurutmu, kita adalah belahan jiwa masing-masing di kehidupan sebelumnya?"
Gimyung menghentikan aksinya dan mendongak menatapnya lembut. "Ya. Dan di kehidupan-kehidupan berikutnya pun begitu. Aku akan mencari kemana pun kau pergi dan menemukanmu di setiap kehidupan baru."
"Kau yakin bukan aku yang melakukan itu?" Balasnya sarkastik. "Rasa-rasanya, di kehidupan ini, akulah yang datang dari Jepang untuk menemukanmu."
Gimyung tertawa mendengar pembelaannya. "Baiklah. Terima kasih Nona Hitomi. Kalau begitu, di kehidupan selanjutnya, biar aku yang mencarimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Gimyung | Invisible String
FanfictionSatō Hitomi terpaksa pindah ke Korea setelah kematian ibunya. Negara yang dulu dianggapnya sebagai rumah kedua, kini terasa begitu menyesakkan. Sebisa mungkin, ingin secepatnya ia pergi dari tempat itu. Kim Gimyung baru saja keluar dari penjara sete...