・☾𖤓・
Hari yang melelahkan. Begitulah yang ada di pikiran Hitomi akhir-akhir ini. Tanpa sadar, sudah 3 minggu ia melakukan kegiatan sukarelawan itu, dan hanya tersisa kurang dari 2 minggu lagi hingga kegiatan itu berakhir. Di sisi lain, ia cukup senang karena itu berarti, ia bisa kembali bermain dengan teman-temannya. Tapi, itu juga berarti ia tidak bisa bertemu dengan Kim Gimyung setiap hari.
Memikirkan hal itu, mengingatkannya akan satu hal. Ia tidak tahu apa semua itu hanya perasaannya saja, tapi selama 1 minggu ini, ia dapat merasakan Kim Gimyung menghindarinya. Lelaki itu memang tetap ramah dan ringan tangan, tapi Gimyung tidak lagi menggodanya, maupun, mengajaknya berbicara. Berkali-kali lelaki itu membalasnya dengan sekedarnya, dan bahkan, tidak membalas gurauannya. Apakah ia berbuat salah pada lelaki itu? Atau, apa ia membuat lelaki itu marah tanpa sengaja?
Sambil menghembuskan nafas berat, Hitomi membuka pintu ruang istirahat. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam, dan ruang yang biasanya dipenuhi para relawan itu kini telah kosong. Hari itu, timnya bertugas untuk melakukan penutupan, dan ia mengajukan diri untuk melakukan pengecekkan terakhir. Karena itulah, saat itu, hanya dirinya dan Pak Lee saja yang masih berada di gedung itu.
Hitomi menyandarkan tubuhnya yang pegal di sofa sambil menatap langit-langit ruangan itu sendu. Sama seperti hari-hari sebelumnya, lagi-lagi ia tidak berbicara banyak dengan Gimyung hari ini. Berkali-kali ia ingin menanyakan hal yang mengganggunya itu pada Gimyung, tapi akhir-akhir ini juga, mereka selalu tidak ditugaskan bersama. Selama seminggu ini, malah Lee Chanyeol lah yang selalu ditugaskan bersama dengannya. Lelaki itu memang baik, tapi Hitomi sendiri kadang merasa jengah dengan Chanyeol yang selalu mengikutinya kemanapun layaknya seekor anjing.
Tidak ingin memikirkan hal rumit yang tidak memiliki jawaban itu, Hitomi memutuskan untuk bangkit dan membereskan barang-barangnya. Yang dibutuhkannya saat ini adalah mandi dengan air hangat dan tidur.
Sambil merentangkan tangan, ia berjalan menuju lokernya, ketika sesuatu yang diinjaknya di lantai menghentikan langkahnya. Hitomi menunduk dan melihat sebuah dompet hitam. Bermaksud mengembalikan dompet itu pada pemilik yang menjatuhkannya, Hitomi mengambil dompet itu dan membukanya. Matanya pun segera melebar ketika menyadari bahwa dompet itu adalah milik Kim Gimyung.
Untuk beberapa saat, Hitomi bergeming, memikirkan apa yang harus dilakukannya. Ia bisa saja menyimpan dompet itu dan memberikannya pada Gimyung besok. Tapi, ini adalah waktu yang tepat baginya untuk bisa menanyakan hal yang mengganggunya itu pada Gimyung. Setelah berpikir lama, Hitomi mendesah, lalu mengeluarkan ponselnya. Setelah mengetikkan nama Gimyung dan menekan tombol telepon, Hitomi menempelkan ponselnya ke telinga. Bunyi nada sambung terdengar, lalu...
"Halo?"
Hitomi menelan ludahnya, "Ini aku..."
Entah mengapa, mendengar suara Gimyung yang terasa begitu dekat di telinganya membuat hatinya berdegup keras, dan ia pun tersadar betapa ia merindukan lelaki itu.
"Dompetmu ketinggalan di ruang istirahat." Ucapnya lagi.
Hitomi terkekeh ketika erangan Gimyung di ujung telepon terdengar. "Baiklah, aku akan segera kembali. Taruh saja di atas meja, atau di lokerku."
"Sebentar lagi ruangannya akan ditutup. Aku akan menunggumu di depan gedung."
"Jangan... Kau pulanglah. Taruh saja di lokerku, aku akan mengambilnya besok." Ucap lelaki itu lagi dan entah mengapa, sedikit membuat hatinya sakit mengetahui lelaki itu tidak ingin bertemu dengannya.
Ia menggeleng, "Tidak. Memangnya kau tidak butuh uang atau tanda pengenalmu? Bagaimana jika terjadi sesuatu? Aku akan menunggumu di depan." Ulangnya lagi dengan lebih tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Gimyung | Invisible String
FanfictionSatō Hitomi terpaksa pindah ke Korea setelah kematian ibunya. Negara yang dulu dianggapnya sebagai rumah kedua, kini terasa begitu menyesakkan. Sebisa mungkin, ingin secepatnya ia pergi dari tempat itu. Kim Gimyung baru saja keluar dari penjara sete...