A/N : Publishing this bonus chapter karena Season 3 masih dalam tahap perbaikan dan author belom rela masuk ke season 3 hehehe. Enjoy!
・☾𖤓・
"Okaa-san?"
Hening. Tidak terdengar jawaban. Tanpa langsung masuk, gadis itu bergeming di depan pintu shoji, memanggil ibunya sekali lagi. Tapi nihil. Tidak terdengar balasan. Entah apa yang salah, tapi perasaan ganjil mulai menyeruak di dada gadis itu. Suasana hening di sekitar rumahnya pun tidak membantu, namun menambah ketegangan yang dirasakannya. Samar-samar, campuran bau amis dan besi menggantung di udara. Bau yang familiar tercium di tengah pertarungan, dimana tinju-tinju beradu. Tapi jelas saja, bau itu tidak seharusnya tercium sekuat ini dari dalam kamar ibunya.
Dengan hati berdebar-debar, gadis itu menelan ludah, lalu mendesak tangannya yang kini berguncang untuk menggeser pintu di hadapannya. Dan dunianya pun seakan runtuh melihat pemandangan di dalam kamar itu.
Merah. Darah. Dan organ pencernaan yang terlihat seperti daging-daging di pasar berserakan di lantai. Seseorang yang dikenalnya sebagai kakak tirinya berdiri menjulang di atas mayat ibunya, menggenggam katana berlumuran darah.
Gadis itu dapat merasakan lututnya berguncang hebat. Dan tanpa bisa dicegahnya lagi, ia terjatuh ke tanah, sementara tangannya menahan sisa-sisa makan siang yang memaksa keluar dari tenggorokannya.
Perlahan, kakak tirinya menoleh ke arahnya dengan wajah penuh cipratan darah dan seringai lebar. Lelaki itu menarik hunusan katananya lalu tertawa layaknya maniak.
"Ini semua salahmu, Hitomi."
"Ibumu mati karena kau mencoba mengambil tahtaku"
"Kau lah penyebab kematian ibumu."
"Mi... Hitomi!!!"
Suara teriakan dan guncangan di tubuhnya itu menariknya dari nerakanya. Hitomi membuka matanya dan melihat Kim Gimyung menjulang di atasnya, terlihat begitu khawatir. Seluruh tubuhnya masih bergetar hebat, dan ia menatap ke sekelilingnya ketakutan, mencoba mengenali ruangan di sekelilingnya.
Mimpi. Semua itu hanya mimpi. Ia tidak lagi berada di Jepang. Dan kejadian itu sudah berlalu hampir 4 tahun lamanya. Hitomi mencengkeram kasurnya erat, mencoba meredakan guncangan tubuhnya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya lelaki di sebelahnya khawatir, yang dijawabnya dengan anggukan lemah.
Sudah hampir 4 tahun sejak kejadian itu berlalu, tapi jelas saja, trauma yang dialaminya hari itu belum sembuh sepenuhnya. Entah sudah berapa kali mimpi atau kilasan memori tentang ibunya menghantuinya, dan berkali-kali Hitomi harus mengingatkan dirinya semua itu hanyalah masa lalu.
Dengan takut-takut, ia menoleh ke sebelahnya, menatap Kim Gimyung yang kini menatapnya khawatir. Ini adalah pertama kalinya, mimpi buruk itu datang ketika Kim Gimyung sedang bersamanya. Sejak Gimyung tidur bersamanya, Hitomi selalu mendapati dirinya tertidur lelap dan tidak lagi dihantui oleh mimpi-mimpi itu. Tapi, ia tahu ia tidak bisa lari dari mimpi buruk itu selamanya.
"Ada apa? Ceritakan padaku." Cetus lelaki itu sambil menggenggam tangannya erat.
Apa lelaki itu akan membencinya jika ia menunjukkan sisi lemahnya? Apa Kim Gimyung akan merasa dirinya merepotkan jika tahu lelaki itu harus tidur di sisi seseorang yang ada kalanya akan terbangun sambil berteriak-teriak seperti tadi?
Hitomi menggeleng cepat, "T-tidak..." Ia mencengkram tangannya erat, berusaha sekuat mungkin untuk menghentikan guncangan tubuhnya. "A-Aku h-hanya m-mimp-pi b-buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Gimyung | Invisible String
FanfictionSatō Hitomi terpaksa pindah ke Korea setelah kematian ibunya. Negara yang dulu dianggapnya sebagai rumah kedua, kini terasa begitu menyesakkan. Sebisa mungkin, ingin secepatnya ia pergi dari tempat itu. Kim Gimyung baru saja keluar dari penjara sete...