Chapter 5 - Pelajaran Baru di Amerika

13 3 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

Sehabis menyantap makan malam, Dad menumpuk semua piring dan meletakkannya di pinggir meja. Aku meminum teh hijau sampai habis lalu kuletakkan gelasnya di pinggir meja. Dad meminum sedikit minuman alkoholnya lalu menatapku serius. "Aku mengajakmu makan malam di hari pertama kamu disini karena ada beberapa hal yang kamu harus lakukan. Yang pertama, saat di sekolah, kamu harus bisa beradaptasi dengan baik dan bisa bergaul dengan teman temanmu. Yang kedua, kamu harus bisa menjaga nama baik keluarga Wilson. Lalu yang ketiga, nilai-nilai di sekolah harus bagus yang aku sangat yakin itu bukan masalah untukmu karena kau anak yang sangat pintar." Kemudian Dad mengeluarkan selembar kertas merah muda yang terlipat dari dalam saku jas lalu menyerahkan kertas itu padaku."Kertas itu berisi jadwal pelajaran yang kamu pilih. Bukalah." , kuambil kertas itu dan melihat jadwal pelajaran di tahun pertama.

Beberapa mata pelajaran merupakan pelajaran favoritku dan aku sendiri yang memilihnya namun ada juga yang bukan pilihanku seperti pelajaran agama Kristen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa mata pelajaran merupakan pelajaran favoritku dan aku sendiri yang memilihnya namun ada juga yang bukan pilihanku seperti pelajaran agama Kristen. Belum pernah kupelajari mengenai agama sebelumnya dan ini sungguh menarik. "Dad,mengapa ada pelajaran agama Kristen? Aku tidak mengambil kelas itu." Ayahku tertawa kecil lalu berkata," Kurasa tidak ada salahnya kamu mempelajari agama. Lagipula dengan mempelajarinya itu bisa menambah wawasanmu." Aku hanya mengangguk lalu kulipat kembali kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku luar kemeja. Kurasakan tatapan Dad berubah menjadi sangat serius. "Selain jadwal pelajaran di sekolah, ada pelajaran lain untukmu dan aku sungguh berharap kamu bisa menguasainya dengan cepat."

Perubahan sikap Dad yang santai menjadi serius dalam waktu singkat membuatku penasaran."Apa itu, Dad? Apakah pelajaran olahraga seperti capoeira dan karate? Apa aku akan belajar memanah atau judo?" , "Bukan judo. Barry, kamu akan belajar cara merakit dan membongkar senapan serta menembak berbagai jenis pistol", ujar Dad sambil menatapku dengan tatapan yang serius dan dingin. "Apa ini, Dad? Berlatih merakit senapan dan menembak pistol? Kenapa aku harus mempelajari dua hal itu?", aku sungguh tidak mengerti. "Itu adalah salah satu hal yang harus kau kuasai sebagai pewaris utama dan calon pemimpin Grup Wilson. Bahkan kakakmu, Elena, sudah bisa menembak pistol dengan sangat baik."

Aku terdiam dan tidak tahu harus berkata apa karena sebelumnya aku sama sekali tidak tahu kalau Elena mahir menggunakan pistol lalu aku penasaran mengenai Shyntia dan Okaasan,"Bagaimana dengan Shyntia dan Okaasan? Apa mereka juga bisa menggunakan pistol?" , "Shyntia tidak akan pernah diajari seperti itu karena tugasnya hanya menjadi seorang selebriti. Sementara Yuriko, dia ahli menggunakan pedang." Ayahku melanjutkan,"Lalu saat kamu sudah menguasai salah satu dari kedua hal ini atau bahkan menguasai keduanya, kau akan menerima pelatihan yang lainnya." Aku terdiam mendengar penjelasan beliau karena aku sama sekali tidak tahu kalau Okaasan bisa menggunakan pedang. Kutatap ayahku dan rasa semangat perlahan mulai muncul karena ternyata ada hal baru yang harus aku pelajari dan ini sungguh menarik bagiku.

"Lalu kapan aku akan mulai belajar? Dan siapa yang menjadi guruku?" , Dad menjawab,"Untuk pelajaran merakit senapan dan menembak pistol itu fleksibel karena itu tergantung bagaimana dengan kegiatan sekolahmu dan aktivitas kedua gurumu. Orang yang akan mengajarimu membongkar dan merakit senjata adalah Pak Henry lalu orang yang akan mengajarimu menggunakan pistol adalah supermodel asal Rusia bernama Niccola Davis." ."Pak Henry yang Dad maksud adalah supir pribadiku?", aku sama sekali tidak menyangka hal ini. " Iya benar. Pak Henry melakukan dua pekerjaan yaitu menjadi supir pribadimu dan menjadi gurumu. Aku berharap kamu bisa dengan cepat menguasainya jadi kau bisa mempelajari pelajaran yang lainnya. " Aku mengangguk mendengarkan penjelasan Dad. Lalu saat yakin aku sudah memahami yang beliau jelaskan, Dad mengambil ponselnya yang berada di saku dan menelepon seseorang. "Halo, kamu sudah bisa masuk." , setelah mengatakan itu Dad langsung mematikan telepon.

Tak lama kemudian, pintu ruangan dibuka dan seorang wanita masuk ke dalam. Wanita itu bertubuh tinggi ramping, bermata biru, berambut pirang ikal sepinggang dan mengenakan gaun abu yang panjangnya hingga selutut dan terlihat sangat elegan. Dia menghampiri Dad terlebih dahulu dan mencium pipinya sementara Dad mencium tangan kanan wanita itu. Aku mendengus pelan melihatnya karena pemandangan itu adalah salah satu hal yang sangat tidak aku sukai. Wanita itu menarik satu kursi coklat kosong dan duduk di sebelah kiriku. "Halo, Barry. Perkenalkan namaku Niccola Davis. Aku sudah lama mendengar tentangmu dan akhirnya hari ini aku bertemu langsung denganmu." , Niccola berbicara dengan logat khas Rusia yang kental sambil mengulurkan tangannya dan aku menggenggam erat tangannya sebagai formalitas dan balas memperkenalkan diriku,"Halo, Niccola. Mungkin sebelumnya kamu sudah tahu mengenai aku tapi izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Barry Antonio Wilson dan umurku saat ini masih 15 tahun namun beberapa bulan lagi aku akan berusia 16." , setelah memperkenalkan diri, kulepaskan tanganku dari wanita itu. Kulihat Niccola tersenyum tulus dan matanya menatapku dengan tatapan lembut yang sama dengan cara Okaasan menatapku. Perasaanku menjadi bingung karena bagaimana bisa tatapan wanita ini sama persis dengan tatapan ibu tiriku. Kemudian Niccola menatap ayahku dengan tatapan yang tidak kuketahui artinya,"Rupanya Yuriko mendidik putramu dengan sangat baik" , bertambah lagi hal yang belum kuketahui. Dari mana dan kapan Okaasan saling kenal dengan wanita ini.

Niccola memberitahuku bahwa dia akan mengajariku tentang cara menembak dengan berbagai jenis pistol di hari Minggu dan untuk itu dia akan selalu menolak tawaran pekerjaan dengan alasan hari Minggu adalah hari khusus untuk keluarga. Banyak sekali hal yang kupikirkan dan kuputuskan untuk bertanya langsung agar satu dari beberapa hal terjawab,"Darimana kamu bisa mengenal ibuku? Maksudku ibu tiriku." , "Well, aku sudah mengenal Yuriko sangat lama dan sepertinya tidak akan lama lagi kau akan tahu dengan sendirinya bagaimana aku dan ibumu saling mengenal." jawabnya sambil menuangkan sedikit cairan alkohol dari botol Dad ke gelas kecil dan meminumnya habis. Dad berdeham dan berkata,"Baiklah Barry. Ayah rasa kamu sudah memahami tentang tugas dan kewajibanmu di sekolah dan di luar sekolah. Ada hal yang harus kulakukan bersama Niccola jadi ayah pamit pergi terlebih dahulu. Semua makanan ini tentu saja aku yang bayar. Oh ya, Pak Henry menunggumu di area parkir." , setelah mengucapkan itu, Dad dan Niccola berdiri dari kursi bersamaan. Melihat itu, aku pun ikut berdiri. Saat Niccola memelukku untuk berpamitan, wangi aroma vanilla tercium dari lehernya. Lalu wanita itu meninggalkan ruangan terlebih dahulu sementara Dad memelukku,"Besok besok kita bisa berbicara lebih sering. Dan jangan lupa bahwa aku selalu mengawasimu." , "Ya." , jawabku singkat lalu melepas pelukan dan membungkukkan badan dengan hormat. Dad menepuk bahuku pelan lalu meninggalkan ruangan.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang