Chapter 7 - Sosok Kakak Sekaligus Mentor

82 4 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

Elena mengernyitkan dahinya mendengar hal yang kutanyakan,"Ceritanya agak panjang jadi tutuplah pintu itu. Akan kuceritakan di dalam." Kututup pintu masuk lalu kuamati sekeliling rumah milik Dad di pegunungan ini. Saat masuk ke dalam, terdapat karpet beruang coklat dan ada kursi kayu coklat di samping kiri pintu masuk. Lampu di ruangan ini sedikit redup. Aku mengikuti Elena berjalan ke belokan sebelah kanan, ada tempat perapian dan didepannya terdapat sofa kecil coklat lalu ada 3 kamar yang masing-masing kamar terdapat kasur berukuran kecil yang hanya muat 1 orang. Hanya ada satu kamar mandi lalu di bagian dapur ada kulkas, oven dan satu meja kecil. "Duduklah di sofa. Aku akan menyalakan api di tempat perapian terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaanmu."

Aku langsung duduk di sofa sementara Elena mengeluarkan korek api dari saku kemejanya lalu menyalakan api di tempat perapian. Setelah api menyala cukup besar, Elena duduk di sampingku. "Aku mengenal Niccola saat Dad mengirim wanita itu ke London untuk mengajariku cara menembak pistol. Saat itu aku berumur 16 tahun. Butuh waktu sekitar 4 bulan bagiku untuk bisa menggunakan berbagai jenis pistol dengan baik. Terbilang cepat karena aku juga sibuk dengan kegiatan sekolahku. Lalu mengenai apakah Okaasan dan Niccola saling mengenal, jawabannya adalah ya benar. Kalau kamu ingin tahu bagaimana mereka bisa saling mengenal, well sayangnya aku belum bisa memberitahumu saat ini. Mungkin dalam waktu 6-7 bulan kamu sudah bisa mengetahuinya. Hmm kupikir bisa saja paling cepat 3 bulan. Itu tergantung pada seberapa cepat kamu menguasai dua pelajaran dasar itu." Rasanya itu hal yang aneh,"Kenapa aku harus menguasai terlebih dahulu cara merakit senapan dan menembak pistol baru aku bisa mendapat jawaban kenapa dan bagaimana Okaasan dan Niccola saling mengenal?" , Elena menatapku dengan serius lalu sambil memegang bahuku, dia berkata dengan tegas,"Barry, sudah kujelaskan tadi bahwa aku belum bisa memberitahumu saat ini. Aku benar-benar tidak bisa. Lalu aku mengajakmu kesini untuk mengajarimu terlebih dahulu sebagai kakakmu. Apakah kamu sudah siap untuk menerima ajaran cara menembak pistol dariku? Kalau tidak, kita bisa pulang sekarang juga. Aku tidak mau waktuku terbuang percuma." , aku meringis mendengarnya. Kalau Elena sudah tegas seperti itu artinya dia sama sekali tidak mau dibantah dan sisi Elena yang seperti ini menurun dari Dad."Baiklah, Elena. Aku sudah siap untuk belajar darimu." , ucapku sambil menatapnya.

Elena langsung tersenyum senang dan melepaskan tangannya dari bahuku."Barry, kita akan berlatih di basement. Disana ada tempat khusus menembak." , Elena bangkit berdiri dari sofa lalu kuikuti dia dari belakang. Saat sampai di ujung ruangan, di sebelah kiri terdapat pintu hijau muda. Kakakku masuk ke dalam pintu dan ada tangga yang menuju ke ruangan bawah. Berjalan menuruni tangga ini membutuhkan waktu 5 menit dan kita pun sampai di ruangan basement. Lampu disini sangat terang berbanding terbalik dengan lampu ruangan atas yang agak redup. Tampak ada kaca putih yang sangat tebal yang didalamnya terdapat 5 bilik. Di ujung setiap bilik terdapat gambar bulat hitam putih.

Elena menghampiriku dan memakaikan penutup telinga kepadaku,"Kau harus selalu memakai ini saat sesi latihan menembak." ,"Baiklah" . Saat sudah memakai penutup telinga untuk dirinya sendiri, Elena berkata,"Lihat aku baik baik." , lalu dia masuk ke dalam area kaca putih dan menempati bilik nomor 2. Kuamati Elena yang mengarahkan pistol ke arah gambar bulat yang berjarak 5 meter. Setelah menembakkan peluru sebanyak 6 kali, kulihat semuanya menembus di tengah gambar bulat itu."Wow." , seruku kagum sambil bertepuk tangan. Elena menoleh dan memberi isyarat agar aku masuk ke ruangan tempat menembak.

"Apa kamu memperhatikan dengan baik saat aku menembak tadi?", Elena langsung bertanya saat aku baru saja masuk. Dengan rasa penuh percaya diri, kukatakan,"Ya. Aku mengamati posisi tubuhmu saat menembak. " .Kakakku menaikkan alisnya,"Hanya itu?" , keningku berkerut dan dengan polos aku bertanya,"Memangnya apa lagi?" , "Oke, kuberi contoh satu lagi. Amati baik-baik." lalu Elena mulai mengambil posisi untuk menembak. Kuamati ekspresi wajah, posisi tangan dan posisi tubuhnya saat dia menembakkan satu peluru yang tepat di tengah gambar bulat itu. "Sekarang giliranmu untuk menembak di bilik sebelah. Aku akan mengamatimu disini. Oh ya, sasaran gambar bulat putih itu namanya target. Sesi pelajaran dariku tidak akan selesai sampai kamu bisa menembakkan 10 peluru tepat sasaran."

Aku pergi ke bilik nomor 3 dan Elena berdiri di belakangku. Sebelum mulai menembak, kuteliti dengan seksama bagian-bagian pistol lalu aku bersiap menembak. Kufokuskan pandanganku pada area di tengah target. Saat yakin pandanganku sudah fokus, kuatur agar pistol sejajar dengan area sasaran dan kutegakkan tubuhku sambil menekan pelatuk pistol dan mulai menembak. 10 peluru sudah habis kutembakkan ke gambar target. Elena memeriksa dan berkomentar,"Kau menembak tepat sasaran sebanyak 6 kali dan 4 gagal. Ulangi sampai selesai."

Stok peluru yang Elena bawa sangat banyak dan tidak kunjung habis meski aku berlatih menembak pistol sudah lebih 2 jam. Rasanya sangat melelahkan dan aku mulai merasa sangat lapar. Namun aku tahu kalau aku baru bisa pulang dan makan setelah menyelesaikan latihan ini. Percobaan latihan ini sudah mencapai ratusan kali dan belum juga berhasil. Aku mengeluh,"Aku merasa sangat lelah. Biarkan aku beristirahat selama 10 menit." , kujatuhkan badanku ke lantai dan bersandar di dinding kaca. Elena memberiku sebotol air minum yang langsung kuminum dengan cepat.

Setelah 9 menit berlalu, kutarik napas perlahan sebelum mulai berdiri dan melanjutkan latihan. Setelah 5 kali percobaan, akhirnya aku berhasil menembak 10 peluru dengan tepat di area target. Kulirik Elena dan dia tampak sangat bangga melihatku berhasil."Sebagai seorang pemula yang baru saja memegang pistol, kau sudah sangat hebat. Latihan selama 3,5 jam di sesi latihan pertamamu itu merupakan rekor. Kau jauh lebih baik dariku." , kemudian dia memelukku erat. Saat dia melepaskan pelukan, Elena bertanya,"Apa kamu mau menginap disini atau pulang ke rumah? Kalau kamu mau menginap disini, ada stok makanan di kulkas dan akan kuhangatkan untukmu." , kugelengkan kepalaku dan berkata dalam bahasa Jepang,"Īe, onēsan. Hontōha oyu ni tsukaritai nodesuga ( Tidak, kak. Aku hanya ingin berendam air panas)." , Elena tersenyum tipis,"Bicara saja dalam bahasa Inggris karena kita ada di Amerika."

Setelah mematikan api di tempat perapian dan memastikan semuanya aman, kita pergi meninggalkan rumah itu. Kulirik arlojiku dan rupanya sekarang sudah jam 8 malam. Aku masuk duluan ke mobil sedangkan Elena membuka bagasi terlebih dahulu untuk menyimpan pistol yang dipakai saat latihan. Sambil menunggu kakakku masuk ke mobil, kuperiksa ponselku dan rupanya ada pesan teks dari Shyntia. Gadis kecil itu memintaku untuk membelikannya boneka beruang. Kutelepon adikku dan setelah enam dering, dia mengangkatnya,"Barry, kamu dimana?" , "Saat ini aku bersama Elena. Kita sedang berada di pegunungan Blackhead. Sebentar lagi kita pulang. Kamu ada di rumah, Shyntia?" ,"Ya. Aku baru saja pulang setelah menyelesaikan scene terakhir di serial yang aku bintangi. Belikan aku roti gandum isi kacang hijau." , Shyntia meminta dengan nada manja. Aku terkekeh mendengarnya,"Baiklah akan aku belikan kalau mampir ke tempat roti. Tapi tidak janji ya. Lalu soal boneka beruang, nanti saja saat aku tidak sibuk. Aku akan menemanimu mencari boneka beruang yang kamu suka." Saat mengatakan itu, Elena masuk ke dalam mobil, melepas ikat rambutnya dan mulai menyalakan mesin.

Kukatakan kepada Elena soal permintaan Shyntia dan Elena hanya mengangguk. "Ya sudah, hati hati di jalan. Aku menunggumu di rumah." ucap Shyntia dan telepon pun terputus. Kumasukkan ponsel ke dalam saku celana dan kupakai sabuk pengaman. Setelah yakin mesin mobil sudah cukup panas, Elena mulai mengendarai mobil. Sambil menyetir, Elena bertanya,"Barry, apa yang kamu rasakan saat menembak pistol untuk pertama kalinya?" ,"Rasanya menyenangkan mencoba hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya". Kakak tersenyum mendengar jawabanku. "Aku sungguh lelah jadi aku mau tidur sebentar. Tolong bangunkan aku saat sudah di rumah. Dan juga tolong belikan roti gandum isi kacang hijau untuk Shyntia". Elena melirikku lalu mengangguk dan kembali fokus mengemudi. Kupejamkan mataku sebentar lalu aku langsung tertidur.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang