Chapter 8 - Hari Pertama di Sekolah

40 4 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

[ NEW YORK, 14 JANUARI 2019 ]

Suara alarm jam berdering nyaring dan berhasil membuatku terbangun dari tidur. Aku bangkit berdiri dari kasur dan kumatikan alarm lalu kulihat sekarang sudah jam 5 pagi.  Kunyalakan lampu kamar lalu membasuh wajahku di wastafel dan mengelapnya dengan handuk kecil abu. Kuputuskan untuk berlari lima putaran di area rumah. Setelah memakai pakaian olahraga hijau dan arloji hitam, aku turun ke halaman rumah dan melakukan pemanasan singkat sebelum mulai lari. Saat ini cuaca sangat dingin dan salju bertebaran dimana-mana. Baru sebentar aku berlari, kulihat satpam sedang berkeliling sambil membawa senter. Kuabaikan satpam itu dan kulanjutkan lariku mengelilingi area rumah.

Tadinya aku berniat lari lima keliling tetapi kuputuskan menambah jadi tujuh keliling. Matahari sudah terbit beberapa menit yang lalu namun cuaca tidak bertambah hangat sedikitpun. Kulirik arlojiku dan rupanya sekarang sudah jam 06.20 . Waktunya untuk mandi, sarapan lalu bersiap pergi ke sekolah. Saat keluar dari lift dan berjalan menuju kamarku, di ruangan tengah kulihat Elena sudah rapi dengan blus putih lengan panjang, celana hitam panjang, sandal high heels emas dan sedang menyesap tehnya."Selamat pagi, Barry." , sapa kakak dengan hangat."Pagi, Elena." , "Cepat mandi lalu pergi ke ruangan meja makan yang berada di lantai 1. Akan kubuatkan sarapan untukmu.", kujawab singkat dalam bahasa Jepang,"Baik, kakak." , lalu kuambil pakaian seragam sekolah di lemari pakaian dan pergi mandi.

Kupakai gel rambut dan mengatur agar rambutku tampak rapi klimis sebagai anak sekolah. Kulihat pantulan diriku secara seksama dan aku merasa puas dengan seragam sekolah yang tampak begitu stylish dan pas di badanku yang kurus dengan sedikit otot di lengan. Setelah memakai sepatu hitam tebal, kuambil ransel hitam dan segera pergi ke ruangan meja makan. Saat sampai disana, terdapat meja makan abu berukuran cukup panjang dengan kursi coklat berjumlah 6. Shyntia duduk di kursi dan sedang mengoleskan selai stroberi ke roti gandumnya dan Elena berdiri di samping Shyntia sembari memakan kue kering coklat. "Selamat pagi, Barry." , sapa adikku riang. "Selamat pagi juga, adikku sayang." , lalu kuhampiri Shyntia dan mengusap pelan rambutnya. Elena menepuk pundakku pelan lalu saat aku menoleh ke arahnya, dia menyodorkan tempat makan hijau dan botol mineral padaku,"Sudah kumasukkan menu sarapanmu disini. Agar tidak terlambat di hari pertamamu sekolah, sebaiknya kamu makan di mobil. Aku akan mengantarmu ke sekolah sekalian aku mau mengunjungi Dad." , kuambil tempat makan dan botol minum itu dari tangan Elena lalu setelah berpamitan dengan Shyntia, aku dan Elena berjalan ke luar rumah.

Elena berjalan begitu cepat dan kuikuti dia di belakang. Saat keluar dari pagar coklat, kulihat mobil merah yang tampak begitu mewah dan mahal. Kami bergegas masuk ke dalam mobil yang ternyata hanya muat untuk dua orang lalu segera kupakai sabuk pengaman. Elena memakai kacamata hitam sebelum mulai menyalakan mesin mobil. "Mobil ini milikmu?" , tanyaku penasaran. "Ya. Dan aku sangat menyukai mobil McLaren ini." Dia mengendarai mobil dengan pelan lalu saat melewati pos satpam, Elena menyuruh petugas untuk membukakan pagar besi. Saat sudah berada di luar, dia langsung mengendarai mobil dengan hati-hati. Kubuka tutup tempat makan, isinya roti panggang dan sandwich. "Ini roti panggang apa dan sandwich ini isinya apa?" , "Itu roti panggang selai coklat campur susu vanilla, lalu kugunakan bacon, keju, selada dan tomat sebagai isi sandwich." , kumakan sandwich terlebih dahulu lalu segera kumakan roti panggang. Elena tampak senang melihatku dengan cepat menghabiskan makanan yang dia buat.

Tempat makan kuletakkan di atas dashboard lalu kuputuskan untuk bertanya mengenai dimana dia akan bertemu dengan Dad,"Tadi kamu bilang mau mengunjungi Dad, memangnya sekarang Dad berada dimana?" ,
Elena tetap fokus pada jalanan saat menjawab,"Saat ini Dad berada di Manhattan. Disana juga ada rumah pribadi milik Dad." Aku mengernyit mendengarnya,"Serius rasanya aku butuh daftar rumah yang Dad miliki." Elena tertawa mendengarnya dan suasana kembali hening. Melihat cara menyetir Elena, muncul keinginan untuk belajar menyetir mobil. Mungkin beberapa bulan lagi, akan kupinta Dad untuk mengajariku. Selang beberapa menit kemudian, akhirnya sampai di depan gerbang Cantabile International High School. Total perjalanan dari rumah ke sekolah ini memerlukan waktu 38 menit dan sekarang sudah jam 07.47. "Okeee, kita sudah sampai di sekolah resmi pertamamu. Kuharap kau bisa beradaptasi dengan baik dan bisa bergaul dengan teman-teman sekolahmu. Semoga beruntung." ,"Sejujurnya aku merasa sedikit gugup di hari pertamaku bersekolah di sekolah umum seperti ini. Terima kasih sudah mengantarku, Elena." ucapku sambil membuka sabuk pengaman. Elena tersenyum lalu aku keluar dari mobil. Kutunggu mobil Elena sampai menghilang dari pandangan baru aku masuk ke sekolah. Kulihat banner besar berisi sambutan untuk para murid baru yang terpasang di dekat gerbang sekolah.

Selain aku, banyak murid yang sedang berjalan atau berlari di lingkungan sekolah. Murid perempuan di sekolah ini mengenakan seragam kemeja putih, blazer abu dan rok abu selutut sedangkan murid laki-laki mengenakan seragam yang sama denganku. Seorang satpam sedang berjalan lalu kuhampiri satpam tersebut untuk menanyakan lokasi gedung jurusanku. Bapak satpam tersebut menerangkan arah menuju gedung jurusan sains yang berada di sebelah timur. Setelah mengucapkan terima kasih, aku segera berjalan cukup cepat ke lokasi gedung sesuai arahan satpam. Sesampainya disana, ada seorang wanita paruh baya yang kuperkirakan usianya 50 tahun di meja resepsionis. "Halo, namaku Barry Wilson. Aku murid tahun pertama di jurusan sains." , "Halo, Barry. Selamat datang di sekolah ini. Namaku Julianne dan aku merupakan pengawas di jurusan sains." Setelah memperkenalkan diri, Bu Julianne menunduk kemudian memberiku setumpuk buku yang diikat dengan tali merah dan di atasnya terdapat label namaku. "Ini semua adalah buku-buku dari mata pelajaran yang sudah kamu pilih saat mendaftar. Kelasmu berada di lantai 1." "Baik. Terima kasih, Bu Julianne." Kuambil tumpukan buku pelajaran dan naik ke lantai 1 sesuai instruksi ibu pengawas.

Ada tulisan kelas 1-B di atas pintu coklat lalu aku masuk ke dalam kelas. Disini terdapat 15 meja untuk murid dan 1 meja untuk guru yang terletak di bagian depan sebelah kiri lalu ada papan tulis putih besar. Ada kamera pengawas di setiap sudut dinding yang jumlahnya 4 lalu ada speaker hitam di dekat pintu kelas bagian depan. Di bagian belakang kelas terdapat rak laci besar berjumlah 15. Kumasukkan ransel dan tumpukan buku ke dalam laci nomor 6 lalu kucari meja tempat duduk untukku yang ternyata berada tengah barisan dua. Di sebelah kanan tempat aku duduk ada anak laki laki berambut hitam, mata hitam dan kulitnya sewarna dengan kulitku. Kutebak kalau dia juga berasal dari Asia dan di sebelah kiri ada anak perempuan berambut hitam, bermata coklat dan kulitnya putih. Tepat saat aku duduk di bangku, bel berbunyi pertanda kelas sudah dimulai.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang