Chapter 1 - Kepindahan

36 5 0
                                    

* Haloo guys. Ini cerita pertamaku jadi apabila ada kesalahan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan dan juga biar aku semakin berkembang kedepannya. Tolong juga buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰  *

[ JEPANG, 05 JANUARI 2019 ]

Aku melirik jaket merah bertuliskan Barcelona kesayanganku dan syal kuning muda yang ada di atas kasur. Setelah berpikir sebentar, aku memilih menggunakan syal kuning muda yang kurasa cocok dengan sweater putih yang kupakai. Kemudian aku memasukkan jaket ke dalam ransel. Sudah waktunya aku pergi meninggalkan rumah ini dan Jepang untuk tinggal bersama adik perempuanku. Aku mengikuti saran Dad untuk bersekolah di Cantabile International High School, New York.

Rumah tempat aku dibesarkan adalah rumah tradisional khas Jepang yang terletak di pinggiran kota Tokyo. Okaasan lebih memilih tinggal disini karena beliau sangat menyukai ketenangan. Ya, kita memang memiliki rumah lain serta apartemen mewah di Tokyo tapi Okaasan tidak menyukainya. Hal itu dikarenakan karakter beliau yang tegas namun lemah lembut, sulit beradaptasi dengan suasana yang ramai. Sisi lain Beliau di hadapan publik adalah sosok wanita yang sangat anggun serta cerdas, mirip sekali dengan Elena.

Elena adalah kakak perempuanku yang sesekali kembali ke Jepang saat libur Natal dan Tahun Baru. Sejak ia fokus dengan pilihan studinya di Inggris, kami jarang bertemu. Meski begitu, sesekali kami akan memberikan kabar agar tidak canggung saat berkumpul bersama. Seperti halnya Okaasan, Elena adalah sosok yang yang menjadi inspirasiku. Meski kami tidak terikat hubungan darah, tapi Elena adalah kakak yang menghabiskan banyak waktu bersama denganku di masa kecil.

Sebelum keluar kamar, aku memperhatikan pantulan diri di cermin, memastikan kali ini pun aku tetap terlihat sempurna. Setelah puas memandangi penampilanku, aku segera meraih arloji coklat di atas nakas sembari memandangi cahaya matahari yang terlihat dari jendela. Pemandangan ini mulai esok pagi tidak akan kulihat lagi untuk waktu yang lama. Perlahan rasa gugup menjalari pikiranku, membayangkan akan bagaimana kehidupanku di Amerika nanti. Segera ku enyahkan perasaan itu dan bergegas mengenakan arloji itu di tangan kiriku dan membuka pintu. Tepat saat pintu terbuka, kudapati Okaasan menyambutku dengan senyumnya.

"Ayo Barry. Sebentar lagi sudah waktunya penerbangan." ucap Okaasan dengan lembut. Salah satu hal yang membuatku sangat menyayangi Okaasan meskipun dia bukan ibu kandungku adalah perhatian dan kasih sayangnya yang tulus kepadaku. Meskipun aku berbuat nakal, Okaasan hanya menasehati dengan sabar.

"Baik Okaasan. Semuanya sudah siap. " Lalu aku mendesah, "Rasanya aku akan sangat merindukanmu saat di Amerika." Okaasan tertawa dan berkata, "Kau tinggal menghubungiku. Oh iya, saat sudah sampai di Amerika, kamu harus mengabariku." Aku ikut tertawa, "Tentu saja Okaasan."

Aku dan Okaasan kemudian keluar rumah. Pak Hiromi, supir pribadi keluarga kami sudah menunggu dan membukakan pintu mobil limousin yang akan mengantar aku ke bandara.  Sebelum aku masuk ke mobil, aku memeluk Okaasan. Saat melepaskan pelukan, kulihat mata  Okaasan yang berkaca-kaca. Aku merasa sulit untuk mengungkapkan yang kurasakan sebelum pergi. Tetapi kemudian Okaasan mengusap kepalaku dan memecah keheningan di antara kami.

"Aku tidak bisa menemanimu sampai bandara. Kau harus mengabariku saat sudah sampai. Dan juga kamu tidak boleh telat makan." ucap beliau.

Kupeluk wanita itu lagi dan berkata, "Tidak usah khawatir, Okaasan. Aku sudah besar, sebentar lagi aku akan berusia 16 tahun. Aku sudah bisa mengurus diriku sendiri". Lalu kulepaskan pelukanku dan aku membungkuk hormat kepada wanita itu. Okaasan tersenyum. Lalu aku bergegas masuk ke mobil.

"Aku berangkat sekarang. Okaasan, jangan lupa jaga dirimu saat aku tidak ada." ucapku di dalam mobil sambil kujulurkan kepalaku keluar jendela. Mata Okaasan berkaca kaca dan dia menjawab,"Iya Barry."

Kemudian Pak Hiromi membungkuk hormat kepada Okaasan dan berkata, "Saya akan mengantar Tuan Muda Barry menuju bandara." kemudian Pak Hiromi masuk ke dalam mobil.

Aku melambaikan tanganku ke Okaasan sebelum kututup jendela mobil. Butuh sekitar 30 menit dari rumah menuju bandara internasional Haneda di Tokyo. Yang kubawa saat ini hanyalah ransel karena seluruh keperluanku yang lain sudah dibawa oleh para pelayan. Aku mengecek jam dan sekarang sudah pukul 10 pagi. Dan pesawat jet pribadi sudah menanti di bandara.

Ternyata butuh waktu lebih dari 30 menit untuk sampai ke bandara Haneda. Tapi itu tidak masalah karena pesawat yang akan digunakan memang pesawat jet pribadi milik keluargaku. Setelah check in dan menunjukkan beberapa dokumen seperti visa dan paspor, aku menuju pesawat pribadi. Para pelayan serta seluruh barang barang milikku yang kubawa ke Amerika berada di pesawat yang berbeda denganku. Aku ingin menikmati suasana yang sunyi saat penerbangan sehingga beberapa hari sebelum hari H, aku meminta Otoosan agar menyiapkan kedua pesawat, yang satu untuk para pelayan yang ikut dan barang barangku dan satu pesawat lagi khusus untukku dan beberapa pramugari yang ditugaskan mengurus kebutuhanku selama perjalanan.

Aku belum pernah mengunjungi Amerika sebelumnya dan belum pernah pergi ke negara lain. Bagaimana tidak, sejak aku berumur dua tahun, ayahku dan ibu tiriku memberikan pelajaran yang sangat banyak seperti piano, bahasa Inggris, bahasa China, bahasa Spanyol dan masih banyak lagi pelajaran yang kuterima di rumah. Saat masuk ke pesawat, aku langsung meletakkan ranselku di sofa. Pesawat ini memiliki 5 sofa yang berwarna krem. Warna krem ini merupakan kesukaan Mom. Selain sofa ini, ada satu tempat tidur yang tentu saja untukku.

Ada 4 pramugari di pesawat ini dan semuanya mengenakan kostum merah dengan rok mini yang senada dengan pakaian. Salah satu dari mereka memberitahu bahwa penerbangan akan berlangsung kurang lebih 9 jam dan memberikan info mengenai standar keamanan. Tak lama setelah itu, pesawat pun lepas landas. Kuamati langit biru yang begitu cerah. Rasanya tidak sabar untuk segera sampai ke Amerika Serikat dan bertemu dengan adik kandungku yang sudah sangat lama tidak kulihat.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang