*Happy reading 🥰*
Setelah peristiwa yang terjadi di Wilson Department Store lalu apa yang Dad dan Shyntia katakan mengenai organisasi hitam rahasia atau organisasi mafia, kuputuskan mencoba cari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi saat aku pingsan di area parkir. Kuyakin bisa meminta satpam disana untuk menunjukkan rekaman CCTV pada hari Minggu sore kemarin. Saat ini sedang pelajaran bahasa Spanyol namun sulit untuk fokus menyimak apa yang guru katakan dengan banyaknya hal yang ada di kepalaku ini. Untungnya tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi. Setelah Bu Lauren, guru bahasa Spanyol, pergi meninggalkan kelas, beberapa murid ikut pergi keluar. Ryuzaki berdiri dari kursinya lalu menyapaku,"Hei Barry, apa kamu mau makan siang denganku di kafetaria?" , kutolak ajakannya,"Tidak. Aku tidak lapar." , dia mengangguk,"Baiklah. Aku pergi dulu ke kafetaria." , lalu dia pergi keluar bersama Freddy dan Robert.
Setelah berpikir beberapa saat, kuputuskan untuk menghabiskan jam istirahat di atap sekolah. Kurasa tidak ada orang lain yang pergi kesana di jam istirahat. Ku berjalan keluar dari kelas lalu naik tangga sampai ke atap. Ternyata ruangan atap ini cukup luas dengan beberapa pot bunga. Kukira hanya aku sendiri yang pergi kesini namun ternyata dugaanku salah. Ada orang lain disana dan dia teman sekelasku. Kulihat Friska Lee sedang berdiri di pinggiran sambil menghisap sebatang rokok. Kudekati gadis itu,"Tadinya kupikir hanya aku yang pergi kesini saat istirahat namun dugaanku salah." Friska menoleh dan menatapku,"Sejak hari pertama sekolah, aku selalu berada disini dan menikmati pemandangan."
Setelah mengatakan itu, dia kembali menghisap rokoknya. Terlihat di dekat pintu masuk atap ada kursi coklat lalu aku duduk di kursi itu. "Jadi kamu belum pernah makan siang di kafetaria?" , tanyaku basa basi. Friska tetap di posisinya dan sama sekali tidak menoleh ke arahku saat menjawab,"Tidak. Aku belum pernah kesana." , sekilas gadis itu tampak seperti Elena dengan rambut hitam lurus yang panjangnya sepinggang, badan ramping dan kulit putih bersih namun tetap saja jauh lebih cantik kakakku. Tidak ada lagi yang ingin kubicarakan dengan Friska jadi ku berbaring di kursi. Kuamati langit biru dan butiran-butiran salju yang turun dari langit. Terdiam cukup lama dengan banyak hal yang kupikirkan, mendadak muncul ide untuk mengajak Ryuzaki dan Friska pergi bersama ke Wilson Department Store.
Kuhampiri Friska lalu berdeham. Gadis itu menoleh dan bertanya,"Ada apa?" , kutatap gadis itu penuh harap,"Apa nanti sore sepulang sekolah kamu ada acara? Kalau tidak, apa kamu mau pergi ke Wilson Department Store bersamaku dan Ryuzaki? Ada sesuatu yang kucari disana. Kalau kamu mau, aku akan membelikanmu barang apa saja yang kamu mau. Itu termasuk makanan." , Friska menaikkan alisnya,"Tiba-tiba sekali? Kenapa harus denganku? Kan bisa hanya dengan Ryuzaki saja. Toh kalian teman dekat." , "Yah seperti yang tadi kubilang, ada sesuatu yang kucari disana dan aku tidak mungkin meninggalkan Ryuzaki sendirian saat aku pergi mengambil barang itu jadi aku memerlukan teman lain yang bisa menemaninya. Dan hanya kamu yang terpikir olehku.", kuharap dia akan menerimanya untuk memudahkan tujuanku. Friska tampak berpikir sejenak lalu mengangguk setuju,"Baiklah, aku setuju. Dan kuharap kamu tidak menarik kembali ucapanmu soal membelikanku barang." , kubalas antusias,"Tentu saja. Aku tidak akan mengingkari janji. Terima kasih ya. Aku kembali duluan ke kelas." , masih sisa 15 menit lagi sebelum jam istirahat berakhir tapi ku harus memberitahu Ryuzaki mengenai rencanaku.
Dengan mudah, Ryuzaki menerima ajakan untuk menemaniku pergi ke Wilson Department Store. Sepulang sekolah, kami bertiga diantar oleh Pak Henry kesana. Saat di perjalanan, kucek saldo rekeningku dan saat mengetahui jumlahnya ada 6 juta dollar usd, ku tersenyum senang. Sesampainya di lobi depan, kami bertiga turun dan Pak Henry berkata bahwa dia menunggu di area parkir. Saat sudah di dalam, Ryuzaki bertanya kepadaku,"Jadi apa barang yang kamu cari?" , aku tersenyum tipis,"Itu rahasia." Kulihat Friska masuk ke dalam toko pakaian wanita. Kutatap Ryuzaki,"Kutinggal dulu ya? Nanti kuhubungi saat aku sudah berhasil menemukan apa yang aku cari." Ryuzaki mengangguk dan aku langsung pergi ke ruang security di lantai 4.
Awalnya satpam tidak membiarkanku masuk namun setelah kuancam akan melaporkan mereka kepada ayahku, mereka langsung mengizinkanku untuk masuk. "Aku membutuhkan rekaman CCTV hari Minggu kemarin. Satu hari penuh." , kuberikan flashdisk putih yang isinya kosong dan seorang satpam mengambilnya lalu berkata,"Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar." , sambil menunggu kuamati layar besar yang memperlihatkan seluruh hal yang memperlihatkan kegiatan di setiap lantai. Ryuzaki dan Friska terlihat di lantai dua, mereka sedang berjalan sambil melihat sekeliling. Satpam yang kupinta untuk memberikan rekaman CCTV, berjalan mendekatiku sambil membawa flashdisk,"Sudah selesai, Tuan. Seluruh rekaman di hari Minggu kemarin sudah berada di dalam flashdisk." Kuambil flashdisk itu dan kumasukkan ke dalam saku celana,"Terima kasih." , baru saja hendak pergi meninggalkan ruangan, ku berbalik dan menatap mereka semua dengan tatapan dingin,"Kalau kudengar bahwa ayahku mengetahui bahwa aku kesini untuk mengambil rekaman CCTV, akan kupastikan kalian kehilangan pekerjaan." , setelah mengatakan itu, aku langsung pergi.
Saat berada di dalam lift, kutelepon Ryuzaki dan saat dering keenam, telepon diangkat,"Barry, kamu dimana?" ,"Maaf, Ryuzaki. Tapi tiba-tiba aku merasa tidak enak badan. Jadi aku langsung meminta supirku untuk pulang. Sekali lagi maaf sudah memintamu menemaniku tapi aku pulang duluan. Lalu sampaikan permintaan maafku kepada Friska. Kali ini aku tidak bisa menepati janjiku." , Ryuzaki berkata,"Tidak masalah. Ada Friska yang menemaniku. Kuharap kamu lekas membaik dan akan kusampaikan permintaan maafmu kepadanya." , "Terima kasih.", setelah mengatakan itu, ku langsung menutup telepon. Kuhubungi Pak Henry dan pria itu langsung mengangkatnya," Halo, Tuan Muda." , "Henry, sebentar lagi aku sampai di tempat parkir. Bawa mobil ke dekat tempat lift. Kita pulang ke rumah sekarang.", tanpa mendengar jawaban dari Pak Henry, kumatikan telepon.
Sesampainya di rumah, kupinta Nesta untuk membawakan beberapa kue dan jus jeruk ke kamarku. Sebelum masuk ke kamarku, ku ingin tahu keadaan Shyntia jadi kuketuk pintu kamarnya. Shyntia membuka pintu dan menatapku,"Oh kamu sudah pulang, Barry." , aku masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya kumasuki kamar adikku. Cat dinding kamarnya merah muda dengan kasur Queen size dan ada lemari putih yang banyak jenis boneka. Kutatap lekat adikku,"Bagaimana keadaanmu sekarang?" , Shyntia tampak bingung lalu dia tertawa,"Rupanya kamu masih mengkhawatirkan aku. Tenang saja, Barry. Aku baik baik saja. 100% baik baik saja." ,"Syukurlah. Ngomong-ngomong, apa judul series yang kamu bintangi baru-baru ini?" , "Judulnya Life of The Holland Family. Tentang kehidupan keluarga di desa. Aku berperan sebagai Lily Holland, anak ketiga dari empat bersaudara. Akan tayang tanggal 18 Juni di saluran HOB." Kuanggukkan kepalaku,"Baiklah. Nanti aku akan menontonnya." , Shyntia tersenyum lalu aku pergi keluar dari kamarnya dan menuju kamarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Me & My Family
Teen Fiction‼️Dilarang keras plagiat/menjiplak cerita ini karena ini murni pemikiran dan ide sendiri ‼️ Seorang calon pewaris utama Grup Wilson yang bernama Barry Wilson memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta internasional di New York, Ame...