*Hallo guys, tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘
HAPPY READING! 🥰 *
Lucius Riggs tampak terkejut saat melihat wanita berambut pirang tidak dikenal masuk ke rumahnya. Dengan cepat, Lucius mengeluarkan pistol dari belakang kemejanya lalu menodongkan pistol ke arahku,"Kurasa kalian berdua bersekongkol." Kupasang ekspresi dingin dan dengan cepat ku berlari mendekat kemudian ku layangkan tendangan ke tangan Lucius Riggs sehingga pistol terlepas dari genggamannya. "Apa benar pria ini agen pemerintah?", ucapku dengan nada dingin. Vermouth mengambil pistol yang tergeletak di lantai lalu menodongkan pistol itu ke arah Riggs, "Satu gerakan saja darimu, peluru akan langsung menancap di kepalamu." Vermouth menatapku,"Barry, bukalah tas biru itu dan keluarkan dua jenis tali yang berbeda."
Kujatuhkan tas itu ke lantai lalu kubuka tas dan kuambil tali coklat yang sudah dibentuk silang serta tali bening yang begitu tipis. Vermouth mendekati Lucius sambil tetap mengarahkan pistolnya ke arah pria tersebut,"Kudengar bahwa kamu adalah agen CIA. Aku dan anak laki-laki ini ditugaskan untuk membunuhmu. Namun sebelum kematianmu, kuharap kamu bisa memberitahu apa saja yang kamu ketahui." Lucius tersenyum,"Jangan harap aku akan memberi kalian informasi apapun." Vermouth balas tersenyum,"Baiklah kalau itu maumu. Barry, cekik pria ini dengan tali bening sampai dia kehabisan napas karena kesombongannya."
Kuamati Lucius yang tetap diam di posisinya. Kurasa pria itu sadar bahwa tidak ada gunanya melawan. Kuambil tali bening lalu ku berdiri di belakangnya. Kulilitkan tali tersebut ke lehernya namun tiba-tiba Lucius mencengkram tanganku dan dengan cepat membanting tubuhku ke lantai. Ku meringis kesakitan dan Lucius berlari ke arah tangga lalu naik ke lantai dua. Vermouth menghampiriku dan mengulurkan tangannya padaku. Kugenggam tangan wanita itu lalu berdiri. Vermouth melirikku,"Bawa kedua tali itu dan ikuti aku."
Kulakukan instruksi Vermouth kemudian kami berdua berjalan dengan pelan hingga ke lantai dua. Vermouth berbisik pelan,"Cari kamar tidur dan gantungkan tali coklat itu di langit kamar." Ku anggukkan kepalaku lalu dengan pelan kubuka pintu coklat yang berada di dekat tangga namun rupanya ruangan ini tampak seperti ruang tamu. Vermouth memasuki ruangan itu sementara ku lanjut berjalan menuju ruangan yang berada di dekat ruang tamu. Perlahan kubuka pintu ruangan itu dan rupanya ada tempat tidur ukuran King Size di dalam lalu ada lemari coklat. Tampaknya ruangan ini adalah tempat tidur Lucius.
Ku masuk ke dalam lalu kuamati langit-langit kamar. Di kamar ini tidak ada tempat untuk menggantung tali ini. Kurasa lebih baik mencari keberadaan pria itu terlebih dahulu jadi kubuka lemari dan kuintip kolong tempat tidur namun tidak ada Lucius. Vermouth berdiri di dekat pintu dan memberi isyarat padaku untuk keluar dari ruangan ini. Kuletakkan kedua tali di lantai kamar lalu ku segera keluar. Vermouth berkata,"Kurasa Riggs berada di bawah. Namun dia tidak akan bisa keluar dari pintu utama karena rekanku sudah mengunci pintu dari luar saat aku masuk." Kutatap wanita itu,"Apa kamu bisa menemukan Lucius Riggs?", Vermouth mengangguk,"Tentu saja. Lagipula dia masih di rumah ini."
Terdengar suara gagang pintu yang hendak dibuka berkali-kali. Bisa ditebak bahwa yang melakukannya adalah Lucius. Vermouth tersenyum lalu membalikkan badan dan berjalan ke lantai bawah. Ku kembali ke kamar untuk mengambil kedua tali kemudian kususul Vermouth. Tampak Lucius berdiri di depan pintu sembari menodongkan pistol ke arah Vermouth. Ku tersenyum melihat hal itu kemudian berkata,"Vermouth, tolong lindungi aku dari belakang." Dengan pelan dan tenang, ku berjalan mendekati Lucius.
Pria itu menodongkan pistolnya ke arahku. Kutatap lekat Lucius,"Aku sama sekali tidak takut ditembak olehmu. Kalaupun aku mati tertembak olehmu, aku yakin kamu akan menerima hukuman yang setimpal." Ku lanjutkan ucapanku,"Maafkan aku. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Barry Wilson. Aku orang Jepang yang sedang sekolah di kota ini." Kulihat pria itu tampak memikirkan sesuatu. Kumanfaatkan momen itu untuk bergerak dengan sangat cepat lalu kurebut pistol dan melemparnya ke arah Vermouth kemudian kubanting tubuhnya dengan teknik judo. Sebelum Lucius Riggs bangun, kucekik lehernya dengan tali bening hingga dia pingsan akibat kehabisan nafas.
Vermouth berjalan mendekat dan memeriksa denyut nadi Riggs,"Kerja bagus, Barry. Aku kagum dengan beberapa improvisasi yang kamu lakukan. Sekarang bawa pria ini ke ruangan pertama di lantai atas." Vermouth mengambil tali coklat dan mengalungkannya di leher lalu kami menggotong Lucius Riggs menuju lantai atas. Saat sudah berada di ruangan pertama setelah melewati tangga, kubaringkan Riggs di lantai sementara Vermouth menggantungkan tali coklat di langit ruangan. Vermouth mengambil kursi kecil coklat yang berada di pojok lalu meletakkannya di bawah tali coklat. Vermouth tersenyum puas kemudian berkata,"Barry, gantungkan Riggs dengan tali coklat ini."
Kutarik kerah baju Lucius Riggs lalu kududukkan pria itu di kursi coklat dan kumasukkan lubang tali coklat ke lehernya. Saat ku yakin bahwa tali tersebut sudah pas di leher pria tersebut, kutendang kursi itu hingga jatuh. Lucius Riggs tersentak dari tidurnya dan berusaha melepaskan tali di lehernya. Namun upaya Riggs itu percuma karena tidak ada celah untuk bisa membuka ikatan tali coklat itu. Vermouth berkata kepadaku,"Selamat, Barry. Tugasmu sudah selesai." Wanita itu membalikkan badannya dan keluar dari ruangan. Kuamati Riggs yang masih berjuang untuk menyelamatkan dirinya lalu meninggalkan ruangan sambil menutup pintu.
Baru saja hendak menuruni tangga, kulihat Vermouth naik kembali sambil memegang selembar kertas. Dia tidak mengatakan apapun jadi ku lanjut turun ke bawah lalu kuambil tas biru dan berdiri di dekat tangga sambil menunggu wanita itu. Beberapa detik kemudian, Vermouth menuruni tangga dengan perlahan kemudian berjalan mendekatiku lalu saat dia berada di sebelahku, Vermouth berbisik pelan di kerah bajunya,"Tugas Barry Wilson untuk melenyapkan Lucius Riggs sudah selesai. Sebentar lagi beberapa orang dari tim pembersih akan datang untuk menghilangkan semua jejak yang tersisa." Setelah mengatakan itu, Vermouth menekan pelan bagian kerahnya.
Di perjalanan pulang menuju rumah, ku bertanya kepada Vermouth,"Sebelum kamu menjadi anggota organisasi, apa kamu menerima pelatihan sepertiku?", Vermouth menggeleng,"Tidak. Saat itu, aku dibimbing oleh mentorku. Setelah setahun mempelajari banyak hal, aku mendapat dua misi lalu setelah itu aku resmi bergabung. Saat itu, usiaku 18 tahun." Ku berkata,"Sewaktu di tempat kerja ayahku, kamu mengatakan bahwa sudah 10 tahun kamu menjadi anggota organisasi yang berarti saat ini usiamu 28 tahun." Vermouth menghentikan mobil saat lampu merah dan tersenyum mendengar ucapanku,"Bingo.", ucapnya.
Tidak ada lagi yang kami bicarakan di sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah. Vermouth menghentikan mobil di depan rumah lalu tersenyum padaku,"Terima kasih untuk hari ini. Selamat malam, Tuan Muda." Tanpa mengatakan apapun kepada Vermouth, kubuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Saat masuk ke dalam rumah, beberapa pelayan wanita menyapaku. Ku langsung berjalan ke tempat lift. Di dalam lift, ku termenung memikirkan hal-hal yang sudah kulakukan di Amerika. Sudah dua orang yang tewas di tanganku sendiri dan tampaknya akan terus bertambah.
Pintu lift terbuka lalu ku berjalan menuju kamarku. Kulihat Shyntia mengenakan baju tidur merah muda dan rambutnya dikuncir menggunakan ikat rambut yang sewarna dengan baju tidurnya sedang duduk di sofa sambil membaca majalah dan memakan kue kering. Ku duduk di sebelah Shyntia dan dia tersenyum saat melihatku,"Hai, Barry. Kudengar kalau kamu berhasil menyelesaikan tugas kelima dengan baik." Ku mengangguk,"Itu karena aku tidak sendirian saat melakukannya." Kuamati lengan Shyntia yang mengenakan gips. "Maafkan aku. Seandainya saja sewaktu pemilihan tugas, ku bertarung dengan orang lain maka kamu tidak perlu terluka seperti ini." Shyntia menatapku lembut dan tersenyum,"Tidak apa-apa, Barry. Lagipula aku akan pulih dengan cepat. Bahkan tadi sore aku sudah melakukan terapi selama dua jam."
Kuusap pelan rambutnya lalu kulihat jam tangan. Tidak terasa sudah jam 22.35. Shyntia mengambil satu kue kering dan memakannya. Kutepuk pelan bahunya,"Sudah hampir jam 11 malam. Aku mau mandi dan tidur. Selamat malam, Shyntia." Shyntia mengangguk,"Selamat malam, Barry. Semoga tidurmu nyenyak." Ku berdiri lalu ku berjalan melewati tangga menuju kamarku. Sesampainya di kamar, ku langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh sebelum tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Me & My Family
Teen Fiction‼️Dilarang keras plagiat/menjiplak cerita ini karena ini murni pemikiran dan ide sendiri ‼️ Seorang calon pewaris utama Grup Wilson yang bernama Barry Wilson memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta internasional di New York, Ame...