Chapter 34 - Tugas Kelima

20 0 0
                                    

*Hallo guys, tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰 *

Kulihat seorang wanita berambut pirang ikal sedang berdiri di depan meja putih yang terletak dekat dengan pintu coklat. Wanita itu mengikat rambutnya menggunakan ikat rambut ungu serta mengenakan atasan biru gelap dan celana hitam. Dia tersenyum saat melihatku dan Sasha kemudian bertanya,"Apa Anda yang bernama Barry Wilson?", kujawab dengan singkat,"Ya, benar." Dari tanda namanya, wanita itu bernama Enid dan dia berkata,"Silakan masuk ke ruang kerja Tuan Wilson. Beliau sudah menunggu kedatangan Anda, Tuan Barry."

Ku mengangguk lalu langsung masuk melalui pintu coklat. Di dalam, kulihat ruangan cukup besar dengan dinding biru tua, tirai jendela abu serta sepasang sofa biru gelap yang saling berhadapan dan ada meja putih di antara sofa. Ketika aku masuk bersama Sasha, Dad tampak sedang memeriksa dokumen dan saat melihat kedatangan kami, Beliau menegakkan tubuhnya,"Selamat datang. Silakan duduk." Ku dan Sasha duduk bersebelahan di sofa lalu Dad menghubungi seseorang melalui telepon di meja kerjanya,"Tolong bawakan dua kopi hitam dan satu teh hijau kemari." Setelah mematikan telepon, Dad menutup berkas dokumen dan mengambil tablet.

Dad duduk di sofa yang berseberangan lalu menatap Sasha,"Terima kasih sudah mengantar anakku kemari menggantikan Henry." Sasha tersenyum,"Tidak masalah, Tuan Wilson." Dad menatapku,"Ini pertama kalinya kamu kemari, Nak." Ku tersenyum menanggapi ucapan ayahku. Dad melanjutkan ucapannya,"Aku mendengar bahwa kamu lolos seleksi dan menjadi satu dari lima murid yang masuk ke dalam kelas spesial untuk tahun pertama di jurusan sains. Selamat, Nak. Kamu berhasil menyelesaikan tugas keempat." Ku merasa sangat senang mendengarnya,"Terima kasih, Dad."

Pintu terbuka lalu seorang pria berambut hitam dengan mata coklat dan mengenakan pakaian serba hitam masuk ke ruangan sambil membawa nampan putih dengan tiga cangkir putih. Pria itu menghampiri kami kemudian meletakkan tiga cangkir di meja. Setelah itu, pria tersebut membungkuk dan meninggalkan ruangan. Dad mendorong cangkir yang berisi teh hijau ke arahku,"Minumlah teh ini, Nak." lalu Beliau sendiri meminum kopi hitam. Sasha tampak menyesap kopi hitam yang disajikan sementara ku meminum teh hijau.

Setelah Dad meletakkan cangkir di meja, Dad menatapku dengan tegas,"Karena kamu sudah lulus tes ketiga dan tes keempat, sekarang waktunya untuk tes kelima. Apa kamu sudah siap, Barry?", kutatap ayahku,"Ya. Aku sudah siap, Dad." Dad menyalakan tablet lalu meletakkan tablet di meja. Layar tablet memperlihatkan foto seorang pria berambut coklat dengan mata hijau dan kumis tipis. Dad berkata,"Pria ini bernama Judith Weber. Judith adalah agen CIA yang menyamar menjadi jurnalis. Dua hari yang lalu, pria ini mewawancarai Vicky Zhang. Saat itulah, Vicky merasakan bahwa jurnalis itu sedikit berbeda dari jurnalis yang biasa dia temui. Lalu Vicky melaporkannya padaku dan setelah diselidiki, ternyata dia merupakan agen rahasia CIA dan nama aslinya adalah Lucius Riggs. Jadi untuk tugas kelimamu ini adalah membantu Vermouth untuk menyingkirkan agen CIA ini dan mencari tahu apa saja yang dia ketahui."

Kutanya Dad,"Bagaimana cara menyingkirkannya?", Dad menatapku,"Ikuti saja instruksi Vermouth." Kemudian Dad menatap Sasha,"Terserah bagaimana caramu menanganinya. Tugas ini diberikan kepadamu karena aku yakin kamu bisa melakukannya." Sasha mengangguk,"Percayakan kepada saya, Tuan. Saya akan melakukannya sebaik dan serapi mungkin." Dad tersenyum,"Baguslah." Sasha meminum kembali kopi lalu bertanya,"Apakah ada informasi mengenai dimana tempat dia tinggal dan siapa saja rekannya?", Dad membuka ponselnya lalu terlihat mengetik sesuatu. Setelah itu, Dad berkata,"Bukalah ponselmu, Vermouth." Sasha membuka tasnya lalu mengambil ponsel dan langsung membukanya,"Baiklah. Informasi ini sangat berguna untukku. Terima kasih."

Dad tertawa,"Tidak masalah." Kutatap Sasha,"Lalu bagaimana aku membantumu?", Sasha menjawab,"Kamu akan menjadi asistenku. Sementara aku mengurus Riggs, tugasmu adalah mencari setiap dokumen yang dia simpan." Wanita ini kembali meminum kopi dan saat meletakkan kembali cangkir di meja, dia berkata kepada ayahku,"Saya rasa saya bisa melakukannya malam ini dengan informasi yang Anda berikan." Dad tersenyum,"Bagus. Jangan lupa berikan bukti kalau kamu berhasil menyingkirkan Lucius Riggs." Sasha mengangguk,"Kalau begitu, saya meminta izin untuk membawa putra Anda bersama saya." Dad menjawab,"Tentu." Kuminum teh hijau sampai habis lalu kuletakkan cangkir yang sudah kosong di meja.

Sasha berdiri,"Saya izin pergi untuk melaksanakan tugas." Dad ikut berdiri lalu menjabat tangan wanita itu,"Lakukan yang terbaik." Sasha meletakkan tangannya di bagian dada kemudian membungkuk dengan hormat kepada ayahku. Ku berdiri dan menghampiri ayahku,"Aku yakin akan berhasil mengerjakan tugas ini." Dad menepuk punggungku pelan,"Tentu, Barry. Aku juga percaya bahwa kamu bisa melakukan tugas ini." Ku tersenyum lalu membungkuk hormat kepada ayahku. Setelah itu, ku dan Sasha meninggalkan ruangan dan memakai lift untuk turun ke area parkir mobil.

Setelah sampai di area parkir mobil, Sasha berjalan dengan cepat menuju mobilnya sementara ku mengikutinya dari belakang. Saat sudah berada di depan mobil merah, Sasha mengambil remote key dari dalam tas dan menekannya hingga mobil menyala. Wanita itu menoleh ke arahku,"Masuklah ke mobil. Ada beberapa instruksi untukmu." Wanita itu masuk ke dalam mobil lalu ku segera masuk ke mobil dan kuletakkan tasku ke kursi belakang. Sasha memasukkan kunci lalu menyalakan mesin mobil dan menatapku,"Dengar, Barry. Seperti yang sudah kukatakan tadi saat di ruangan kerja ayahmu, tugasmu adalah mencari semua dokumen yang dimiliki oleh agen CIA itu. Aku akan meminta rekanku untuk mengawasi lingkungan sekitar pria itu tinggal untuk memberitahuku kapan dia pulang ke rumahnya dan mencegah adanya saksi mata. Sambil menunggu laporan dari rekanku, apa kamu tidak keberatan kalau kita berjalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan?".

Ku merasa tidak nyaman untuk menghabiskan waktu di tempat umum dengan wanita yang baru saja kukenal. Ingin menghubungi Ryuzaki namun dia pasti masih berlatih basket sementara ku tidak tahu tentang kegiatan Friska sore ini. Jadi kukatakan kepada Sasha,"Apa boleh aku menghubungi temanku yang sekelas denganku dan memintanya untuk menemaniku sambil menunggu?", Sasha tersenyum,"Tentu saja boleh." Kuambil ponsel dari saku blazer lalu segera kuhubungi Friska. Setelah bunyi dering telepon sebanyak empat kali, dia mengangkat telepon dariku.

"Halo, Barry. Ada apa?"
"Friska, apa sekarang kamu sibuk?"
"Tidak. Aku sedang bersantai di Central Park."
"Kamu bersama siapa disana?"
"Aku bersama puluhan orang yang sedang menghabiskan waktunya."
"Jadi kamu sendirian?"
"Ya. Aku sendiri disini."
"Tunggu aku. Aku akan pergi kesana."
"Ya, baiklah. Kutunggu. Aku sedang duduk di dekat air mancur."

Kumatikan telepon lalu kutatap Sasha,"Apa kamu bisa mengantarku ke Central Park? Aku akan menemui temanku disana." Sasha mengangguk,"Baiklah. Aku akan mengantarmu kesana. Pakai sabuk pengamanmu." Kami memakai sabuk pengaman lalu Sasha segera mengemudikan mobil. Rupanya kantor ayahku cukup dekat dengan Central Park hingga perjalanan hanya memerlukan waktu 12 menit. Sasha menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk taman. Kubuka sabuk pengaman lalu kuambil tas. Saat kubuka pintu mobil, Sasha berkata,"Aku akan menjemputmu kembali disini jadi saat aku menghubungimu, kuharap kamu segera mengangkatnya." Kunaikkan alisku dan kututup pintu mobil yang separuh terbuka,"Sejak kapan kamu punya nomorku?", Sasha menggeleng,"Aku belum punya nomormu namun nanti aku bisa memintanya kepada ayahmu."

Tidak ada lagi yang ingin kukatakan pada wanita ini jadi ku segera keluar dari mobil. Kulihat arlojiku yang menunjukkan waktu 16.15 sore. Ku berjalan masuk ke dalam Central Park. Tidak kusangka kalau taman ini sangat luas serta banyak orang yang berkunjung kesini. Kurogoh saku blazer lalu kuambil ponsel dan kukirim pesan kepada Friska, memintanya untuk membagikan lokasi. Setelah Friska membagikan lokasinya, ku segera berjalan ke tempat dia berada.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang