Chapter 16 - Sesi Latihan Ekstrim

5 1 0
                                    

⚠️⚠️ Warning : Chapter ini berisi kekerasan pada hewan ⚠️⚠️

* Haloo guys. Tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰  *

Kupikirkan kembali ucapan Shyntia tadi siang sambil memeriksa beberapa artikel mengenai kecelakaan yang menyebabkan Mom meninggal. Semua artikel menyebutkan bahwa mobil truk menabrak mobil yang dikendarai oleh Mom lalu mobilnya terjatuh ke jurang. Terlihat seperti murni kecelakaan namun kata-kata Shyntia menggangguku. Tampaknya aku memang harus mulai mempersiapkan diri menanti kejutan bahkan mungkin rahasia lain. Kumatikan laptop kemudian kuletakkan di meja coklat bundar. Jam sudah menunjukkan waktu 22.45 dan waktunya untuk segera tidur. Kumatikan lampu kamar lalu berbaring di kasur.

Setelah tertunda selama seminggu, hari ini pertama kalinya aku akan belajar menembak senjata bersama Niccola Davis. Kukenakan syal putih, kaos bergaris merah biru, celana denim biru,jaket biru muda dan sepatu sports putih. Kuambil jam tangan hitam dari laci lalu kupakaikan di lengan kiri. Kulihat sekarang sudah jam 07.45. Saat yakin penampilanku sudah rapi, ku pergi ke kamar Shyntia untuk mengajaknya sarapan bersama. Setelah beberapa kali mengetuk pintu kamarnya namun tidak ada jawaban. Mungkin dia sudah pergi sarapan. Ku langsung pergi ke ruang makan namun tidak ada Shyntia. Seorang wanita berusia sekitar 40-50 tahun datang membawa nampan coklat dan meletakkannya di meja makan. "Selamat pagi, Tuan Muda. Ini menu sarapan anda hari ini." , kulihat beberapa tumpuk roti dengan selai stroberi. "Terima kasih. Oh ya, apa anda melihat Shyntia?" , pembantu itu menjawab,"Tadi sekitar jam 6 pagi, Nona Shyntia sudah pergi keluar rumah, Tuan Muda." Pagi sekali dia pergi,"Anda tahu Shyntia pergi kemana?" , pembantu itu menggeleng,"Maaf, Tuan Muda. Saya tidak tahu." , kuanggukkan kepalaku mendengar jawaban itu.

Setelah memakan tiga roti dan meminum susu madu, kuturun ke lantai bawah sambil menunggu Niccola datang. Tepat jam 9 pagi wanita ini datang ke rumah. Dia mengenakan jaket putih dan celana putih ketat sementara rambut pirangnya yang ikal dibiarkan terurai. Niccola tersenyum saat melihatku berdiri di depan tangga utama lalu memelukku singkat. Aneh rasanya jadi tidak kubalas pelukan wanita ini. "Halo, Barry. Apa kamu sudah siap untuk kulatih?" , kujawab singkat,"Ya." Wanita itu berkata,"Kalau begitu, ayo ke mobilku." , dia mengenakan kacamata hitam lalu pergi keluar rumah. Kuikuti wanita itu keluar dan kulihat mobil merah terparkir di luar. Niccola berdiri di samping mobil itu,"Ini mobilku. Kalau kamu belum tahu, mobil ini adalah mobil Ferrari keluaran tahun 2018. Masih sangat baru." , dia terlihat begitu bangga memiliki mobil itu.

Tanpa berkomentar apapun, ku langsung masuk ke bagian kursi penumpang dan mengenakan sabuk pengaman. Niccola ikut masuk kemudian mengenakan sabuk pengaman. Setelah menyalakan mesin, dia langsung mengemudikan mobil dengan pelan dan hati-hati. Saat sudah keluar dari gerbang utama rumah, Niccola menaikkan kecepatan mobil. "Barry, tempat latihannya di pegunungan San Gabriel yang ada di kota Los Angeles. Perjalanan kesana kurang lebih 3 atau 4 jam. Kalau kamu mau, aku akan mengajakmu berkeliling di LA." , kutatap Niccola,"Terima kasih atas tawarannya tapi aku bisa ke LA di lain waktu." , rasanya sungguh tidak nyaman berjalan-jalan di kota dengan supermodel terkenal. Niccola hanya tersenyum mendengar jawabanku lalu fokus mengemudi.

Suasana hening selama beberapa menit kemudian Niccola memecah keheningan,"Ngomong-ngomong, apa kamu penasaran mengenai apa yang ayahmu, adikmu, aku dan supir pribadimu lakukan?" , wanita itu bertanya sambil tetap menatap ke jalanan. Dengan dingin ku menjawab,"Tidak. Lagipula aku akan mengetahuinya tidak lama lagi." , kulirik Niccola dan dia tersenyum tipis kemudian berkata,"Apa kamu mau makan sesuatu? Kalau kamu mau, di dekat sini ada restoran siap saji." Masih dengan nada dingin, kujawab,"Tidak. Lagipula aku baru saja makan sebelum berangkat." Kulihat wanita itu kembali tersenyum namun tidak ada lagi yang dibicarakan.

Perjalanan dari rumah menuju daerah pegunungan San Gabriel ternyata membutuhkan waktu 4 jam 20 menit. Niccola memarkirkan mobilnya di area parkir penginapan 'Best Holiday Express'. "Kita sudah sampai. Sengaja kuparkirkan mobilku disini karena aku akan menginap di hotel ini. Ada anak buahku yang akan mengantarmu pulang selesai latihan. Sebagai info, salah satu anak gunung di pegunungan San Gabriel adalah Gunung Wilson dan gunung ini milik keluargamu. 185 tahun yang lalu, leluhurmu membeli gunung ini." , kutatap Niccola,"Aku baru mengetahuinya." , wanita itu melepas sabuk pengaman,"Kuharap kamu berlatih dengan baik hari ini." , setelah mengatakan itu, dia keluar dari mobil. Kulepas sabuk pengaman dan segera keluar dari mobil.

Niccola berjalan di depan sementara aku mengikutinya dari belakang. Banyak butiran salju yang jatuh dan jalanan juga dipenuhi tumpukan salju. Kami memasuki jalan setapak yang rupanya menuju hutan. Saat sudah berada di dalam hutan, Niccola menoleh ke belakang,"Sebentar lagi kita sampai di tempatmu berlatih. Ada anak buahku yang bertugas menjaga tempat latihan sehingga orang lain tidak akan mengganggu." Kuanggukan kepalaku mendengar apa yang dikatakan oleh Niccola. Setelah berjalan cukup lama, ada semacam lapang dengan dua sasaran target di dua pohon. Niccola memasuki arena itu lalu menatapku,"Kita sudah sampai di tempatmu berlatih."

Rupanya ada Ludolf bersama Daiichi disana dan sedang berdiri di dekat pohon. Keduanya mengenakan setelan serba hitam. Di sebelah mereka, ada lima kandang yang berisi lima kelinci. Niccola mengambil senapan coklat yang terletak di depan batu sedang. "Barry, kamu harus bisa menembak tepat sasaran sebanyak dua puluh kali. Sepuluh di sasaran target pohon pertama lalu sepuluh di sasaran target pohon kedua. Izinkan aku memberi contoh." Niccola mulai memasang pose kuda-kuda kemudian mengarahkan senapan ke target dan menembak tepat sasaran. Wanita itu berjalan mendekatiku,"Ludolf dan Daiichi ada disini untuk mengamati sesi latihanmu denganku. Senapan ini sudah memakai peredam jadi tidak akan menarik perhatian pengunjung lain. Lalu ada beberapa anak buahku yang mengawasi jadi orang tidak akan mendekat kesini." Kutatap Niccola tajam,"Bisakah aku mulai sekarang?" , Niccola memasang wajah dingin dan tersenyum,"Tentu saja bisa."

Niccola berdiri di sebelah Ludolf dan Daiichi. Diamati tiga orang membuatku merasa bahwa aku harus bisa berhasil dengan cepat. Kutiru cara Niccola memasang kuda-kuda kemudian mengarahkan senapan ke target dan memfokuskan pandanganku. Dengan penuh keyakinan, kutembakkan senapan ke target. Tembakan pertamaku mengenai sasaran dan muncul perasaan senang. Niccola bertepuk tangan,"Bagus, Barry. Tapi ini baru keberhasilan pertamamu. Kamu harus bisa menembak sebanyak dua puluh kali dengan tepat. Satu kali saja kamu gagal, itu artinya kamu harus mengulang lagi dari awal." Kutatap Niccola, Ludolf dan Daiichi bergantian lalu menyeringai,"Aku, Barry Wilson, bisa melakukan itu." Sesuai dengan yang kukatakan, aku berhasil menembak dengan tepat di kedua sasaran target sebanyak dua puluh kali tanpa meleset.

Ludolf menghampiriku lalu memberikan pistol abu padaku. Tatapannya tampak sangat dingin,"Untuk sesi latihanmu selanjutnya, gunakan pistol ini." Kupasang ekspresi dingin lalu kuambil pistol itu dengan tangan kiriku kemudian kuserahkan senapan padanya. Niccola membuka pintu satu kandang lalu mengambil kelinci coklat. Sambil memeluk dan mengelus kelinci itu, dia berjalan menghampiriku. Saat sudah berdiri di sebelahku, Niccola berkata,"Nama kelinci ini Lune. Kelima kelinci yang berada disini adalah kelinci penelitian di laboratorium Wilson yang berada di kota Los Angeles. Kini mereka sudah dianggap tidak layak untuk menjadi bahan penelitian jadi kugunakan mereka untuk menjadi targetmu kali ini." Ku merasa terkejut mendengarnya,"Apa maksudmu?".

Niccola tersenyum kemudian menjatuhkan kelinci bernama Lune di atas tumpukan salju. Saat Lune berlari agak menjauh, Niccola mengambil senapan dari Ludolf dan menembak kelinci itu. Seketika kurasakan rasa mual melihat pemandangan di depanku. Tubuh kelinci itu hancur dan darah serta isi perutnya berceceran di jalan. Ku berlari ke belakang dan muntah di dekat pohon. Kucoba untuk mengatur napas. Sama sekali tidak menduga akan melihat kejadian yang kejam seperti ini.

Meskipun cuaca sangat dingin namun keringat mulai bercucuran di wajahku. Kuusap keringat dengan lengan lalu berjalan menjauh dari tempat aku muntah tadi. Setelah berjalan beberapa langkah, kubaringkan badanku di atas tumpukan salju dan memandang langit biru sambil berusaha meredakan rasa mual di perut. Kupejamkan mataku dan kuhirup udara perlahan. Bisa kurasakan langkah seseorang berjalan mendekatiku. Kubuka mataku lalu kulihat Niccola mendekat dan saat sudah berada di sebelahku, dia duduk sembari menyilangkan kakinya.
"Maafkan aku. Kamu pasti sangat terkejut saat aku tiba-tiba menembak kelinci itu." Mendengar permintaan maaf dari wanita yang beberapa saat lalu begitu kejam terhadap hewan kecil membuatku semakin penasaran siapa sebenarnya dia.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang