Chapter 21 - Penyelidikan

4 1 0
                                    

*Haloo guys. Tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰  *

Suara dering alarm dari ponsel berhasil membuatku terbangun padahal ku ingin bisa tidur lebih lama. Ku berbaring sejenak kemudian turun dari kasur lalu berjalan ke meja coklat untuk mematikan alarm. Sekarang masih jam 5 pagi. Ingin rasanya kembali tidur namun ku harus segera bersiap-siap pergi ke sekolah lebih awal agar bisa mengunjungi perpustakaan sekolah sebelum kelas dimulai. Ku harus segera mencari tahu apa yang terjadi pada anggota dewan itu setelah kusuntikkan cairan beracun padanya.

Sehabis mandi, kupakai jubah mandi putih lalu kukeringkan rambutku dengan handuk. Saat rambutku sudah kering, kulihat ponselku dan rupanya sudah jam 05.50. Ku bergegas pergi ke ruangan pakaian untuk mengambil seragam sekolah. Di ruangan itu, ku langsung melepas jubah mandi dan mengenakan seragam. Kulihat pantulan diriku melalui cermin lalu kupakai sedikit gel rambut di rambutku dan menatanya agar lebih rapi. Setelah merasa puas dengan penampilanku, kubuka laci yang berisi jam. Untuk hari ini, kupakai jam hitam.

Kuketuk kamar Shyntia,"Shyntia, apa kamu sudah bangun?", tidak ada jawaban. Kubuka pintu kamar lalu kunyalakan lampu. Rupanya Shyntia masih tidur dan dia mengenakan penutup mata biru. Baru saja hendak kumatikan kembali lampu kamar, kudengar Shyntia berkata,"Barry?", ku berbalik dan rupanya gadis ini sudah bangun tapi masih mengenakan penutup mata. Ku berjalan mendekati Shyntia,"Ya ini aku. Maaf membuatmu terbangun. Aku datang kemari untuk menanyakan apa ada barang yang kamu inginkan? Sebentar lagi ulang tahunmu." , Shyntia melepaskan penutup matanya dan tampak semangat,"Aku ingin tas. Tas tangan atau tas apapun selama tas itu cantik.", Ku tersenyum,"Baiklah. Sepulang sekolah nanti, akan kubelikan tas untuk hadiah ulang tahun adikku yang cantik." , setelah mengatakan itu, kuacak rambutnya dan tertawa saat Shyntia menatapku kesal.

Kududuk di tepi kasur,"Apa kamu mau sarapan denganku?" , Shyntia menggeleng,"Nanti saja. Lagipula aku belum lapar dan ingin tidur lagi. Oh ya, jam 11 nanti aku akan pergi ke kantor agensi untuk memeriksa beberapa jadwalku." , kuusap rambutnya,"Baiklah. Tidur yang nyenyak ya." , Shyntia mengangguk. Sebelum keluar, kumatikan kembali lampu kamar dan kututup pintu. Kulihat jam dan sekarang masih jam 06.20. Ku kembali ke kamar lalu kuambil ponselku di meja kemudian ku duduk di ujung kasur untuk mengirim pesan ke Elena.

Saat pesan sudah terkirim, kututup ponselku dan kumasukkan ponsel ke saku seragam sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat pesan sudah terkirim, kututup ponselku dan kumasukkan ponsel ke saku seragam sekolah. Kuambil ransel hitam lalu turun ke bawah dan segera berangkat ke sekolah. Saat keluar dari lift menuju tangga utama, ku terkejut saat melihat Elena dan Okāsan berada di dekat pintu masuk. Elena mengenakan gaun hitam yang panjangnya selutut dengan sandal high heels hitam sementara Okaasan mengenakan blus putih, mantel coklat, celana hitam dan sepatu boots hitam. Kuhampiri mereka berdua lalu memeluk ibu tiriku,"Okāsan wa koko ni kita bakaridesu ka? ( Ibu baru saja datang kemari?)", Okāsan membalas pelukanku sebentar kemudian melepaskan pelukan lalu menatapku dengan tatapan hangat yang sangat kurindukan,"Hai,-sōdesu. 5-Bu mae ni tōchaku shita bakaridesu. ( Ya benar. Aku baru saja sampai 5 menit yang lalu)" , Elena menepuk bahuku pelan,"Kamu mau berangkat sekolah sekarang?" , ku mengangguk,"Ya. Tadi baru saja kukirimkan pesan kepadamu. Kutanya apakah kamu akan datang ke Amerika dan rupanya kamu sudah ada disini." , Elena tersenyum dan merangkulku,"Aku belum mengecek ponsel. Oh ya, kubeli sandwich untukmu sarapan." Elena mengambil kantong coklat yang berada di lantai lalu mengambil bungkusan putih dan memberikannya padaku. "Makanlah sandwich itu selama di perjalanan.", kuanggukan kepalaku lalu kumasukkan bungkusan itu ke dalam ransel.

Kulihat kembali jam yang kukenakan dan sekarang sudah jam 06.35. "Terima kasih sudah membelikan sandwich untukku, Elena. Aku akan berangkat sekolah sekarang.", ku bungkukkan badanku ke Okāsan dan beliau menepuk punggungku lembut," Hati-hati di jalan lalu belajarlah yang benar agar kamu bisa lebih sukses dari ayahmu." , kuanggukan kepalaku lalu keluar dari rumah. Kulihat di halaman, Pak Henry sudah menungguku dan di dekatnya terdapat mobil hitam. Pria itu membukakan pintu penumpang dan ku langsung masuk ke dalam mobil serta mengenakan sabuk pengaman.

Saat mobil sudah keluar dari gerbang utama rumah, kuambil bungkusan putih dari ransel. Dengan lahap, kuhabiskan sandwich lalu kuambil botol minum kemudian meminumnya. Setelah itu, kumainkan game yang ada di ponsel agar tidak tampak seperti berpikir meski memang ada banyak hal yang kupikirkan. Seperti mengapa Okāsan atau Elena tidak memberitahuku sebelumnya kalau mereka akan datang kemari lalu siapa Robert Cruiz sampai harus dibunuh dengan cara keji seperti itu. Apakah kedatangan mereka berdua yang tiba-tiba juga ada hubungannya dengan Robert Cruiz. Ingin rasanya bertanya pada Pak Henry namun ku tidak yakin pria itu akan memberi jawaban yang kuinginkan. Tidak terasa sudah sampai lagi di depan pintu masuk sekolah. Kumatikan game yang sedang kumainkan lalu kumasukkan ponselku ke saku seragam. "Terima kasih sudah mengantarku ke sekolah, Pak Henry." Pria itu hanya tersenyum tipis.

Ku berlari sampai ke gedung perpustakaan. Sekarang masih pukul 07.10 yang artinya cukup banyak waktu untuk menyelidiki sebelum kelas dimulai. Kuhampiri petugas lelaki berkulit hitam dengan kemeja biru dan celana hitam sedang duduk di belakang meja coklat. "Selamat pagi, Pak. Saya datang kemari untuk mencari buku mengenai pemerintahan Amerika Serikat.", petugas tersebut membuka buku tebal,"Isi dulu namamu disini.", lalu dia memberiku bolpoin. Kuisi namaku," Sudah, Pak.", petugas tersebut berkata,"Untuk buku mengenai sejarah dan pemerintahan berada di lantai empat." , "Terima kasih, Pak.", kemudian ku bergegas naik tangga sampai lantai empat.

Setelah mencari-cari di beberapa lemari buku, akhirnya kutemukan juga buku mengenai sejarah pemerintahan Amerika Serikat, buku tentang pemerintah Amerika Serikat, buku mengenai sistem politik dan buku biografi Robert Cruiz bahkan ada di perpustakaan ini. Kutelusuri lagi buku-buku di lemari lalu kutemukan buku mengenai konspirasi politik yang ada di dunia. Rasanya lima buku ini sudah cukup. Kemudian ku turun kembali menuju tempat petugas berada untuk meminjam beberapa buku ini. Kuletakkan buku-buku tersebut di atas meja lalu berkata,"Pak, aku pinjam buku-buku ini." , petugas tersebut memeriksa buku tersebut kemudian mencatatnya di buku kecil biru. Setelah selesai mencatat, petugas perpustakaan memberikan buku kecil itu padaku. "Buku itu merupakan catatan mengenai buku yang kamu pinjam. Wajib dibawa saat kamu mengembalikannya. Maksimal 7 hari. Lebih dari itu akan ada denda serta apabila buku rusak, ada denda juga.", kumasukkan buku-buku yang kupinjam dan buku kecil ke dalam ransel,"Baik, Pak." , ku segera meninggalkan gedung perpustakaan menuju gedung kelasku.

Sesampainya di kelas, kuambil buku biografi dari dalam tas lalu meletakkan buku itu di atas mejaku kemudian kusimpan ranselku ke dalam laci. Kubaca buku biografi tersebut. Buku biografi ini terbit 2 tahun yang lalu. Rupanya Robert Cruiz merupakan seorang politikus ternama di negara ini. Istrinya merupakan pengusaha di bidang fashion dan dia memiliki empat orang anak dari pernikahannya. 6 tahun yang lalu, Robert Cruiz mencalonkan dirinya untuk menjadi walikota New York namun gagal dalam pemilihan. Saat hendak melanjutkan membaca ke halaman berikutnya, Ryuzaki masuk ke kelas bersama Friska. Kututup buku yang sedang kubaca lalu menyapa keduanya. Tepat saat Ryuzaki dan Friska duduk di bangku mereka, bel sekolah berbunyi dan guru masuk ke dalam kelas.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang