Bab 16 | Dinner

230 69 105
                                    

Masih setia nungguin Renala kan?

Happy Reading ❤️

🍁🍁🍁

"Nggak usah datang. Kalau emang ngadain dinner, bokap lo pasti kontak lo duluan." Suara Aska masih bisa kudengar meskipun terbawa angin.

"Nggak bakalan bisa. Nomornya gue blokir," ucapku agak keras di telinga Aska yang tertutup helm.

"Anak durhaka lo!" Aku terkekeh mendengar tuduhannya yang mungkin benar.

Aku memang memblokir nomor Pak Tua. Aku risih karena hampir setiap jam selama tiga hari kemarin Pak Tua itu selalu menghubungiku. Dia mengkhawatirkanku karena ini pertama kalinya aku membawa motor. Dia selalu menyuruhku berhati-hati dan melarangku kebut-kebutan. Bawel sekali. Makanya kublokir sekalian.

Sesampainya di rumah aku terkejut melihat mobil Pak Tua terparkir di depan.

"Mau gue temenin masuk nggak?" Seperti biasa Aska mengkhawatirkanku jika Pak Tua itu kesini. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Jangan ngereog. Kontrol emosi lo. Biar gimanapun dia bokap lo, Cil," peringatnya setelah memasukkan motorku ke halaman.

"Gue balik dulu," pamit Aska kemudian. Aku hanya mengangguk, merenungi perkataan Aska yang ada benarnya.

🍁🍁🍁

Canggung. Ini pertama kalinya aku merasa demikian ketika bersama Pak Tua. Biasanya aku merasa kesal, tapi perkataan Aska tadi berhasil membuatku berpikir ulang. Apa yang membuatku kesal selain kenyataan bahwa ayahku juga ayah dari anak perempuan lain selain bundaku? Kurasa tidak ada.

Pak Tua tentu tidak datang dengan tangan kosong. Setelah diserahkannya paperbag yang berisi makanan cepat saji yang dia belikan sebelum kesini, langsung dikatakan tujuannya menemuiku saat ini.

"Ayah nggak bisa hubungin kamu," mulainya. Aku tersenyum kecut, apa Pak Tua itu belum sadar kalau nomornya kublokir?

"Daisy udah bilang tadi di sekolah," tukasku.

"Oh sudah ya? Ayah pikir Daisy belum menyampaikan pesan Ayah," komentarnya.

"Ayah harap kali ini kamu datang, Nak," pinta Pak Tua itu sungguh-sungguh. "Nala juga anak ayah, kan?" lanjutnya. Aku memberanikan diri mendongak, bersitatap dengan wajah Pak Tua yang tersenyum hangat. Mungkin kali ini aku harus mengesampingkan egoku.

Baiklah, kuputuskan untuk datang Sabtu nanti. Makan malam keluarga dalam rangka anniversary pernikahan Pak Tua itu dengan istrinya.

🍁🍁🍁

Sudah lima tahun sejak meninggalkan rumah ini, akhirnya aku memberanikan diri menginjakkan kaki kembali kesini. Pak Tua sudah menyuruh Pak Doddy menjemputku, memastikan aku datang kesini dengan selamat.

Tak banyak yang berubah. Aku menuju ruang keluarga, mengingat kembali kejadian lima tahun silam. Sudut ruangan yang dulu dihiasi akuarium besar yang kupecahkan, kini berganti dengan lukisan besar gambar Pak Tua, istri, dan Daisy putrinya.

"Neng Nala...." Bi Ida tergopoh-gopoh menghampiriku. Aku refleks merentangkan tangan, memeluk asisten rumah tangga Pak Tua yang sudah bekerja disini puluhan tahun.

"Neng Nala sehat 'kan?" Bisa kurasakan tubuh wanita ini bergetar, isakan kecil terdengar. Hatiku menghangat. Masih ada satu orang lagi yang sayang padaku.

"Baru dateng lo? Berasa tamu VIP ya datang belakangan?" Suara Daisy menginterupsi adegan penuh haru kami. Dengan tergesa-gesa Bi Ida mohon pamit sebelum anak majikannya mengomel.

Sad Things About RenalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang