Chapter 3

20.5K 835 33
                                    

Ruangan besar bernuansa hitam. Di dalamnya dipenuhi dengan rak yang menempel pada setiap sisi dinding berisikan senjata serta holster-holster dalam berbagai bentuk.

Berdiri tegap seorang pria menghadap ke arah luar jendela. Memasukan satu lenganya ke dalam saku celana, sementara pada satu lenganya lagi terselip cerutu yang tengah ia hisap.

Pria paruh baya di belakangnya menunduk seraya membawa hasil laporan kesehatan Nora. Siap untuk dilaporkan pada sang empu yang meminta dirinya untuk datang.

"Katakan, Abigail," titah Isaac, tanpa berbalik menatap Abigail. Masih berdiri pada posisi yang sama.

"Senor ... kondisi señora begitu lemah. Jika Anda terus menggunakan tubuhnya, kesehatanya akan terancam," adu Abigail terang-terangan. Disertai degup jantung yang berpacu dua kali lipat kala ia berhadapan dengan sang empu.

Selalu menegangkan atmosfir tempat di mana pun Isaac berada. Membuat semua orang mati kutu saat berhadapan dengan pria dingin yang tak segan menebas kepala hanya karena satu kesalahan saja.

Abigail tak pernah seberani ini sebelumnya. Terang-terangan mengungkapkan kondisi Nora yang memanglah amat lemah imun tubuh wanita itu. Terlebih saat Abigail mengatakan sebab dan akibat kondisi Nora yang disebabkan oleh Isaac, sungguhlah ia mengungkapkan sembari mempertaruhkan nyawanya sendiri.

"Jadi, apa yang harus kulakukan, Abigail?"

"Biarkan senora beristirahat dan beri jeda untuk memakai tubuhnya, Senor."

Isaac menghisap cerutunya, berbalik pria itu lalu menghembuskan asap tebal dari bibirnya. Pandanganya memicing pada Abigail yang kontan tertunduk dalam.

"Alih-alih memintaku untuk memberinya jeda, lebih baik kau usahakan kekuatan tubuhnya itu. Memanglah sangat amat lemah dia ketika kupakai hingga rasanya aku sedang bercinta dengan seongok patung yang keras."

"Sí, Senor." Abigail dengan cepat menjawab.

"Periksa juga pot bunga di dekat jendela kamarnya. Obat-obatanmu telah bersarang di sana, Abigail."

", Senor ...."

Kedua mata Abigail membulat saat ia dengar ungkapan dari tuanya. Tak pernah ia berpikir jika Nora akan membuang obat-obatan yang dirinya berikan. Pantas saja kondisi wanita itu semakin lemah dari hari ke hari.

"Pergilah Abigail, lalu sampaikan juga pesanku untuknya." Isaac mematikan sulutan pada cerutunya ke dalam asbak.

"Degup jantungnya akan terus terpompa semakin cepat jika dia menolak untuk menurut."

"Sí, Senor."

********

Senor ....

Degup jantung Nora berpacu dua kali lipat, membuat rasa sakit seolah akan keluar memberontak dari dadanya.

Kontan ia pegang dadanya yang sakit. Keringat dingin jatuh pada pelipis serta napasnya yang tersenggal berat.

"Kau baik-baik saja, Senorita?" Tadeo cepat menopang bahu Nora yang tiba-tiba limbung.

Pria pengirim sample makanan itu mengiring Nora untuk duduk di kursi. Sigap ia mengambilkan air hangat untuknya.

"Wajahmu pucat sekali, Senorita."

Nora merasakan dadanya yang amat sesak seperti tengah diremas-remas di dalam. Kepalanya berkunang-kunang serta ia rasakan seluruh tubuhnya seolah hancur lebur berantakan.

Senor ....

Pria itu menghancurkanya lagi tadi malam. Bahkan saat kondisinya amat lemah di bawah efek obat penenang yang disuntikan.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang