Chapter 30

9.2K 765 74
                                    

Tubuh ramping yang selalu gemetar hebat ketika didekatnya, dada yang selalu bergemuruh, serta tangan kecil yang rapuh seolah akan patah. Kini, detik ini dengan berani menantang ketakutannya sendiri. Menodongkan senjata, mengarahkan peluru panas pada sang pria tercinta.

Mata tajam sang senor yang selalu tampak tenang bak lautan kini berombang -ambing. Raut wajahnya bgitu kentara menampilkan sudut kekecewaan yang teramat mendalam.

Lingkar mata yang memanas, rahang mengetat sangar, dan kepalan tangan kuat seolah mampu menusuk telapak tangan oleh jemarinya.

"Kau mengkhianatiku, Nora?"

"SÍ, SENOR!"

Jawaban dari suara lantangnya melayang ke udara bersamaan dengan ribut deru puluhan peluru yang tengah diluncurkan. Masing-masing mengenanai tulang-tulang yang kontan patah, daging-daging yang merobek, sakit mati dibuatnya.

Sang senor ... Tidak ada satupun peluru yang menembus tubuh tegap nan kokohnya. Namun turut merasakan kesakitan amat mendalam sebab pengkhianatan sang wanita.

Peperangan yang terjadi menjadi background dua insan yang saling menatap kecewa. Sang senor menatap kecewa pada senoranya, begitu pula sebaliknya.

"Kau lebih dulu mengkhianatiku, Senor ...."

"Kau begitu menyakitiku ...."

"Kau ...."

"Kau mengerikan ...."

Tatapan tajam Nora tak gentar menatap wajah yang bergarisan lurus dengan ujung Glock nya. Siap ia luncurkan pada wajah tampan yang sebelumnya begitu ia cintai.

"Kembalilah padaku, Nora. Maka yang terjadi malam ini akan kuanggap tiada," tutur Isaac. Mengulurkan sebelah tangannya pada Nora.

Nora membuang wajahnya ke samping, detik berikutnya ia kembal menatap wajah Isaac diserta liingkar mata yang memanas. Bibir cantiknya tersenyum, senyum kekecewaan.

Wanita cantik itu terkekeh namun keningnya berkerut. Kemudian, kekehannya berubah menjadi tangis yang kecewa.

Ia tatap wajah sang senor amat dalam. Kembali garis bibirnya menjadi datar serta raut wajahnya yang dingin. Mengangkat dagu kembali amat pongah.

"Jangan pernah berharap hal itu akan terjadi, Senor."

"Sebab aku ... sudah tak sudi lagi bersanding denganmu."

Bola mata Nora melirik Pablo yang tengah mencekik seorang penjaga yang melawannya. Kontan patah leher pria malang itu dibuat tak bernyawa di dalam genggaman Donzel.

Lalu dengan cepat perhatiannya teralihkan pada Rayan yang masih tersungkur di bawah lantai, berlindung di bawah kaki Pablo Donzel sebab pria itu sendir belum mengizinkan Rayan untuk mati. Masih Pablo lindungi pria tua bangka itu dari pada manusia yang mencoba menyerangnya.

Perhatian Nora teralihkan pun saat itu Isaac dengan sigap meraih tangannya, membawa tubuhnya ke dalam dekapan lalu ia tekuk tangan Nora yang memegang senjata pada sisi kepala kanan wanita itu sendiri.

"Besar sekali nyawamu mengkhianati diriku, Nora."

Suara berat nan kelam itu menembus indera pendengara Nora, masuk ke dalam kepala dan membuat pening.

Ujung Glock yang diarahkan kuat di sisi kepalanya membuat Nora tak bisa bergerak. Bergerak saja dirinya dalam satu inci, maka akan dipastikan peluru panas itu akan menembus kepala dan melubanginya.

"Jadi, kau bekerja sama dengan Donzel untuk mengkhianatiku, Nora?"

Nora mencoba melepaskan diri, namun itu sia-sia saja. Lengan Isaac mendekap tubuhnya amat sanga kuat seolah mampu menghancurkan tulang-tulang rusuknya.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang