Chapter 7

13.9K 818 20
                                    

"Jadi bagaimana kondisinya?"

"Harus dilakukan operasi pengangkatan."

"Persetujuan dari wali pasein."

"Wali pasien menyetujui segala tindak rawatan demi menjaga keselamatan pasein."

"Baik, segera siapkan ruang operasi dan hubungi dokter anatesi."

Sayu-sayup matanya terbuka. Samar ia melihat lampu cerah nan menyilaukan. Masih bisa ia dengar beberapa orang tengah berbincang, terdengar juga bunyi dari alat-alat rumah sakit di sekitarnya.

Terbaring lemah tubuhnya di atas ranjang rumah sakit di dalam ruang ICU. Bersama beberapa dokter seta perawat yang sibuk memeriksa keadaanya.

Kondisinya amat sangat kritis. Ia kehilangan banyak darah serta perut dalamnya penuh luka. Membuat wanita itu harus melakukan operasi segera untuk menyelamatkan nyawanya.

Tidak ....

Tanganya bergerak memegangi perut. Menetes bulir bening membasahi ujung mata wanita itu. Bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu.

Tolong selamatkan bayiku.

*******

Di dalam ruangan pribadinya Isaac berada. Duduk pada kursi kebesarannya membelakangi Abigail yang mengadu atas kondisi nyonya Vargas.

Perasaan khawatir menyelimuti pria paruh baya itu. Atas kondisi Nora yang kini tengah melakukan operasi untuk pengangkatan janinnya.

"Seharusnya Anda memberitahu masalah ini kepada Senora, Senor. Bagaimana pun dia harus mengetahuinya." Abigail menyarankan. Meskipun ia tahu Isaac tak akan mendengarkan.

"Tak ada yang lebih penting dari menyelamatkan nyawanya saat ini. Bayi itu belum tumbuh terlalu besar, dia hanya akan bersedih untuk sementara."

"Senor ...."

"Anda tahu jika Senora sangat menginginkan bayi itu. Beliau bahkan diam-diam tak meminum pil kontrasepsi tanpa sepengetahuan kita hanya untuk memiliki malaikat kecil di dalam kehidupanya." Senora terlalu menderita kesepian, ia hanya menginginkan pendamping di hidupnya, dan itu bayinya. Tambah Abigail dalam hati.

Isaac menghisap cerutunya. Menatap ke luar jendela yang menampilkan pemandangan hutan rimbun pepohonan besar. Burung gagak yang hinggap pada ranting daun mulai bertebangan tak tentu arah.

"Biarlah malaikat kecil itu tumbuh bersama Tuhan di atas sana. Karena di sini aku tidak menginginkanya kecuali keselamatan Nora, Abigail."

Abigail tahu satu-satunya tujuan Isaac hanyalah menyelamatkan Nora. Tak peduli pada keselamatan bayinya. Tapi, setidaknya Nora berhak tahu mengenai operasi pengangkatan janin yang dilakukan. Itu tidak bisa diputuskan sepihak tanpa persetujuan darinya.

Pria paruh baya itu berharap Senornya mengerti. Namun tetap hatinya tak goyah, keras seperti batu.

"Tidak ada yang memintanya untuk mengandung anakku. Sebab itu memanglah bukan tugasnya."

Isaac berdiri meninggalkan kursi kebesaranya. Gontai ia menuju lemari kaca yang terdapat holster-holster serta glock lengkap di dalamnya.

Tubuhnya yang tegap nan gagah terpasang terbalut holster. Mengambil glock 19 lalu ia isi dengan peluru penuh.

"Bersiaplah untuk mengepung kediaman Lenero. Ratakan seluruh anggota keluarganya sebab mereka telah melanggar perjanjian," titah Isaac pada seluruh pengawal, nan kompak mengiyakan perintah sang tuan.

"Sí, Senor."

Ikut turun serta meratakan seluruh anggota keluarga istrinya. Isaac tak sabar membuat pria tua bangka Rayan bersujud di bawah kakinya dan memohon sebab, inilah tujuan akhirnya.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang