Chapter 11

12.8K 793 18
                                    

Tubuh rampingnya hanya terbalut baju tidur tipis nan pendek, membiarkan setiap hembusan angin malam menerpa kulit putih pucatnya.

Di sana Nora berdiri, pada balkoni kamarnya seraya terus menatap nanar ke bawah. Kembali membayangkan adegan tragis di dalam mimpi buruknya.

Ketika kegelapan menyeret tubuh serta menyakitinya, ketika Isaac mencekik amat kuat, dan juga hempasan tubuhnya yang menabrak aspal terasa sangat menyakitkan dan begitu nyata, seolah tubuhnya memang benar-benar mengalami itu semua.

Nora bahkan masih bisa membayangkan betapa murkanya Isaac kepadanya di dalam mimpi itu karena tahu Nora telah mengkhianatinya.

Tak bisa Nora bayangkan jika Isaac benar-benar tahu antara hubunganya bersama Tadeo. Mungkin murka seorang Isaac Mallen Vargas akan lebih mengerikan dibanding mimpi yang Nora alami.

"Senora, makan malam Anda telah siap." Seorang pelayan berkata dari luar kamarnya setelah mengetuk pintu.

Nora berbalik, berlalu pergi meninggalkan tempat kejadian perenggutan nyawanya. Gontai ia menuju ranjang dan mengambil mantel tidur, keluar dari kamar dan pergi menuju ruang makan.

Berbagai jenis makanan lezat tersaji di atas meja makan, ramai dipenuhi oleh mangkuk sayuran segar serta bermacam buah-buahan. Tapi pandangan Nora hanya terpaku pada soup herbal ayam hitam yang cukup mengerikan. Itu hidangan kematian.

Pelayan dengan cekatan melayani nyonya mereka. Mengambil kuah soup ke dalam mangkuk di atas meja, lalu memberikanya kepada Nora. Belum sempat Nora meminum soup tersebut, salah satu pelayan datang dan memberikan pesan.

"Senora, adik Anda datang berkunjung."

Setelah satu tahun lamany menikah dengan Isaac dan tinggal di mansion megah bak istana, baru kali ini ada anggota keluarganya yang datang berkunjung, dan itu malah adiknya, Laventa, wanita yang dengan tega merenggut nyawa bayinya.

Nora menemui adik perempuanya yang berada pada ruang tamu utama setelah ia siap mengganti pakaian.

Long dress berwarna merah darah memiliki belahan hingga paha, ketika dirinya melangkah gaun cantik itu berkibar layaknya api amarah yang terbakar. Dipadukan dengan higheels senada, rambutnya yang bergelombang ia biarkan terurai panjang. Amat cantik penuh pesona dan terlihat berani. Ia duduk pada sofa tunggal seraya menumpu kakinya, duduk dengan cantik.

Ujung bibir Laventa berkedut melihat penampilan kakaknya. Keangkuhan amat menyala pada wanita yang menyandang status sebagai Nyonya besar Vargas.

"Kau tidak terlihat seperti seorang wanita yang sedang berkabung setelah kehilangan bayi dan anggota keluargamu, Nora," lontar Laventa.

Memanglah seperti itu yang ingin Laventa lihat dari Nora. Wanita yang depresi serta terpuruk menyedihkan. Namun, alih-alih melihat apa yang ia harapkan, Nora malah terlihat sangat baik-baik saja. Itu mengecewakan.

Nora tidak tahu ternyata Laventa masih bisa berdiri di hadapanya bahkan dengan berani datang pada kediaman Vargas. Setelah apa yang terjadi pada Rayan dan juga Sarah, wanita yang menjadi pelaku utama kejahatan malah terlihat tenang dan baik-baik saja.

Bukankah seharusnya dia yang celaka?

Wanita itu berdiri dari duduknya, gontai melihat-lihat setiap pahatan indah dari mansion dan mewah itu. Takjub melihat keindahan bangunan megah yang menaungi saudaranya.

"Kau tahu Nora, semenjak kejadian itu aku jadi tidak ingin memakai sepatu hak tinggi." Laventa berbalik, menatap Nora yang menilik setiap pergerakanya.

"Karena aku selalu membayangkan runcingnya ketika menembus perutmu."

Psikopat. Dia tersenyum memperhatikan Nora yang mencoba menyembunyikan ketegangan pada raut wajahnya.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang