Chapter 13

12.2K 706 10
                                    

"Nora!"

Pria itu melambaikan tanganya ke arah wanita cantik memakai dress biru laut, topi bundar besar hampir menutupi setengah wajahnya, pun kacamata hitam yang terpatri pada hidung mancungnya. Dia mendekati Tadeo yang berdiri pada tepi jalan.

"Kau menyusulku ke sini?" tanya Nora. Memeluk tubuh kekasihnya yang telah siap merentangkan tangan akan kehadiranya.

"Aku merindukanmu," ucap Tadeo. Tangan besarnya mendekap tubuh Nora hangat, ia kecup puncak kepala wanitanya penuh sayang.

Kekasih Nora itu amat tampan. Memakai t-shirt hitam polos pun ketat pada tubuh kekarnya, celana jas licin pun sepatu kulit yang mengkilap, bertengger jam tangan mahal pada pergelangan tangan pria itu, rambut legamnya disisir ke belakang namun tetap jatuh ke depan. Rahangnya tegas, hidung mancung, serta bibirnya yang tebal seksi berwarna merah cerah meskipun ia suka merokok, tak membuat dampak buruk pada penampilan pria itu.

"Tapi ini wilayah suamiku," ungkap Nora, mendongak menatap Tadeo, masih di dalam pelukan pria itu.

"Tak ada yang bisa menghalangiku jika aku merindukanmu padamu." Tadeo menimpali dengan senyuman pun raut wajah yang tenang.

Nora tersenyum tipis mendengar perkataanya. Ia kembali menenggelamkan wajah pada dada bidang pria itu.

Bersama Tadeo membuat hatinya merasa tenang, hangat, serta aman yang pria itu berikan melebihi ratusan orang yang mungkin bisa Isaac perintahkan untuk menjaganya.

Perselingkuhan mungkin menjijikan bagi sebagaian orang karena yang mereka cari hanyalah nafsu semata. Meskipun Nora tak membenaran aksinya pun masih merasa bersalah karena mengkhianati Isaac, Nora tak akan menyesal jika mati setelah merasakan kehangatan serta perhatian dari seseorang yang peduli padanya.

Seperti kata pepatah; jangan meminum racun meskipun kamu kehausan.

Namun, Nora malah memilih meminum racun itu sendiri.

Saling bergandeng tangan pun sama-sama berjalan menyusuri jalanan kota. Keduanya memasuki taman bermain yang terletak tak jauh dari tempat mereka bertemu.

Seketika langkah Nora terhenti pada mesin permen kapas otomatis. Tadeo yang mengerti keinginan kekasihnya langsung menukarkan uang lembar menjadi beberapa koin lalu ia masukan ke dalam mesin tersebut.

Tanganya memegang stick besar mulai pria itu putarkan untuk membentuk bulatan besar pemen kapas berwarna biru, sama seperti warna dress yang Nora kenakan.

Tersenyum Nora, matanya penuh akan binar. Sedari dulu ia sangat ingin melakukan hal seperti ini namun tak pernah ia lakukan sebab jika pergi sendirian ia tak seberani itu untuk mencoba. Pun kali ini, ada Tadeo yang membuatkan permen kapas itu untuknya.

Beberapa orang berkumpul untuk memandang pria gagah yang sedang membuatkan permen untuk kekasihnya. Terlihat manis pun langka ada pria yang bersedia melakukan hal kecil seperti itu.

"Untuk wanita yang paling kusayangi." Tadeo memberikan lingkar besar permen kapas yang ia buat pada Nora. Dapat ia lihat kebahagiaan dari ekspresi wanita itu seolah dirinya tengah menerima hadiah besar.

"Kau suka?" tanya Tadeo, sedikit membungkukann tubuhnya mendekat pada Nora, berdiri menyimpan dua tanganya di belakang.

Nora mencubit lalu memakan permen manis itu lantas mengangguk. "Aku sangat ingin makan ini sedari dulu. Kekanakan memang, namun rasanya menyenangkan." Ia menyodorkan permenya ke arah Tadeo. "Kau mau?"

"Untukmu saja." Tadeo dorong lagi permen itu pada Nora. Membiarkanya untuk menikmati hal yang membuatnya senang.

Kembali mereka berjalan-jalan untuk mengitari taman hiburan. Sebuah boneka beruang besar berwarna putih menyita atensi Nora. Ia melirik Tadeo lalu memintanya untuk mendapatkan boneka itu.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang