"Kau sangat mendambakanya, Nora?"
Isaac menunduk menekuk leher menilik Nora yang lebih pendek darinya, memegang dagu wanita itu lantas ia arahkan ke atas sedikit menengadah.
Wajah Nora setenang lautan, tanpa ekspresi ditambah kulit wajahnya yang putih pun pucat. Membuatnya lebih mirip seperti boneka dibandingkan dengan manusia bernyawa.
Boneka kepemilikan Isaac itu mengedip serta mengangguk samar. Setuju akan pertanyaan Isaac jika dirinya memang mendambakan kehangatan pria itu.
Ibu jari Isaac bergerak untuk membelai bibir tipis Nora, merunduk pria itu untuk mengecupnya sekilas. Lalu kecupanya beralih pada pipi Nora yang seketika memejamkan mata. Bibir seksi itu berhenti bergerak di depan telingan wanitanya.
"Kau sangat cantik, Nora," bisik Isaac.
Mengeryit halus dahi Nora merasakan kegelian yang menjalar pada tubuhnya atas kecupan Isaac yang mendarat pada ceruk lehernya.
"Senor ... hentikan," pinta Nora saat terdengar deru napas pria itu semakin tak beraturan ketika mengecupi tengkuknya.
Lantas Isaac menarik tubuhnya menciptakan jarak, menilik tatapan teduh Nora dengan tatapan tajam nan memicing miliknya. Dia bukan manusia yang menerima penolakan.
"Ada apa?" Suaranya terdengar tidak terima, serta menunjukan raut wajah tidak suka.
"Hari ini adalah hari Anda tidak boleh menyentuhku." Tatapan Nora bergerak menilik ekspresi pria itu, lalu dengan ragu ia melanjutkan kalimatnya, "Aku berhalangan."
Tangan besar itu meremas tengkuk Nora pelan sebelum menariknya kembali untuk menakup wajah cantik Nora.
"Seharusnya itu datang tiga hari lagi, Nora," papar Isac. Hafal betul pria ini.
"Sí, Senor. Tapi harinya mulai datang berantakan sejak aku kehilangan— janinku."
Sebelum Isaac kembali menimpali, Nora terlebih dulu mendaratkan wajahnya pada dada bidang Isaac mencari ketenangan di sana, sekaligus melarikan diri dari tatapan mengintimidasi pria itu yang rasanya begitu menusuk melebihi sebilah belati.
Berharap Isaac memiliki sisi Tadeo sedikit saja yang akan membalas pelukan Nora lalu mengatakan hal-hal untuk menenangkanya.
Nora mengepalkan jemarinya di depan dada pria itu ketika pinggangnya merasakan tangan Isaac yang semakin merengkuhnya mendekat, amat sangat dekat hingga tubuh mereka benar-benar saling menyatuh satu sama lain.
"Itu hanya segumpal darah yang tak berarti, tidak perlu kau sesali."
Kejam sekali.
"Kehadiranya hanya akan membuat kau terbagi menjadi dua."
"Dua?" Nora menimpalinya pelan.
Lengan Isaac semakin mengeratkan pelukanya pada tubuh ramping istrinya.
"Dan aku tak ingin berbagi dirimu dengan siapapun," lanjut pria itu. Kontan membulat netra wanita di dalam pelukanya.
******
Melenggang cantik Nora memasuki area mansion, dirinya baru saja kembali dari kedai teh. Sudah dua minggu semenjak Isaac kembali mengijinkanya untuk beraktivitas seperti biasa.
Wanita itu tersenyum halus pada setiap pengawal serta pelayan yang menyapa segan padanya.
Seketika ia mempercepat langkahnya saat melihat Abigail yang tergopoh-gopoh membawa kotak obat menuju area belakang mansion, tak sempat ia mengejar pria paruh baya itu sebab sosoknya yang tiba-tiba saja hilang di balik tembok yang rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Señora
RomanceObsesi yang mengatasnamakan cinta. Merenggut, menarik, memaksanya untuk berjalan di dalam kegelapan. Nour Valle Lenero merelakan kehidupanya dikendalikan oleh sosok suami yang misterius. Isaac Mallen Vargas-pria kejam berhati dingin yang mampu membu...