Chapter 16

12.1K 843 8
                                    

Isaac mengetukan jemarinya ke atas meja. Diperhatikan layar macbook yang memperlihatkan aktivitas Nora yang mulai membaik wanita itu kini, tidak hanya berdiam diri di atas ranjang tanpa bergerak ke mana pun.

Wanita itu sedang berkeliling taman mansion, memetik bunga pun sesekali tergores luka jemarinya sebab terkena duri yang tajam.

Pandangan Isaac beralih pada Sarai yang berdiri di depan mejanya sejak sepuluh menit yang lalu, menunggu Senor-nya sampai tidak sibuk lagi.

Tatapan Isaac penuh akan sarat.

Sarai menganguk samar setelah mendapati tatapan Isaac. Lalu ia mulai menjelaskan, "Anda benar Senor, beberapa orang sedang mengawasi gran mansion sejak beberapa hari yang lalu."

"Semuanya anak buah setia Rayan Lenero yang hendak menuntut balas atas berakhirnya nyawa tuan mereka," imbuh wanita itu.

Beralih dari menilik Sarai, tatapan tajam pria itu kembali pada layar Macbook di mana kini Nora telah duduk pada kursi taman dan sedang diobati luka di tanganya oleh seorang pelayan.

"Mereka juga mencari tahu mengenai kematian janggal Rayan, menggali kembali makam tuan mereka."

Telinganya terus mendengarkan laporan Sarai. Namun tatapanya tetap mengarah kepada Nora yang sedang tersenyum di sana.

"Lanjutkan, Sarai."

"Mereka mencari tuannya— Rayan Lenero atau ... keturunanya."

Matanya mematap tajam namun datar ekspresi pria itu. Terdiam Sarai di depan mejanya, tak melanjutkan sebab ia merasakan ketegangan yang Isaac pancarkan sesaat setelah kalimat terakhirnya.

Isaac bangkit dari kedudukanya. Gontai pria itu menuju lemari lalu mengambil sebuah glock lengkap dengan isinya. Pergi keluar ruangan setelah lebih dulu meminta Sarai untuk terus mengawasi keadaan sekitar.

                                ______

"Senora, Anda terluka lagi," keluh Salma, membawa Nora untuk duduk di kursi taman lalu sigap ia bersihkan luka tersebut.

"Ini hanya luka kecil Salma, aku baik-baik saja."

"Tetap harus diobati."

Telaten Salma membersihkan luka pada jari Nora, membalut perban setelah diolesi obat agar tak terjadi infeksi.

Pandangan Nora menatap Salma yang tiba-tiba berdiri menunduk segan. Diikutinya arah pandang wanita muda itu lalu ia dapati Isaac yang telah berdiri di belakangnya.

Nora bangkit, menghadap Isaac yang gontai mendekat. Sementara di belakang sana Salma undur diri tanpa suara.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Isaac, menjumput surai legam Nora ke belakang telinga.

"Aku sudah baik-baik saja," timpal Nora. Menatap wajah Isaac yang bisa ia lihat kini tanpa ragu.

Ini pertemuan pertama mereka setelah malam itu. Isaac yang kembali muncul dalam kondisi terang siang hari di hadapan Nora untuk pertama kalinya tanpa kegelapan yang mengelabui sosoknya lagi. Jelas menunjukan wajah tampan pun tegas itu di hadapan istrinya.

Ketika pria itu mengatakan jika Nora satu-satunya nyonya Vargas yang tak akan tergantikan, Nora sedikit meyakinkan diri jika Isaac tidak akan membunuhnya. Ia pun mencoba membuka hatinya, menerima diri sebagai istri pria itu dengan menepis segala rasa takut yang ada di dalam pikiranya.

Setidaknya Nora pernah mencintai pria itu meskipun dalam sosok Tadeo yang lembut dan hangat.

"Datanglah dan ambil ini." Isaac menyodorkan glock yang ia bawa ke pada Nora. "Kau tahu cara menggunakannya, bukan? Bawa itu ke mana pun kau pergi bahkan ke dalam toilet sekalipun."

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang