Chapter 19

11.8K 806 33
                                    

Lengan besar Isaac merengkuh tubuh Nora membawanya ke dalam dekapan sebelum wanita itu mengeluarkan kalimat tanyanya. pasti, pasti banyak yang ingin Nora tahu setelah melihat dinding yang dipenuhi foto dirinya.

Nora mendorong tubuh kekar yang sama sekali tak bergeming mendekapnya. Namun, tetap ia dorong tapi semakin ia lakukan semakin erat dekapan tangan Isaac pada tubuhnya.

Ia sangat ingin bertanya apa maksud dinding besar yang dipenuhi fotonya. Sejak kapan Isaac melakukan semua itu dan kenapa.

Melihat itu membuat seluruh tubuh Nora bergetar serta dadanya bergemuruh. Kenapa Isaac bisa memiliki foto bahkan sebelum dirinya menjadi istri pria itu, dan bahkan saat usianya masih menginjak dua puluh tahun.

"Senor, lepaskan aku dan biarkan aku bertanya," pintanya memaksa.

Tetap Nora dorong sekuat tenaga dada Isaac yang sama sekali tidak bergeming mendekapnya. Hingga tanganya yang bergetar jatuh lemas tak mampu bergerak lagi.

Sekuat itu Isaac mendekap tubuh ramping istrinya yang bergetar. Ia ingin membuat Nora nya tenang agar tak berpikir macam-macam.

"Jangan bertanya untuk saat ini," katanya. Sebab keadaan tengah kacau dan Isaac tak ingin menjawab apapun pertanyaan yang akan dilayangkan oleh Nora padanya.

Nora menarik tubuhnya melepaskan diri dari dekapan pria itu. Sedikit mendongak untuk menatap mata tajam nan intens mendominasi milik pria di hadapanya.

"Beritahu aku, Senor, aku ingin mendengar penjelasan Anda.”

Ternyata kali ini Isaac tidak bisa menahan keingintahuan Nora akan satu hal. Tak bisa membuat wanita itu menjadi penurut lagi di hadapanya. Terlanjur, terlanjur Nora mengetahui akan semua hal yang Isaac lakukan di belakangnya, diam-diam mengumpulkan semua foto wanita itu untuk dirinya tatap dan nikmati sesekali.

Wanita cantik yang membuat Isaac tertarik bahkan sebelum ia tahu jika dirinya adalah putri dari Rayan Lenero. Pria tua bangka yang selalu berusaha menjilat telapak kakinya.

Memotret dan mengumpulkan segala aktivitas Nora ke dalam gambar dan video untuk ia tatap sebagai ketenanganya.

Dinding itu sudah lama Isaac lupakan sebab sumber ketenangan telah ia miliki seutuhnya. Bisa ia tatap wajah cantik itu sepuas yang dirinya mau.

"Apa kau mengikutiku selama itu, Senor? Kau selalu mengawasiku?"

Tatapan tajamnya menusuk ke dalam manik nanar yang tergenang air mata. Wajahnya tanpa ekspresi tidak berubah sedikitpun meskipun sang wanita tengah menatapnya penuh curiga.

"Sí, aku selalu mengawasimu."

"Kenapa?" Suara Nora melemah. Degup jantungnya semakin kencang berdetak seolah ingin meloncat keluar dari dalam sana.

"Porque te he deseado desde hace mucho tiempo."
(Karena aku menginginkanmu sejak lama)

Kenyataan itu membuat Nora takut. Jawaban Isaac yang sama sekali tidak bisa ia terima.

Dia menginginkanya, tapi bersikap sama sekali tak peduli padanya, menyakitinya dan juga mempermainkanya.

"Tapi kau mempermainkanku, Senor."

"Kau tidak peduli padaku."

"Bahkan bayi kita—”

Isaac menakup sisi wajah Nora, dengan cepat melumat bibirnya tidak sabaran pun dengan gerakan kasar, menyusupkan lidah ke dalam rongga mulut Nora meskipun wanita itu tak menerimanya.

Ia mendorong tubuhnya hingga terantuk menabrak dinding, mengukung Nora di antara dinding dan tubuh besarnya. Lalu tak lama ciuman mereka terlepas. Menyatukan kening dan mencoba memasok udara masing-masing ke dalam dada mereka yang sama-sama bergemuruh.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang