Chapter 5

16.6K 804 7
                                    

Kesabaranya harus seluas samudra maka ia akan tinggal dengan aman di samping pria itu.

Berdiri menatap luar dari balik jendela kamarnya. Nora melihat Isaac membawa pergi wanita yang ditemuinya tadi siang dalam ruang pribadi pria itu. Berjalan bersama dalam terang cahaya matahari.

Nora tahu, wanita itu pelayanya. Seseorang yang bisa leluasa menatap wajah Isaac tanpa halangan. Meskipun sedikit membuat Nora berkecil hati sebab ia tak pernah miliki kesempatan seperti itu.

"Kenapa, Abigail? Katakan dengan jelas." Nora berbalik. Gontai menuju tepi ranjang kemudian duduk. Sementara Abigail berdiri tegap di depanya, namun tertunduk wajah pria paruh baya itu.

"Tolong minum obatmu, Senora."

"Aku tidak sakit. Aku tidak ingin meminumnya." Nora menolak dengan lugas. Membuat Abigail tersentak sebab tak biasanya ia tak menurut.

"Señora ...."

"Ini melelahkan, Abigail. Aku tak ingin  lagi terus menurutinya," papar Nora.

"Aku juga tak ingin terus bersabar."

Abigail tak bisa memaksanya. Ia berlalu membawa obat yang seharusnya ia berikan pada Nora. Di luar ruangan pria paruh baya itu menghela napasnya, membuang obat pada pot bunga setelah melarutkanya ke dalam air.

Nora berbaring di atas peraduanya yang nyaman. Dapat ia hirup aroma khas maskulin Isaac yang tertinggal di atas sprei yang sengaja tak ia ijinkan pelayan untuk menggantinya.

Mengendus pelan wangi pria itu lantas pikiranya akan berputar pada malam pertama yang menyakitkan satu tahun lalu, serta malam-malam lainya yang selalu menyakitkan kala mereka sedang bersama.

Aku membencimu, Isaac Mallen Vargas.

******

"Apa ini cukup?" Nora mendongak pada Tadeo yang lebih tinggi darinya. Meminta saran pada pria itu sebab ia akan menambahkan biji wijen ke dalam makanan.

"Itu cukup."

Setelah mendengar jawaban dari Tadeo, Nora langsung menambahkan bahan masakan itu ke dalam makanan yang telah ia buat.

Santai dirinya kini pun telah terbiasa bersama Tadeo. Tidak lagi Nora rasa kegugupan serta rasa cemas yang mendalam seperti yang ia rasakan sebelumnya saat bersama pria itu. Kebersamaan mereka cukup sering, hingga membuat Nora tidak lagi gugup di depanya.

"Aku akan membuatkanmu iced oolong tea untukmu, duduklah di sini," ucapnya kemudian berlalu.

Senyum hangat nan ramah pada wajah Tadeo berakhir kala tak ada lagi Nora di hadapanya. Mengusap ujung bibirnya yang berminyak menggunakan ibu jari, lantas ia tatap tajam wanita cantik yang tengah menyiapkan minuman di depan sana.

Senang hati Nora meracik minuman favoritnya lalu ia berikan kepada Tadeo. Tersenyum simpul kala pria itu meneguknya hingga tandas.

"Aku bisa membuatkanmu lagi," ucap Nora.

"Tidak perlu, Nora. Aku ingin memperlihatkan menu baru kepadamu."

Nora mengangguk setuju. Kemudian, keduanya pergi menuju depan dan duduk pada kursi pelanggan. Tadeo mulai memperkenalkan beberapa menu baru kepada Nora serta menjelaskan rincinya.

Atensi Nora tetap fokus pada Tadeo yang sedang menjelaskan. Meskipun pikiranya kalut akan bayangan hukuman yang pastinya Isaac berikan nanti ketika mereka bertemu sebab telah menerima aduan dirinya yang tak lagi menurut. Entah apa yang akan pria itu lakukan.

Tangan Nora bergerak hendak membalikan halaman menu baru yang dipegang Tadeo. Namun, tiba-tiba tak sengaja ia menyenggol teh panas di atas meja hingga isinya tumpah mengenai t shirt pria itu.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang