Chapter 8

14.3K 861 17
                                    

Bau desinfektan yang menguar kuat seolah telah bersahabat dengan indera penciumanya.

Dua minggu penuh Nora berada di rumah sakit untuk pemulihan. Tidak melakukan apapun, tidak bertemu Isaac, pun pemulihanya berjalan dengan lancar

Hatinya cukup tenang untuk beberapa saat karena pria itu yang sama sekali tak mengunjunginya. Tidak mengusik Nora selama dirinya berada di rumah sakit.

Wanita itu kini duduk di sofa yang terletak pada ruang rawatnya. Memangku buket bunga yang Dorty berikan sebab wanita paruh baya itu baru saja menjenguk keadaanya. Di lihat dari raut wajahnya yang tenang, sepertinya Dorty belum tahu alasan Nora dirawat di rumah sakit ialah karena menantunya.

Jadi bisa disimpulkan jika Laventa masih baik-baik saja. Pun, Isaac belum menyentuhnya. Pria itu malah telah menghabisi ayahnya dengan sadis.

Perasaan Nora membeku ketika ia dengar Rayan telah meninggal dunia. Tak ada rasa sedih ataupun kehilangan. Dunianya tetap berjalan seolah sosok ayah memang tak pernah ada di dalam kehidupanya.

Pandangan Nora beralih pada pintu ruangan yang tiba-tiba dibuka dari luar/ Seorang perawat datang mengantarkan seorang pria masuk ke dalam ruangan. Itu Tadeo, datang membawa serta buket bunga bersamanya. Beberapa paperbag juga terlihat menggantung pada sela jemari pria itu.

"Tadeo?"

"Hai, Nora, bagaimana kondisimu? Aku baru bisa datang sebab kau baru bisa dijenguk sore ini."

Gontai pria berperawakan tinggi nan gagah itu masuk ke dalam ruangan. Berpenampilan casual, memakai kaos hitam yang mengetat pada tubuh kekarnya, memperlihatkan otot lenganya serta bertengger sebuah arloji mahal di sana. Tadeo lalu duduk tepat di samping Nora.

Nora melirik ke arah luar dari kaca kecil pada pintu. Biasanya terlihat siluet penjaga yang berada di depan pintu ruang rawatnya. Tidak membiarkan siapapun masuk kecuali dokter, perawat, dan juga Salma. Sementara Dorty diterima karena wanita itu ketua dari perkumpulan komunitas. Tapi Tadeo, Nora memikirkan alasan untuk pria itu mengapa dirinya bisa masuk menjenguk Nora dengan mudah.

"Apa sebelumnya kau juga datang ke mari?" tanya Nora. Penasaran dan ingin memastikan. Sebab tak ia lihat seorang pun yang berjaga di luar, mungkin pria ini bisa masuk karena memang tak ada yang menjaga Nora sore ini.

"Aku datang setiap hari, namun mereka menolak kunjungan. Itu karena kau membutuhkan waktu yang cukup untuk pemulihan."

Atensi Nora kembali pada Tadeo setelah ia memastikan benar-benar tak ada penjaga di depan pintu ruang rawatnya.

"Terimakasih telah menjengukku, Tadeo." Nora menerima pemberian bunga dari pria itu.

Tadeo menelisik pada setiap sudut ruangan. Matanya bergerak mencari sesuatu. "Kau sendiri di sini? Di mana keluargamu, dan juga di mana suamimu?"

"Keluargaku baru saja pergi tadi, mungkin saja kau tak sengaja berpapasan denganya di luar," dalih Nora. Tak ada satu pun keluarga yang menjenguknya sebab ia tak punya.

"Suamimu?" Tadeo mengulangi pertanyaanya.

Terdiam sesaat Nora, menatap kosong ke arah pintu. Terbayang di dalam pikiranya jika Isaac datang berkujung dan mematikan seluruh lampu di rumah sakit. Itu konyol.

"Dia akan datang saat malam hari."

Pria itu menatap datar tanpa ekspresi. Pada Nora yang fokusnya teralihkan pada saat berbicara denganya.

"Kau kurus, Nora." Tadeo bergumam rendah.

"Ya?" Nora menatapnya. Samar-samar ia dengar Tadeo berbicara padanya tanpa tahu apa yang pria itu bicarakan.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang