Masih lengkap dengan stelan berkudanya ketika Nora memasuki mansion. Ia baru saja kembali dari perkumpulan wanita kelas atas yang hari ini memiliki jadwal di lapangan berkuda.
Meskipun kejadian terakhir yang terjadi di tempat itu membuat Nora mengalami trauma yang cukup dalam, tapi ia mencoba untuk menghilangkan rasa takutnya dengan sengaja datang ke tempat tersebut.
Ia membuka topi yang ia kenakan ketika seorang pelayan memintanya. Pandanganya bergerak menatap pada dokter serta asisten baru mansion yang berjalan tergopoh-gopoh menuju belakang mansion.
Kembali Nora ikuti layaknya ia ikuti Abigail dan Salma hari itu, pun ia dapati dua orang itu telah menghilang tanpa jejak. Entah ke mana arah perginya yang sangat cepat.
Tanganya meraba dinding mansion yang tanpa celah. Sesekali mengetuk mencari bunyi yang berbeda. Pada saat ketukan ke tiga, ia temukan suara yang lain dari dua ketukan sebelumnya, kembali mengetuk untuk memastikan namun tiba-tiba tanganya dicekal oleh seseorang yang datang dari belakang.
"Senor?"
"Hola Senora, bagaimana pertandingan polo mu?" tanya Isaac, membawa tubuh Nora untuk berbalik menghadapnya lantas mereka saling menatap.
"Menyenangkan seperti biasanya."
"Kau pasti lelah. Pergilah ke kamar dan beristirahat."
Nora melirik pada dinding di belakangnya sekilas sebelum ia mengangguk untuk mengiyakan perintah dari suaminya. Lalu, gontai Nora meninggalkan tempat itu, meninggalkan Isaac yang tanpa sepengetahuanya telah masuk ke dalam pintu rahasia yang terhubung ke dalam ruang bawah tanah.
Manusia-manusia yang dipeliharanya benar-benar tidak becus. Tidak mungkin Isaac akan membunuh dokter serta perawat yang baru merawat Nora karena mereka telah melakukan hal fatal seperti Abigail dan juga Salma yang kini telah mengendap tubuh dingin mereka di dasar lautan.
Jika bukan karena Nora nya yang akan selalu bertanya dengan detail, maka Isaac tidak segan membunuh manusia yang hadir hanya untuk menyusahkanya.
Langkah kakinya lebar menyusuri lorong ruang bawah tanah yang gelap, menuju ujung lorong di mana satu sel tengah dibuka dan di dalamnya seseorang tengah melakukan perawatan.
Isaac mengambil Glock miliknya dari holster yang terpasang di dada, menarik pelatuk lalu ia arahkan pada dua nyawa yang berada di dalam sel tahanan.
"Menyusulah ke neraka!"
DOR! DOR!
Tanpa peringatan Isaac melayangkan timah panas ke kepala dokter serta perawat itu, yang kontan tubuhnya ambruk lemas ke atas lantai. Dua peluru yang sama sekali tak mengenai keduanya, melesat beberapa centi saja melewati atas kepala, kemudian terhempas menusuk dinding sebagai peringatan.
Lengan besar sang empu kini telah melingkar pada ceruk leher dua pelayanya. Ia mencekik, hingga dua orang itu melayang ditepi dinding.
"Terlalu lama kalian berada di tempat yang kosong maka mata kalian tidak berfungsi dengan baik?"
Isaac menggeram pada dua orang yang hampir sekarat di tanganya jika tak segera ia lepaskan. Dua orang itu terjatuh lemas di atas lantai yang dingin, terbatuk-batuk memegangi rahang serta tulang leher mereka yang nyaris patah.
"Senor ... maafkan kami, Senor."
Keduanya bersujud di hadapan sang senor guna meminta ampun. Menyadari kesalahan yang tidak sengaja mereka perbuat.
"Jika kalian benar-benar bosan berada di ketenangan dalam mansion ini, maka pergilah ke neraka."
"Maafkan kami, Senor."
KAMU SEDANG MEMBACA
La Señora
RomanceObsesi yang mengatasnamakan cinta. Merenggut, menarik, memaksanya untuk berjalan di dalam kegelapan. Nour Valle Lenero merelakan kehidupanya dikendalikan oleh sosok suami yang misterius. Isaac Mallen Vargas-pria kejam berhati dingin yang mampu membu...