Chapter 23

10.9K 783 30
                                    

Kalung special yang Nora beli diterima baik olehnya. Bertengger kini pada leher Isaac, pun tak hentinya Nora pandangi. Kalung itu indah, dan semakin indah ketika Isaac yang mengenakanya.

Nora tersenyum. Masih ia kalungkan dua lenganya pada ceruk leher suaminya, menyenderkan wajah pada dada bidang disertai wangi maskulin yang menguar dari tubuh suaminya. Amat sangat membuat candu.

"Apa yang harus kulakukan selama Anda pergi, Senor?"

Lengan Isaac mengelus rambut Nora, mencium puncak kepala istrinya yang hari ini akan ia tinggal pergi selama satu minggu. Tentunya ia tak merasa tenang meninggalkan Nora sendiri, namun jika ia membawanya akan lebih bahaya lagi.

Seolah sudah nyaman di bawah perlindungan besar suaminya, pun kejadian terakhir kali amat membuat Nora waspada.

"Lakukan aktivitasmu seperti biasa. Puluhan pengawal akan menjagamu dari jauh selama aku pergi," ucap Isaac memberi ketenangan yang tak terbantah meskipun Nora tetap ragu.

Puluhan bahkan ratusan pengawal sekalipun tidak akan mampu menenangkan perasaan Nora jika bukan Isaac sendiri yang menjaganya. Nora akui jika kini dirinya sudah sangat bergantung kepada pria itu.

Isaac memegang bahu Nora, sedikit mendorong membuat jarak agar saling menatap. Mencondongkan tubuh lalu ia lumat lembut mesra bibir istrinya, lembut bergairah namun tetap terkontrol pun pada ritme standar.

"Jaga dirimu dengan baik, Nora. Ingat untuk membawa senjata ke mana pun kau pergi."

"Sí, Senor."

Pria itu mengecup kening istrinya cukup lama, sebelum akhirnya ia berbalik pun gontai melangkah pergi meninggalkan kamar.

Duduk Nora pada kursi meja rias. Mengambil sebuah kotak kecil berisikan alat kehamilan miliknya dengan hasil garis dua. Berencana akan memberitahu Isaac jika pria itu telah kembali.

Nora tidak ingin memberitahu Isaac hari ini sebab, ia tak ingin Isaac pergi dengan membawa kekhawatiran dua kali lipat. Mengkhawatirkan Nora serta calon bayi mereka.

Suara ketukan pintu membuat Nora segera menyimpan kembali kotaknya ke dalam laci. Ia persilahkan masuk dokter serta perawat baru yang kini menjaganya.

Duduk dirinya di atas ranjang, seraya dokter tersebut memeriksa keadaanya. Dokter pria itu tidak terlalu tua, mungkin usianya lebih muda dari Abigail. Tapi entah kenapa tanganya selalu bergetar ketika memeriksa Nora.

"Senora ...."

"?"

"Obat Anda."

Perawat memberikan Nora tiga butir obat, lebih satu butir dari biasa yang Nora minum.

"Obat apa ini?"

"Vitamin untuk kehamilan Anda, Senora."

"Aku belum memberitahu Isaac masalah kehamilanku, apa kalian yang memberitahunya?"

Ah .. padahal sudah Nora pinta untuk tidak memberitahu kepada senor, tapi mereka tetap juga mengadukanya. Ini tidak seru. Padahal Nora sangat ingin membuat kejutan.

"Tidak, Senora. Itu obat yang kami sediakan untuk Anda. Berat tubuh Anda kurang dan itu bisa mempengaruhi kesehatan bayi di dalam kandungan, jadi kami khusus menyiapkan vitamin." Perawat itu menjelaskan, lugas.

"Hm ... jadi kalian belum memberitahu Senor?"

Keduanya menggeleng, pun baguslah jika seperti itu. Setidaknya Nora jadi memiliki kesempatan untuk memberikan suaminya kejutan ketika dia kembali nanti.

Ia menerima satu gelas mineral yang disodorkan perawat. Menelan tiga butir obat sekaligus.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan pada senora nya, dokter dan perawatnya segera berkemas. Gontai pergi meninggalkan ruangan bersama-sama setelah menunduk salam dengan hormat.

La Señora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang