tiga belas

5K 347 10
                                    


Lain halnya dengan banyak siswa yang sedang suntuk-suntuknya mendengarkan penjelasan guru didalam kelas, Ada beberapa pemuda yang dengan acuhnya memilih untuk membolos di rooftop.

"Woy Tan, gue liat-liat beberapa hari ini si Dion ga nempelin lo lagi, kenapa tuh?" celetuk salah satunya pemuda di sana yang bernama Kelvin Mahatma Nelvano.

Tristan terdiam mendengar ucapan temannya itu. Memang benar sejak hari dimana hukuman Dion berakhir, dia berubah. Akan sangat bodoh jika Tristan tidak menyadari perubahan yang sangat jelas itu.

"Gak tau dan gak peduli" balas Tristan singkat dengan sedikit kebohongan.

"Bohong" pemuda lain yang bernama Erga Bima Geovana. Lalu melenggang pergi meninggalkan ketiga temannya itu.

Riko Ardhi Wijaya, salah satu teman Tristan yang mendengar ucapan Erga pun memandang Tristan penuh selidik diikuti pula oleh Kelvin.

Bukannya apa tapi mereka paling tau kalau Erga adalah orang terpeka yang pernah mereka kenal. Erga seakan bisa mendeteksi kebohongan hanya dari melihat tatapan orang itu.

Tristan juga terkejut mendengar balasan dari Erga. Memang dia merasa sudah mengatakan yang sebenarnya tapi jujur dihatinya Tristan merasa ada sesuatu yang mengganjal saat ia mengucapkan kalimat tadi.

"Apa gue mulai peduli sama dia?" tanya Tristan dalam hatinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dion kini telah sampai di garasi rumahnya untuk memarkirkan motor kesayangannya. Setelah selesai ia langsung berjalan menuju pintu utama namun saat baru membuka dan melangkah beberapa langkah Dion dikejutkan dengan tamparan keras di pipi kirinya.

'Plak'

Pelakunya adalah Edgar yang kini menatap marah kearah Dion. Wajahnya memerah padam seakan sedang menahan emosinya.

Dion awalnya terkejut dengan tamparan yang tiba-tiba itu. Namun mengingat bagaimana santainya sang Daddy menyiksa dirinya di mimpi itu membuat Dion menatap dingin kearah Daddy-nya.

Edgar yang mendapat tatapan dingin dari sang anak pun jadi terkejut. Ia tak menyangka jika hari ini Dion yang biasa menatapnya dengan binar dimatanya malah menatapnya dengan tatapan dingin yang terasa menusuk.

Melihat Edgar yang terdiam setelah menamparnya membuat Dion jengah.  Apa-apaan maksud orang dihadapannya ini? ia baru pulang dan  langsung ditampar tanpa tau apa alasannya, kemudian setelah menamparnya orang ini malah terdiam? menyebalkan.

Dion marah tapi saat ini dia juga terlalu malas untuk melakukan perlawanan, jadi ia memutuskan untuk terus berjalan melewati Edgar menuju ke kamarnya.

Dion tentu saja tidak mau nantinya membuat Sehan menunggu apalagi yang mengajak pergi adalah dirinya. Ia akan langsung bersiap untuk pergi ke pantai berdua dengan Sehan.

"Tunggu" ucap Edgar yang melihat Dion terus berjalan melewati dirinya. Dion mengabaikannya? Itu tidak mungkin bukan?

Dion menghentikan langkah tanpa menoleh dan menunggu Edgar melanjutkan kalimatnya. Dion sungguh ingin segera pergi ke kamarnya sekarang.

Melihat Dion yang hanya berdiri diam tanpa mau berbalik dan melihat kearahnya membuat Edgar merasakan perasaan aneh dihatinya. Seperti tidak nyaman? atau gelisah?

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang