dua puluh satu

4.5K 230 5
                                    


Tidak sampai 15 menit Bi Kinan akhirnya sampai di ruangan tempat tuan muda kecilnya dirawat. Bi Kinan mengetuk pintu terlebih dahulu hingga mendapat izin baru ia masuk kedalam ruangan tersebut.

Bi Kinan masuk dengan membawa bubur yang kebetulan baru ia buat sebelum di telfon oleh Sean. Bi Kinan tau jika Dion baru bangun tidur dan pasti ia akan lapar karena sedari tadi pagi belum makan apapun.

Masuknya Bi Kinan disambut dengan tatapan dingin oleh orang di sana kecuali Sean dan Dion. Bi Kinan sedikit menyapa Tuan Besar dan Tuan Muda lainnya namun diabaikan.

Yah, tidak apa karena Bi Kinan sudah terbiasa dengan sikap mereka semua sedari dulu jadi kini dengan cepat Bi Kinan berjalan ke arah Dion yang tersenyum tipis melihat kedatangannya.

"Rere panggil Bi Kinan?" tanya Bi Kinan yang dibalas anggukan oleh Dion. Tak lupa juga dengan senyum tipis dibibir pucat nya.

"Kenapa panggil Bibi?" tanya Bi Kinan lagi membuat Dion terpaksa menjawab dengan suara lirih.

"Lapar" cicitnya membuat Bi Kinan terkekeh pelan melihat tingkah tuan mudanya yang satu ini.

Sejak kecil Dion sudah dirawat oleh Bi Kinan, jadi jangan heran jika sang Bibi sudah sangat hafal dengan kebiasaan sang tuan mudanya itu.

"hahaha sudah Bibi kira, Bibi juga sudah bawa bub-" ucapan Bi Kinan terhenti kala melihat semangkok bubur lain di meja samping ranjang Dion.

"Loh ini udah ada bubur? kenapa belum dimakan? mau makan yang ini aja?" tanya Bi Kinan bertubi-tubi yang hanya dibalas gelengan oleh Dion.

"Mau buburnya Bibi, Aaa~" balas Dion kemudian membuka mulutnya seakan menanti sebuah sendok berisi bubur masuk ke mulutnya.

Bi Kinan yang melihat tingkah menggemaskan Dion pun tidak dapat menahan rasa gemasnya jadi dirinya langsung mencubit kedua pipi Dion dengan pelan.

Dion tentu tidak keberatan dengan perlakuan Bi Kinan padanya, toh dia sudah lama tidak di manja oleh pengasuh nya itu.

Akhirnya Bi Kinan pun menyuapi Dion dengan bubur buatannya. Dion menerima setiap suapan Bi Kinan dengan lahapnya.

Setiap adegan tadi tentu tidak luput dari pandangan keempat laki-laki yang berada dalam ruangan tersebut. Berbeda dengan Sean yang menatap Dian dan Bi Kinan dengan tatapan sayang, Edgar dan Aldi kemudian Tristan menatap keduanya dengan tatapan penuh penyesalan juga perasaan iri yang bergejolak di hati ketiganya.

Terlebih lagi Edgar yang secara tidak langsung sudah ditolak mentah-mentah oleh Dion saat ingin mencoba mengakrabkan diri.

"Seperti inikah rasanya ditolak? sangat menyakitkan" batin Edgar sambil melihat Dion yang dengan senang hati menerima suapan demi suapan dari Bi Kinan tanpa menghiraukan dirinya sama sekali.

"Ingin sekali rasanya abang memelukmu dan mengucapkan beribu kata maaf tapi abang belum cukup berani apalagi melihat tidak ada lagi tatapan sayang yang tersorot dari kedua matamu untukku" batin Aldi sembari terus memainkan jari-jari tangannya.

"Maaf, maaf, maaf dan suatu saat tolong beri abang sebuh pelukan Dion" batin Tristan mengusap wajahnya kasar.

.

.

.

.

.

Beberapa menit terlewati sampai akhirnya Dion selesai memakan buburnya dan meminum obat.

"Nah buburnya habis, sekarang Rere minum obatnya ya" ucap Bi Kinan kemudian diangguki oleh Dion.

DION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang